logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

5. Gadis Aneh

"Sebab ada luka yang tak bisa dihapuskan, karena kita akan tetap memilih mengingat; bagaimana cara kerja belatung menggerogoti luka."
—Raina—
"Aku akan berusaha menjadi awan yang menampung hujan, lewat sajak-sajak yang sedikit tertahan,"
—Dhuha—
.
.
.
.
.
.
Happy reading!
Unknown number is calling-
Mataku melirik ponsel yang bergetar di atas dasbor, tanpa melihat siapa yang menelpon terlebih dahulu aku langsung mengangkatnya karena mataku sedang sibuk menatap jalan di hadapanku.
"Raina!"
Suara itu seperti tidak asing di telingaku, akupun langsung melihat nama si penelpon di handphone ku. Ah, ternyata laki-laki gila yang mengirimkan pesan kemarin kepadaku.
"Ada apa?"
"Kemarinkan gue udah bilang sama Pak Zeno, kalau Lo ngak salah. Nah, pak Zeno mau mengurangi hukuman skorsing kamu, Raina. Tapi dengan syarat kamu ngak boleh mengulangi kesalahan itu lagi. Intinya hari ini kamu bisa masuk ke sekolah lagi."
Bukannya berterima kasih, aku malah tertawa. Dhuha memang tidak bisa membuatku bebas barang sehari saja, padahal aku sangat bahagia dengan hukuman ku kali ini.
"Kenapa tertawa, perasaan ngak ada yang lucu dari perkataan gue?" Ujar Dhuha bingung.
Aku semakin tertawa keras, "sejak kapan Lo mulai ikut campur urusan gue, perasaan kita ngak ada hubungan apapun sampai Lo ngelakuin itu untuk gue."
"Rain—"
"Gue ngak butuh bantuan lo dan ingat, Lo ngak berhak ikut campur urusan gue!" Setelah mengatakan itu, aku langsung mematikan handphone ku dengan kesal. Jujur saja aku paling tidak suka melihat orang yang suka ikut campur karena menurutku aku bisa menyelesaikan semua nya tanpa bantuan siapa pun.
******
"Haiss, dimatikan lagi sama Raina." Dhuha berteriak kesal saat menerima respon Raina barusan. Bukannya berterima kasih gadis itu malah tidak suka dengan perbuatannya, padahal tujuannya baik.
Dhuha menelpon Raina berulang kali, tapi tidak diangkat sama sekali hingga membuatnya semakin kesal.
"Woy, kenapa wajah Lo kesel gitu?" Tanya Genta yang baru datang dari kelas. "Buk Iyem, pesen nasi uduknya satu porsi ya, sama es jeruknya." Teriak Genta menggelegar.
"Lo ngak pesen makanan?" Tanya Genta lagi sambil mengeluarkan handphonenya.
Dhuha hanya menggelengkan kepalanya, tanpa berminat mengeluarkan suaranya.
"Gue heran deh sama lo, pelit banget ngeluarin suara. Terus itu muka kenapa ditekuk gitu, galau ngak dibales chat sama pacar pasti lo?" Ujar Genta sambil memakan nasi uduknya dengan lahap.
Dhuha berdiri dari tempat duduknya, lalu meninggalkan Genta sendirian di sana. "Dasar bisu! Apa salahnya si jawab pertanyaan gue! Pantesan cewek lo ngambek, pasti gara-gara sifat lo yang pelit ngomong kayak gini!" Ujar Genta kesal, hingga mengundang tatapan seisi kantin.
"Anjir, gue merasa jadi cewek cerewet yang tinggal pacarnya barusan."
Sedangkan Dhuha terus berjalan hingga menjauhi kantin, Rasa kesal terus saja menghantui dirinya saat ini. Dia masih saja tak habis pikir dengan jalan pikiran gadis itu, bukannya senang hukumannya dicabut gadis itu malah sebaliknya.
Ketika langkahnya sudah berhenti didepan pintu kelas, lalu pandangannya tertuju pada Kak Rena dan teman-temannya yang kini sudah berdiri didalam kelas.
"Gue udah jelasin semuanya. Hukuman Raina dicabut dan gue juga udah minta maaf sama saudara kembar Lo. Jadi Lo udah maafin gue kan? Serius gue ngak tahu kalau Dinda itu kembaran Lo. Kalau gue tahu gue ngak bakalan ngelakuin itu sama dia." Jelas Rena.
"Terus kalau dia bukan saudara gue Lo ngak bakalan berhenti ngebuli dia gitu? Gue ngak habis pikir sama jalan pikiran Lo, kak."
Setelah mengatakan itu Dhuha berjalan ketempat duduknya tapi tangannya ditahan oleh Rena. "Gue suka sama Lo, Dhuha!" Ungkap Rena entah untuk yang keberapa kalinya.
"Itu bukan cinta, hanya obsesi Lo yang menganggap kalau kita itu setara. Jadi cukup berbuat hal buruk kayak gini. Selamanya gue ngak bakalan bisa balas perasaan atau obsesi Lo ke gue."
Dhuha melepaskan tangan Rena lalu berbalik berjalan keluar kelas. Tujuannya untuk menenangkan diri didalam kelas sudah berubah, dia memutuskan untuk mencuci muka agar rasa kesal dan pusingnya bisa berkurang.
"Yahh, Dhuha!" Teriak Rena marah. Dhuha hanya membalas mengangkat tangan, pertanda kalau dirinya sudah muak dengan semuanya. Jujur saja dia bingung dengan tingkah kakak kelasnya itu, dengan begitu mudahnya dia menyatakan cinta dengan seseorang. Padahal saling tegur ataupun dekat saja tidak pernah, tiba-tiba lima bulan terakhir ini dia terus saja mengejar dan menyatakan cinta kepadanya.
Setelah mencuci muka Dhuha memutuskan berjalan ke lapangan sekolah, tujuannya sekarang adalah lapangan bola basket. Ia ingin melampiaskan rasa kesalnya dengan cara bermain basket. Berhubung hari ini guru sedang rapat jadi dia bisa bermain, sekaligus berlatih untuk perlombaan basket bulan depan bersama teman-temannya.
Di sana terlihat banyak siswa dan siswi yang berkeliaran di berbagai penjuru sekolah, ya waktu rapat adalah waktu dimana para siswa dan siswi merasakan kebebasan dari penjajahan guru.
Seperti biasanya, para siswi yang mengetahui kalau anak basket akan berlatih mereka otomatis berkumpul dipinggir lapangan. Bukannya sombong atau gimana, setiap kali ia dan teman-temannya berlatih pasti semua perempuan akan berteriak histeris. Mereka bertingkah seperti sedang melihat artis internasional yang sedang berjalan dihadapan mereka.
Memang tak bisa dipungkiri basket adalah tempat bagi siswa-siswa tampan berkumpul. Mereka bukan hanya tampan tapi juga memiliki otak yang encer dan mereka juga berasal dari keluarga kelas atas.
Tak butuh waktu lama berjalan, Dhuha sudah sampai dihadapan teman-temannya.
"Lah, katanya Lo ngak ikut latihan hari ini?" Tanya Genta bingung, pasalnya Dhuha sudah mengirim SMS kepadanya kalau dia tidak bisa ikut latihan.
"Gue berubah pikiran," jawab Dhuha singkat. Ia mengambil baju olahraga lalu menggantinya. Setelah selesai Dhuha memilih duduk dan memainkan handphonenya tanpa menghiraukan teman-temannya yang sedang asik bercerita.
"Haiss!" Umpatnya kesal. Ia mencoba menelpon dan mengirim beberapa pesan kepada gadis itu, tapi naas jangankan diangkat handphonenya saja sudah dimatikan oleh gadis itu.
Tak lama dari itu latihan basketpun dimulai. Dhuha dengan mood yang buruknya langsung bermain dengan sengit. Hingga membuat teman-temannya kebingungan dengan sikap Dhuha hari ini, lelaki yang tak pernah menunjukkan emosi ataupun rasa kesalnya kini berubah. Wajah datar tanpa ekspresi itu sudah memerah, keringat sudah membanjiri tubuhnya.
Genta dengan nafas ngos-ngosannya berlari menghampiri Dhuha, "Lo kalau lagi emosi mending ngak usah main, takutnya nanti cidera."
"Gue ngak apa-apa," pandangan Dhuha tertuju pada ring basket dihadapannya, tanpa memperdulikan omongan Genta barusan.
"Apaan ngak apa-apa, orang loh main kayak dikejar setan gitu. Udah mendingan Lo istirahat gih!" Perintah Genta lagi. Dengan sedikit kesal Dhuha menuruti perintah Genta.
Dari jarak yang tak terlalu jauh, Dhuha melihat Dinda kembarannya berjalan kearahnya. "Gimana masalahnya sudah bereskan? Raina besok udah bisa masuk sekolah lagikan, bang?" Tanya Dinda sambil menyerahkan satu botol Aqua kepada Dhuha.
Dengan cekatan Dhuha membuka tutup botol lalu meminumnya dengan cepat, "Hem, tapi gadis itu ngak butuh bantuan kita. Tadi gue abis telpon dia, tapi dia malah marah-marah." Dhuha menghabiskan air minum hingga tandas.
"Yahh," desah Dinda lesu. Pasalnya semua masalah yang menimpa Raina bermula olehnya, jika Raina tidak membantunya dia pasti tidak di skorsing begini.
"Udah, nanti gadis itu bakalan masuk lagi kok." Ujar Dhuha berusaha menenangkan.
"Eh ada yayang Dinda, mau lihat Abang Genta main basket ya?" Goda Genta lalu mengambil tempat duduk di samping Dinda.
"Apaan si, siapa juga yang mau lihat kamu. Aku kesini mau nanya sama Abang aku tahu!"
"Ngak usah malu gitulah yang, Abang tahu kok kamu kesini udah rindu banget sama Abang mangkanya kamu sampai lari kesini."
"Ihh, PD banget kamu Genta!" Dinda mengejar dan memukul tubuh Genta dengan keras. Hingga terjadilah aksi kejar-kejaran antara Genta dan Dinda.
----------
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan Komennya 🙏
.
.
.
.

Book Comment (454)

  • avatar
    MonicSulaiman

    bagus

    20d

      0
  • avatar
    Posco

    lumayan buat aku sihh

    25d

      0
  • avatar
    SafitriSafitri

    Bagus

    14/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters