logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

5 - Gadis yang Kelelahan

Jurusan teknik memang terkenal dengan hal-hal yang berbau maskulin. Namun untuk kampus ini, walaupun hampir separuhnya adalah jurusan teknik, tidak terlihat seperti kampus yang ‘laki-laki banget’. Kampus ini menyambut dengan gapura lambang kampus beserta taman yang cukup luas, netral bukan? Ditambah dengan lagi taman tersebut memiliki bunga-bunga yang cantik di sisi pinggir yang mengelilingi seisi taman. Saking cantiknya, seringkali mahasiswa di sini mendapati orang-orang sedang melakukan sesi foto pre-wedding di sana.
Setelah taman, jalanan juga terbagi menjadi dua bagian, yakni jalur kendaraan bermotor dan sepeda. Ada penyewaan sepeda di kampus ini untuk mahasiswanya, sehingga para mahasiswa dapat berkendara untuk menuju ke suatu tempat dalam kompleks kampus yang cukup lelah jika tanpa kendaraan. Tidak terlihat maskulin, bukan?
Daniar tidak sanggup mengendarai motornya yang memasuki gapura kampus setelah apa yang terjadi semalam. Ia benar-benar tidak tidur karena pertemuan yang dianggapnya tidak penting. Bagaimana mungkin kampus mengadakan ospek tengah malam, terlebih tugas kuliah juga mulai menggunung. Daniar harus beberapa kali merasa pening esok harinta karena kurang tidur.
Ini semua karena ospek malam. itu senior pada gimana sih hidupnya? Sempet-sempetnya ngerjain juniornya yang juga sibuk nugas. Hidup lu pada nggak bahagia apa? Pikir Daniar.
Kelelahan dan marah bercampur menjadi sakit kepala yang sangat menyiksa. Daniar bergegas ke kampus untuk mengumpulkan tugas dan berencana istirahat ke apartemen Maya.
Enak kali ya rebahan di apartemennya Maya, kata Daniar dalam hati.
Daniar sudah membayangkan dinginnya AC dan makanan yang banyak di sana. Daniar harus bergegas mengumpulkan tugasnya dan meluncur ke tempat Maya. Ponselnya bedering ketika ia sampai di halaman jurusan.
“Hai May. Bentar ya, ini aku lagi di jurusan buat ngumpulin gambar,” kata Daniar melalui telepon.
“Oke, nggak masalah. Aku mau nasi pecel dulu. Kalau udah sampai duluan kunci kutitipin ke mas Aldi ya.”
“Siap.”
Mendengar suara Maya ia merasa lebih baik dan berlari menuju ruangan dosen. Sebelum itu, Daniar dipanggil oleh salah satu temannya.
“Kenapa Rik?”
“Kamu dipanggil sama siapa tadi malam?”
“Dipanggil kak Siena, why?”
“Kamu aja yang dipanggil? Atau sama yang lain?”
“Sama Alana, Widy, terus satu laki-laki siapa ya namanya?”
“Farhan ya?”
“Yap! Aku ingat kok namanya Farhan. Aku lagi pening aja ini karena semalam nggak tidur. Ada masalah apa?”
“Terus habis dari markas kak Siena, kamu ke mana?”
“Ke rumah lah, why? Aku diamuk emakku gara-gara cewek jalang pulang subuh-subuh!” ungkap Daniar dengan menyisipkan kemarahannya.
“Kamu nggak ke mana-mana lagi? Farhan gimana?”
“Farhan kan pulang duluan, Erik. Karena dia nggak bisa belain kita atau gimana gitulah. Aku ngantuk banget tadi malam. dengerin Siena sama pak ketum ngoceh nggak jelas itu butuh perjuangan, aku nggak denger jelas juga mereka ngomong apa.”
“Kamu tahu Farhan kecelakaan kan?” tanya Erik dengan wajah yang sedikit terlihat curiga.
“Ha?” Daniar tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Erik.
“Dia kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit.”
***
Daniar masih tak memahami apa yang terjadi dengan pagi ini. Semalam, setelah ia harus menemui salah satu seniornya dengan alasan yang menurutnya tidak masuk akal, ia langsung pulang bahkan tidak sempat tidur karena harus mengerjakan tugas gambar teknik.
Tapi sekarang, ia harus menghadap seseorang yang memanggilnya, Siena.
“Kamu yang ngelapor semalam ya?” tanya Siena. Matanya mengintimidasi, seakan-akan ia sudah tahu apa jawabannya namun menunggu sampai ia benar-benar mendengarnya.
“Apa?” Daniar masih tidak paham. Kepalanya terasa nyut-nyutan. Hari ini ia hanya berniat mengumpulkan tugas kemudian mampir ke apartemennya Maya. Ia sangat lelah.
“Nggak usah sok nggak tahu deh! Kamu tuh dari tadi malem emang kelewatan!” kata Siena dengan tatapan garang khas senior ke junior.
Daniar menghela nafas. Sejujurnya ia takut, tapi ia terlalu lelah untuk itu. Terlebih beberapa hari sebelumnya, penyakit asam lambungnya juga naik. Setiap kali naik, seharusnya Daniar memilih untuk beristirahat penuh.
Tapi ospek yang entah sampai kapan ujungnya ini membuat Daniar menunda apa yang seharusnya ia berikan pada tubuhnya.
“Kamu udah sempat ketemu pak Sekjur?” tanya salah satu dari mereka, teman-teman Siena. Pak Sekjur? Ya belumlah! Ini aja baru nyampe udah diculik! Kesal Daniar yang membuatnya semakin lelah.
“Kami punya saksi kalau kamu yang ngelapor ke pak sekjur. Lebih baik kamu ngaku sekarang!” Siena membentak dengan aura yang berkuasa penuh. Seakan-akan dia dapat melakukan apapun kepada Daniar.
“Kamu tahu nggak, salah satu temen tingkatmu lo yang ngelaporin kamu ke kita. Kamu masih nggak mau ngaku juga?”
Daniar menggelengkan kepalanya. “Saya nggak ngelapor, kak. Beneran!” Daniar berkata dengan memberikan nada yang sedikit lebih tinggi dengan harapan dapat memberikan ketegasan.
“Sudah! Hentikan! Biarkan Daniar pergi.” Seseorang datang, ketua umum ormaju jurusan teknik material. Siena menampakkan wajah menolak perintah pak ketua, namun akhirnya ia menurut.
Daniar berpamitan dengan para senior perempuan yang memberikan tatapan jijik atau apapun yang membuatnya merasa tidak nyaman. Asli, bagi Daniar, ospek ini benar-benar tidak penting. Kampus sebelah hanya melaksanakan ospek kampus sampai jurusan dalam waktu satu bulan. Sedangkan di sini, ia harus merasakan kegiatan yang katanya adalah ospek selama berbulan-bulan.
Para senior itu menganggap bahwa ospek saat malam hari lebih mendekatkan, padahal itu menyakitkan. Bagaimana tidak? semua orang harus siap untuk dipanggil dalam rentang waktu yang tidak jelas. Ada yang jam sebelas malam dipanggil, atau bahkan dini hari seperti jam tiga pagi. Padahal waktu-waktu tersebut adalah waktu istirahat, mendekatkan dari mana?
Apakah penting menuruti panggilan mereka? Daniar hanya menanyakannya dalam hati. Jika dia memberontak, bukan dia yang akan menerima konsekuensinya. Tetapi teman setingkat yang sama dengannya. Alhasil, dia akan mendapatkan kebencian yang paripurna dari mereka.
“Ah, menyebalkan sekali.” Daniar masuk ke dalam kantin kampus untuk membeli kopi di tempat favoritnya, Kedai Kale.
“Selamat siang, mau pesan apa, kak?” tanya seorang barista kepada Daniar.
“Caramel latte yang dingin satu, Mas,” kata Daniar dengan mata lelahnya yang tidak bisa ia sembunyikan.
“Siap. Ngantuk banget ya, Kak?”
“Panggil aku Daniar aja, Mas. Aku ‘kan sering ke sini. Masa nggak inget sama namaku?”
“Siap, Daniar. Panggil saya Liam ya.”
“Nggak, saya manggil Mas Liam. Karena mas kan orang lebih tua.”
“Silakan mau panggil apa saja.” Liam tersenyum dan menyajikan Caramel Latte dingin milik Daniar.
“Makasih ya, Mas. Izin duduk di sini.” Daniar tidak menunggu izin turun dari Liam, tetapi langsung duduk di atas salah satu kursi di sana.
“Tugas garteknya sulit ya?” tanya Liam dari kursi kasir pada Daniar.
“Nggak juga. Tadi malam dipanggil senior karena sesuatu. Dimarah-marahin karena hal yang agak nggak masuk akal,” ungkap Daniar sambil menyedot Latte manisnya.
“Dimarah-marahin?”
“Karena target anggota angkatan kami nggak terpenuhi,” jawab Daniar tanpa merasa bersalah. Ia menceritakan tanpa emosi, dia sendiri juga mulai jengah dengan ospek yang semakin lama semakin tidak masuk akal. Semua orang bertahan di sana hanya karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.
“Angkatan kami diminta untuk kenalan sama anggota angkatan senior yang belum lulus.”
“Ha?” Liam tercengang.
“Mas Liam nggak salah, SEMUA ANGKATAN SENIOR YANG BELUM LULUS,” tukas Daniar dengan nada yang tinggi dan dalam, penegasan.
Sebenarnya, tanpa Daniar menjelaskan pun, Liam memahami apa yang dimaksud. Ia sudah ada di sana sejak lima tahun yang lalu, walaupun ia sendiri memilih keluar untuk mengambil jurusan yang berbeda.
“Aku capek banget, Mas,” Daniar meletakkan kepalanya di atas meja sembari meneruskan,”apa kalau aku punya pacar, aku nggak secapek ini ya?”
Liam tertawa kecil mendengar apa yang diucapkan oleh Daniar. Tetapi, ia juga merasa tidak bosan menatap Daniar yang baginya menggelikan.
Dasar, Bocil. Mungkin itu yang ada di pikiran Liam.

Book Comment (411)

  • avatar
    Aulia pratiwiNikens

    sangat keren😍🤩

    26/06

      0
  • avatar
    AnjainiAndita

    sangat keren

    14/06

      0
  • avatar
    MeliaAmel

    bgusss crtanya

    18/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters