logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

2 - Gadis dengan Cintanya

“Kita ini pacaran, kan?”
Lelaki yang ada di hadapannya hanya terdiam, lebih tepatnya enggan menjawab. Ia memalingkan pandangan ke luar ruangan tanpa merasa bersalah. Cepat atau lambat, situasi ini akan terjadi.
“Kamu denger aku kan, Vel?” tanya gadis itu sedikit mengintimidasi. Sesungguhnya ia tidak ingin mendengarkan kalimat yang akan muncul selanjutnya.
“Iya, kita pacaran.”
“Tapi, rasanya, Cuma aku yang berusaha di sini.” Ungkap sang gadis dengan mata berair, hatinya mulai mempertanyakan, apa yang salah?
“Memang.”
Gadis itu kebingungan, ia tidak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya. Jika memang lelaki itu menganggap hubungan mereka lebih dari pertemanan, apakah mencium kening perempuan lain dapat diakuinya tanpa merasa bersalah?
Gadis dengan sweater hijau itu berusaha menata emosi yang mulai menguasai pikirannya. Begitu banyak kabut yang memenuhi otaknya. Beberapa kali ia menghela nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Namun nyatanya, ketenangan itu masih belum menghampiri. Ingin sekali rasanya menampar pipi mulus sahabat sekaligus pacarnya itu, walaupun kini sedang proses menjadi mantan.
“Dengar, Daniar.” Lelaki bernama Marvel itu memulai pembicaraan dengan raut wajah yang berbeda,”apakah kamu pernah bertanya bagaimana perasaanku padamu?”
Seketika Daniar menegakkan pandangannya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Marvel. Walaupun ia merasa tidak melakukan kesalahan, ia masih bersikeras menanyakan apa yang salah dari dirinya. “Apakah selama ini kamu tidak ada perasaan kepadaku?”
Marvel hanya tersenyum sinis, salah satu ujung bibirnya naik, kemudian menatap mata Daniar lekat-lekat. “Setahun kita pacaran dan kau baru menanyakan ini padaku?” ia diam sejenak kemudian melanjutkan,”dan kau bilang kita pacaran?”
“Maksud kamu apa, Vel? Langsung saja pada intinya. Kamu ingin membenarkan perselingkuhanmu dengan Klara? Sejak kamu masuk kuliah, kamu bersikap aneh. Hanya sedikit pesanku dan teleponku yang kamu balas. Aku masih menerima itu, mungkin kamu sedang sibuk dengan segala macam ospek yang pernah kamu ceritakan. Untuk perselingkuhan, ini bukan masalah main-main. Ini masalah pengkhianatan.”
Marvel menampakkan raut enggan berdebat, “Persetan dengan pengkhianatan. Apapun yang kamu sebutkan itu, aku tidak peduli. Aku hanya mencari kebahagiaan.”
“Maksudmu, kamu tidak bahagia denganku? Kemudian aku harus mewajarkan tentang perselingkuhanmu?”
“Aku tidak selingkuh, dari dulu aku memang mencintai Klara.”
Daniar merasa seperti disambar petir di siang bolong. Ingin sekali rasanya Daniar langsung pingsan kemudian bangun dan merasa semua ini hanya mimpi buruk.
Bukan, Daniar ingin menghilang dari muka bumi.
Bagaimana mungkin ini terjadi? Hubungan yang diawali dengan persahabatan yang manis kemudian beranjak menjadi jalinan kasih ini diharapkan Daniar sampai pelaminan, bahkan sampai mati.
Daniar masih terkejut ia bahkan tak sanggup berkata apa-apa, lidahnya terasa kelu.
“Kau ingat kan, siapa yang mengajukan hubungan ini?” tanya Marvel
Apakah semua ini salahku? hanya karena aku yang mengungkapkan perasanku lebih dulu? Daniar merasa tak sanggup lagi mendengar perkataan Marvel, ia ingin menghilang.
“KAMU!” sambung Marvel.
Daniar menelan ludah. Memang benar apa yang dikatakan oleh Marvel. Namun bagaimana hubungan ini bisa mendapatkan status ‘pacar’ tanpa persetujuan kedua belah pihak? Daniar tahu Marvel, ia akan selalu mampu berdebat dengan Daniar. Sedangkan Daniar, untuk saat ini, memilih diam karena tak sanggup menerima kenyataan yang sedang ia hadapi.
“Apa kau pernah menyadari sesuatu, Dan? Kamu dan Klara tidak pernah setara. Klara adalah perempuan cantik dan anggun. Lihat dirimu baik-baik! Gaya pakaian bahkan rambutmu saja tidak menarik. Hubunganku dengan Klara lebih menyenangkan daripada denganmu.”
“Cukup, Vel!” Daniar beranjak dari kursinya,”apa kau pikir dengan menghinaku kau bisa terlihat lebih baik? Yang namanya berkhianat ya berkhianat saja. nggak perlu banyak alasan. Aku minta maaf jika selama setahun hubungan ini kamu tidak merasakan kebahagiaan seperti yang aku rasakan. Kupikir senyum dan tawamu selama ini adalah tanda bahwa kau juga menikmati hubungan kita.”
“Asal kau tahu ya, Dan. Aku mau berpacaran denganmu bukan karena adanya perasaan. Selama ini aku mengasihanimu karena kau sering bercerita tentang keluargamu yag menyedihkan.” Tukas Marvel.
“Iya. Aku juga mengasihanimu karena.. oh mungkin kau lupa ya bagaimana Klara mencampakkanmu dulu? Oh.. tentu saja kamu lupa bagaimana Klara berkata bahwa kau tidak selevel dengannya sebagaimana apa yang kau katakan padaku sekarang. Tentunya kamu lupa kalau kamu pernah menangis berhari-hari kemudian kau menghubungiku dan aku harus menemanimu main game semalaman untuk membuatmu merasa lebih baik?”
Marvel membelalakkan matanya dan merasa geram. Ia tak percaya bahwa Daniar berani berkata seperti itu. “Jangan menjelek-jelekkan Klara seperti itu!”
“Aku tidak menjelek-jelekkannya. Itu Fakta. Aku hanya bilang ‘Klara mencampakkanmu’ saja. bagaimana Klara menghinamu pun aku mendengar dengan jelas karena aku juga berada di tempat itu. apa kau juga menyadari kalau Klara tidak sebaik itu? Mungkin kau juga terlalu naif merasa bahwa Klara adalah cinta sejatimu. Kau juga menyedihkan, Vel!” Daniar pergi dari hadapan Marvel dengan air mata yang hampir tumpah.
Marvel memandang punggung Daniar yang semakin menjauh. Hubungan ini pasti akan berakhir, cepat atau lambat. Namun, ada yang mengganjal di hatinya. Ia tidak memungkiri bahwa Daniar pernah begitu bercahaya di kala hidupnya sedang gelap. Namun Klara adalah cinta pertamanya.
Aku sudah memutuskan, aku memilih Klara.
**
Bisa-bisanya Marvel menyebut keluargaku menyedihkan, pikir Daniar.
Setelah mengendarai motor dari Kafe ke rumah dalam keadaan menangis, Daniar merasa lelah dan ingin merebahkan diri di atas kasur. Ia merasa sangat kecewa dan marah dengan apa yang telah terjadi. Ia masih berharap jika ini hanya mimpi. Tapi ngilu matanya karena menangis sepanjang jalan seharusnya membuktikan bahwa yang dihadapinya adalah realita.
Daniar hanya ingin membeli kopi setelah melaksanakan tes sehari penuh, namun malah mendapati sang pacar mencium kening mantan pacar yang pernah membuatnya hampir mati karena patah hati. Astaga, ada apa dengan hari ini?
Daniar beranjak dari tempat kemudian memandang fotonya bersama Marvel yang ia letakkan di atas meja sebelah kasur. Semua yang pernah ia bayangkan dengan cepat hancur begitu saja.
“Memangnya aku semenyedihkan itu buat Marvel? Kupikir kita memang benar-benar ditakdirkan..” ujarnya kepada diri sendiri.
Tangis Daniar pecah kembali. Kali ini ia menangis lebih keras. Ia meluapkan semua perasaan sakit sampai dering ponselnya berbunyi pun tidak benar-benar disadari olehnya.
“Halo? Yaudah, kamu ke sini, gih! Ayahku kan emang selalu nggak ada.. Kutunggu.. bye..” Daniar menutup telepon, kemudian ia meneruskan tangisannya.
Sekitar lima belas menit berlalu seseorang masuk ke kamar Daniar tanpa mengetuk. “ASTAGA DAN! OH MY GOD!” kawannya masuk dengan keadaan terkejut melihat mata Daniar yang bengkak, bahkan matanya seperti tenggelam karena bengkak.
“Udah deh! Nggak usah ngeledek! Seneng kan aku udah putus sama Marvel?” Daniar menepis tangan temannya yang hendak menepuk pundaknya.
"Emang kamu sama Marvel pacaran?"
"Ya kan? Kamu ke sini mau ngeledek aku kan, Maya?"
Maya hanya tersenyum simpul, "Ya enggaklah, aku tahu hari ini akan terjadi. Tenang ya, bisa dilalui kok." kemudian ia memeluk Daniar yang masih sesunggukan. "Untung, ya, kamu sama Marvel putus di saat tes masuk PTN sudah selesai."
Tes masuk PTN? Daniar menyadari sesuatu.
Ya Tuhan, kenapa aku bisa lupa? Aku memilih PTN yang sama dengan Marvel..

Book Comment (411)

  • avatar
    Aulia pratiwiNikens

    sangat keren😍🤩

    26/06

      0
  • avatar
    AnjainiAndita

    sangat keren

    14/06

      0
  • avatar
    MeliaAmel

    bgusss crtanya

    18/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters