logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 9 Dia siapa?

"Buuukkk, ibuuuu kaos kaki Feby di mana satu lagi, aduh aduh udah telat banget," Feby panik.
"Nah kan kebiasaan deh, nggak di siapin dulu dari malem, sekarang kebakaran jenggot kan," ujar ibu membantu mencarikan keperluan Feby.
"Bu, Riko udah sampe belom?" tanya Feby dengan masih menyisir rambutnya.
"Udah dari setengah jam lalu, lagi di depan ngobrol sama ayah," jawab ibu.
Feby bergegas keluar dan menemui Riko, pasalnya sekarang adalah hari senin dan sudah pasti ada upaca bendera. Feby tak sempat sarapan atau pun menyiapkan bekalnya.
"Ayok kita udah telat banget, yah bu berangkat dulu assalamualaikum," ucap Feby.
Setelah berpamitan Riko menancapkan gasnya menuju ke sekolah. Pagi itu jalan lumayan pafat sehingga ia harus menyelap-selip vespanya di antara angkot, bis hingga pemotor yang padat.
"Duh beb, telat banget ini kita bisa di hukum," ujar Feby.
"Abang sih udah biasa di hukum, kalo kamu gak tau deh akan sanggup nggak di jemur tengah lapang sampe jam pertama selesai," jawab Riko santai.
"Prestasi buruk kok di banggain sih dasar MSG," ledek Feby.
"Iya deh, deabetasol," ledek Riko.
"Kok deabetasol?" tanya Feby bingung.
"Gula diabetes kan manis kek kamu eaaa," ujar Riko.
"Udah cepet nyelip lagi dah deket tuh," ujar Feby.
Bergegas lah Feby berlari menuju ke lapang setelah meninggalkan Riko di parkiran. Terlihat sudah banyak murid yang berjajar memulai upacara, namun belum sampai ke lapangan Feby pun di cegat oleh anggota OSIS karena ia tak memakai dasi.
"Kamu mana dasinya?" tanya keamanan.
Feby merogoh sakunya dan membuka tasnya, namun ia benar-benar lupa membawa dasinya. Alhasil ia harus berbaris di barisan paling belakang bersama murid lain yang atribut seragamnya tidak lengkap.
Riko memerhatikan dari kejauhan saat Feby tengah berbaris di bagian belakang barisan. Riko yang mengenakan dasi pun mencopot dasinya dan ia sakukan di celananya.
"Kamu nggak pake dasi ya, baris di belakang," ujar keamanan.
"Siap bro," jawab Riko tersenyum.
Feby yang silau karena tersorot matahari dari kiri wajahnya hanya bisa sesekali mengkrenyipkan matanya. Bersamaan dengan itu Riko berdiri tepat di sisi kiri Feby untuk menutupinya dari silaunya sinar matahari.
"Riko, kok kamu di sini, baris sana di depan," bisik Feby.
"Aku di hukum bi, nggak pake dasi juga," ujar Riko.
Feby yang aneh memerhatikan Riko hanya melirik ke arah dadanya. Perasaannya Riko memakai dasi saat menjemputnya di rumah, tetapi sekarang ia tak mengenakannya. Di saat penghormatan bendera Feby melihat dasi abu-abu Riko di saku kanannya. Ia merasa terharu akan perbuatan Riko yang rela di hukum demi menemaninya.
Hingga selesai upacara mereka tetap di hukum berdiri di lapangan sampai bel pergantian jam pelajaran berbunyi.
"Bi panas nggak?" Riko mengelap dahi Feby.
"Panas woi panas, aelah udah panas kena matahari panas pulak hati jombloku ini," teriak murid lain yang di hukum.
"Hussss sirik aja lu jomblo," umpat Riko.
Feby hanya tersenyum melihat tingkah Riko. Ia tak bisa berkata apa-apa saat Riko selalu memperlakukannya sangat spesial.
"Bi, nanti aku ada latihan renang tambahan, bulan depan mau turnamen," ujar Riko.
"Oh ya? aku pasti akan nonton kamu di paling depan, semangat oppa," jawab Feby.
"Aku cuman pesen sama kamu, nanti pas latihan jangan deket-deket sama Zainudin ya," ucap Riko.
"Kalo dia yang deketin?" tanya Feby menggoda.
"Apa pun alasannya pokoknya jaga jarak aman dua meter," jawab Riko.
Obrolan mereka tak terasa hingga bel pergantian jam berbunyi. Riko dan Feby yang asyik mengobrol dak sadar jika mereka berdua ada di tengah lapang sendirian.
"Hei kalian, mau di jemur sampe bel pulang sekolah?" tariak guru BK dari pinggir lapang.
Riko dan Feby celingak-celinguk memerhatikan sekeliling dan baru tersadar jika mereka hanya tinggal berdua. Dengan menahan malu mereka pun berjalan menuju kelas.
Hari itu pelajaran berjalan seperti biasa. Feby yang sedang mengecek ponselnya saat istirahat tiba mendadak di kejutkan oleh sebuah permintaan pesan dari media sosialnya.
"Kamu pacarnya Riko? kenalin gue cewek yang pernah di tinggalin Riko, cuman mau bilang aja kalo dia nggak sebaik yang lu pikir, gue pernah tidur sama Riko, dan dia ninggalin gue saat tau gue udah nggak virgin lagi, tiati lu kena sama jebakan dia,"
Tulis seseorang pada pesannya. Bak di sambar petir di siang hari, saat Feby berbahagia menikmati indahnya cinta tiba-tiba pesan itu menghancurkan hatinya seketika. Berkali-kali Feby menenangkan dirinya untuk menganggap bahwa itu hanyalah pesan dari orang iseng. Tapi kenyataannya Feby benar-benar termakan oleh pesan yang ia tak tau siapa pengirimnya itu.
Bel pulang sekolah pun terdengar nyaring. Feby yang masih melamun tersadar ketika Riko menepuk bahunya.
"Bi, aku futsal dulu ya, nanti aku jemput sore, love you bi," Riko mencium kepala Feby.
Fehy merasakan jijik dan marah saat itu juga. Ia tak mampu melampiaskannya meski hanya sekedar bertanya siapa wanita itu. Feby hanya terdiam terpaku sesaat sebelum ia berjalan menuju aula untuk latihan. Di aula sekolah telah berkumpul banyak anggota yang akan pentas minggu depan. Feby yang kehilangan konsentrasinya beberapa kali meminta break pada tim pengiring musiknya. Hal itu di sadari Zaidan yang heran dengan sikap Feby waktu itu.
"Ana, cut dulu lanjut ke yang lain, Feby break in dulu," ujar Zaidan menyuruh Ana.
"Oke kak," jawab Ana.
Ana menghampiri Feby dan memintanya beristirahat di tribun aula sampai ia kembali konsentrasi lagi. Zaidan menghampiri Feby dengan botol air mineral di tangannya.
"Feby, kamu lagi ada masalah ya?" tanya Zaidan memberikan minuman.
"Makasih kak," Feby menerima botol itu.
Zaidan yang menerima sinyal dari Feby pun duduk di sebelahnya. Ia berusaha menanyakan apa yang sedang terjadi pada Feby hingga membuatnya berkali-kali meminta break saat latihan.
"Kamu bisa cerita kalo lagi ada masalah," ujar Zaidan.
"Mm enggak kok ka, cuman sedikit pusing aja," jawab Feby berbohong.
"Feb, aku kalo lagi ada masalah juga ke bawa kok ke performa manggungku, pasti ada aja salah melodi, salah ritme kadang kalo aku yang nyanyi juga salah lirik, tapi saat aku cerita ke orang yang ku percaya seketika bebannya berkurang," ujar Zaidan.
Feby yang sedikit ragu akhirnya membuka suara. Ia merasa Zaidan adalah orang yang bisa di percaya saat itu.
"Kak, kalo kita mengetahui sesuatu hal yang belum tentu kebenarannya, kita harus bersikap gimana ya? soalnya ini tuh bener-bener bikin sakit banget," ucap Feby menundukkan wajahnya.
"Kalau hal itu belum pasti ya jangan di dengerin, meski pun itu hal buruk ya, kamu harus cek kebenarannya dulu, apalagi kalau menyangkut seseorang, jatuhnya akan jadi fitnah kalo kamu gegabah langsung percaya," jawab Zaidan.
Jawaban Zaidan sedikit melegakan perasaan Feby saat itu. Senyum simpul menghiasi wajah Feby kala Zaidan menatapnya. Melihat itu Zaidan merasa kalau Feby membaik seketika.

Book Comment (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters