logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Mama, Riko rindu

"Beb, ini ujannya nggak makin gede kan?" tanya Feby yang masih memeluk Riko.
"Enggak, satu-satunya hal yang makin gede saat ini tuh rasa sayang aku ke kamu," jawab Riko.
"Aaa jangan gombalin aku terus nanti aku meleleh kebawa ujan," Feby makin erat memeluk.
"Nah kalo kamu meluknya kekencengan kek gini, yang gede bukan cuman sayang aku bi," ujar Riko.
"Terus apa?" tanya Feby antusias.
"Dedek maikel ikutan gede ini," jawab Riko.
Pllaakkk
Sebuah pukulan mendarat tepat di helm Riko.
"Awww, puyeng ini bi," ujar Riko memegangi helmnya.
Feby menggeser duduknya ke belakang agar tidak menempel pada Riko.
Gerimis pun kian deras seiring Riko memacu vespanya. Untung saja rumah Feby tidak terlalu jauh, sehingga belum sempat hujan deras mengguyur, mereka telah sampai di depan rumah Feby.
"Beb masukin dulu deh, ini dah mau deras hujannya," Feby membuka gerbang.
"Assalamualaikum bu," Feby masuk ke dalam rumah.
"Walaikumsalam, waduh ke ujanan ya kalian," ucap ibu.
"Tante, bbbrrrr bbrrr," Riko menggigil.
"Bentar ibu ambilin handuk," ujar ibu.
Ibu Feby membawakan handuk beserta kaos oblong dan sarung milik ayah Feby. Riko bergegas mengganti pakaian basahnya di kamar mandi. Begitu pun dengan Feby yang telah berganti menggunakan baju tidur yang hangat.
"Ahahahaha, mau pengajian di mana pak haji?" ledek Feby melihat Riko yang keluar dari kamar mandi.
"Heh nggak boleh ngeledekin gitu, Ko, ke ruang tamu aja udah ibu bikinin teh anget," ujar ibu.
"Makasih tante," jawab Riko.
Riko dan Feby meminum teh hangat buatan ibu Feby. Tak terlihat lagi raut kedinginan Riko.
"Bu, ayah kemana?" tanya Feby.
"Ayah lagi ke rumah pak Rt tadi, kayaknya kecegat hujan di sana makanya belum pulang," jawab Ibu.
"Eh beb, mau mi kuah pake telor sama boncabe nggak?" tanya Feby.
"Bi, nggak usah repot-repot, kalo ada pake nasi sama kerupuknya," jawab Riko menyeringai.
"Huuu dasar, ya udah bentar ya," Feby pergi ke dapur.
Riko memperhatikan beberapa foto di ruang tamu yang menunjukkan betapa harmonisnya keluarganya. Foto Feby sejak kecil hingga remaja semua terpajang rapi dalam bingkai-bingkainya.
"Ini Feby kecil ya tante," ucap Riko.
"Iya itu waktu dia masuk TK, dia itu takut kenal orang baru, sampe-sampe ibu itu nemenin dia masuk ke kelasnya hahaha," jawab Ibu tertawa.
"Iya tante, Feby itu penakut, tapi dia juga berani kalo kepepet hehehe," ucap Riko.
"Oh iya kalo Riko di rumah sama siapa aja?" tanya ibu.
"Sama papa dan bi Irah tante," jawab Riko.
"Mama kerja apa gimana?" tanya ibu lagi.
"Mama dari Riko kelas lima SD ninggalin kita tan, sekarang mungkin udah punya keluarga baru, maklum lah dulu papa Riko nggak sekaya sekarang, jadi di tinggalin," ujar Riko.
"Riko, bagaimana pun yang di lakukan orang tua kita, kita nggak boleh berburuk sangka, mereka lebih tau apa yang terbaik untuk kita," ucap ibu yang memandang dalam ke arah Riko.
"Kalau saja Riko bisa berbaik sangka tan, tapi sulit, Riko nyaksiin sendiri apa yang terjadi dulu, gimana jahatnya mama sama papa, dan Riko nggak bisa maafin itu," ucap Riko meneteskan air mata.
Ibu Feby menghampiri Riko dan duduk di sampingnya. Seolah ingin berbagi kehangatan sosok seorang ibu, di peluklah Riko saat itu juga.
"Riko, kalau ibu boleh berbagi kasih sayang sama kamu, anggap saja ibu sebagai mama kamu ya," ucap Ibu mengelus kepala Riko.
Riko yang hanya sesenggukan menahan sedih pun perlahan membalas pelukan Ibu Feby. Sosok yang selama ini tak bisa ia rasakan kasih sayangnya akhirnya ia dapatkan dari ibu Feby.
"Selama ini Riko hanya bisa meluk bi Irah, orang yang setidaknya bisa gantiin posisi mama tan," ujar Riko memeluk erat.
"Sabar ya nak, kamu anak kuat," Ibu menitikkan air mata.
"Riko kangen mama tan, Riko pengen di suapin, Riko pengen di peluk, di cium, dan foto keluarga bareng mama tan," tangisan Riko semakin menjadi.
Feby yang mendengar percakapan ibunya dan Riko pun mengurungkan niatnya menghampiri di ruang tamu. Ia membiarkan Riko melampiaskan kerinduan pada mamanya kepada ibunya. Terlihat sekali jika Riko begitu emosional saat memeluk ibu Feby. Dan di balik cerianya seorang Riko selama ini, ternyata tersembunyi perasaan sedih seorang anak kepada mamanya.
"Udah ya, nggak boleh sedih lagi, dan mulai sekarang jangan panggil tante ya, panggil ibu aja," ucap Ibu.
"Makasih bu, Riko janji nggak akan nyakitin Feby meski Feby itu kadang ngeselin," ucap Riko.
"Hei ferguso, siapa yang ngeselin!" Feby membawa dua mangkuk mi di tangannya.
"Hehehe, wah mantep ni bi," Riko membantu Feby.
"Iya dong mi kuah buatan cheff Feby tuh nggak pernah gagal," ujar Feby.
"Ya udah kalian makan dulu ibu mau masuk ya, di abisin loh," ucap ibu.
Hujan yang semakin mereda di tambah suara hewan malam yang bersahutan, semakin membuat suasana menjadi sejuk malam itu. Riko dan Feby saling melempar canda tawa sepanjang waktu.
"Assalamualaikum, ayah pulang," ucap ayah.
"Walaikumsalam," jawab Riko dan Feby serempak.
"Waduh waduh mi rebus enak nih," ujar ayah.
"Eh yah baru pulang?" tanya ibu.
"Iya terjebak hujan bu, oh iya ayah mau dong di bikinin mi kuah telor setengah mateng kaya itu," ayah melirik ke Feby.
"Oke siap," ibu berjalan menuju dapur.
Ayah melirik Riko yang mengenakan kaos dan sarungnya.
"Ko, abis sunat?" ledek ayah yang langsung masuk ke dapur.
"Ahahahahaha," Feby tertawa terbahak-bahak.
"Seneng seneng, puas deh ya," Riko mencubit hidung Feby.
"Aaww aww, cakit ih, pak haji abis sunat ya?" ledek Feby.
Lima belas menit kemudian, hujan pun benar-benar reda tanpa suara. Riko pun mengganti sarungnya dengan celana sekolahnya. Karena tak mungkin ia pulang menggunakan sarung.
"Bi, aku pulang ya, udah malem juga, oh iya ayah ibu kemana?" Riko menengok ke dalam.
"Ah udah nanti aku pamitin, pasti mereka sedang pacaran, nggak bisa di ganggu," ujar Feby.
"Oke lah," Riko menuju ke depan.
Riko memanaskan vespanya sejenak sebelum ia pulang. Pasalnya karena hujan yang deras tadi membuat mesin motornya sedikit mogok jika di paksakan. Feby yang berada di samping Riko pun melirik ke arah depan vespanya, terlihat sebuah stiker bertuliskan "VEBI" di dekat lampu vespanya.
"Beb, sebucin itu yah kamu sampe motor aja ada stiker namaku hihihi, tapi typo tuh harusnya Feby pake F sama Y bukan V sama I," ujar Feby menunjuk stikernya.
"Hah, ini? hahahaha," Riko tertawa.
"Lah malah sawan dia," ujar Feby.
"Kamu kira abang sebucin itu ya? ini tuh VEBI artinya vespa biru, bukan Feby Putri Andini sayang hahaha," jawab Riko.
"Hm syebel deh aku udah kepedean," ujar Feby.
"Gak usah manyun, besok pagi kita CFD ya abang jemput jam enam okeh," ujar Riko.
"Kalo bangun ya," jawab Feby.
Malam itu Riko pulang dengan hati yang lega dan bahagia. Selain mendapatkan Feby sebagai kekasihnya, Riko pun mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu yang selama ini tidak ia dapatkan.

Book Comment (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters