logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Diantar Pulang

"Aku antar pulang, ya!"
Seseorang tiba-tiba saja berdiri di sebelahku, yang sedang menunggu taksi datang. Dengan keramahan luar biasa, dia menawarkan jasa.
Aku terpaksa pulang dengan taksi, karena menunggu Kak Arhan sama tim, masih lama.
Aku menoleh, mendapati Kak Aldin yang tersenyum sangat manis. Tangan kanannya memegang gulungan kertas putih, entah kosong atau berisi lukisan.
"Enggak usah, Kak. Aku udah pesen taksi tadi," tolakku setengah tidak enak.
Iya gengsi, dong. Masa Nerima bantuan dari musuh..
"Penyanyi lagi naik daun, masa naik taksi?" ledek Kak Aldin sambil menaik turunkan alis.
Kumat nyinyir!
"Nggak apa-apa, dong! Emangnya aturan siapa artis nggak boleh naik taksi?"
"Saya!"
Oh, ya sudah. Toh, cuma Kak Aldin yang bilang seperti itu, kan?
"Bawa gitar, tapi naik taksi, kasihan." Meskipun lirih, gumaman itu tetap bisa kudengar dengan jelas. Namun, aku memilih diam. Percuma juga ribut sama orang serba tidak jelas. Terlebih saat ini kami berdiri di tepi jalan raya.
"Emang Kakakmu mana?" tanya Kak Aldin lagi, karena melihatku diam enggan merespon ledekan panjang lebar tadi.
Sok akrab banget!
Pandanganku sedari tadi hanya fokus melihat hilir mudik kendaraan di jalan raya depan gedung. Jadi, mana tahu ekspresi laki-laki sok pintar di sampingku ini.
"Berisik!" sentakku. Kemudian membuka pintu taksi yang sudah berhenti di depan kami.
Akan tetapi, bukannya mundur menghindar, Kak Aldin justru ikut naik dan duduk di sebelahku tanpa minta persetujuan lebih dulu. Haish, semakin menyebalkan!
"Jalan, Pak!" perintahnya yang segera dituruti Pak sopir tanpa membantah.
Kesal? Tentu saja lebih dari itu. Taksi ini aku yang memesan, kenapa dia ikut jadi penumpang? Mana tadi udah nyinyir habis-habisan lagi!
"Kakak ngapain ikut naik?" bentakku.
"Berisik!" balasnya menirukan ucapanku tadi. "Lagipula, Kamu belum jawab. Jadi, nggak ada salahnya saya menuntut jawaban!"
Aku menghela napas berat. Mendadak kepala pening dengan sikap laki-laki di sebelahku ini. Beberapa saat lalu nyinyir, kemudian cosplay Emak-emak dengan ke-kepo-an lebih dari maksimal. Apa nggak nyadar kalau caranya bisa membuat jantungku berfungsi tidak normal sebagaimana mestinya?
"Kak Arhan itu ikut festival band. Jadi, harus nunggu pengumuman baru bisa pulang." jelasku setelah cukup lama kami saling diam. "Sekarang, Kakak turun!"
Kak Aldin tersentak dengan suaraku yang meninggi beberapa oktaf. Namun, hanya sebentar. Selanjutnya dia sudah bisa menguasai keadaan.
"Kamu o'on apa kehabisan obat! Mana mungkin saya turun dari taksi yang melaju kencang seperti ini!" sentaknya balik, menghentikan tanganku yang coba mendorongnya agar membuka pintu dan ke luar.
Sialnya, Pak sopir pura-pura tidak peka maksudku. Justru menambah kecepatan laju taksi.
"Aku nggak mau deket Kakak! Berisik!" omelku masih bersikukuh supaya laki-laki menyebalkan ini turun sekarang juga, bagaimanapun caranya. "Sana, cepet turun!"
"Oke, saya diam!" balasnya cepat.
"Hahaha." Tawa Pak sopir taksi seketika menghentikan keributan. Membuatku dan Kak Aldin saling pandang dengan tatapan sama-sama kesal.
Nyebelin!
°°°°
Taksi yang mengantarku pulang berhenti di depan rumah. Kak Aldin membuka pintu dan turun lebih dulu. Di lantas mengulurkan tangan dan meraih gitar, agar aku bisa turun dengan mudah.
Sebelum aku mengeluarkan dompet dari saku celana, laki-laki aneh itu pun mendahului. Mengulurkan beberapa lembaran uang berwarna hijau kepada sopir taksi.
Gegas aku berjalan menuju teras rumah, tanpa mengucapkan terima kasih atau basa-basi. Kak Aldin pulang naik apa. Bodo amat. Aku terlalu lelah dengan dia yang sebentar sebentar cosplay.
Akan tetapi, gerakanku untuk memutar anak kunci pintu berwarna putih dengan grendel keemasan, seketika berhenti. Menyadari langkah seseorang berhenti tepat di belakangku. Berbalik badan, mendapati Kak Aldin lagi-lagi berdiri dengan jarak lima langkah dariku. Sangat dekat sekaligus membuat darah naik lagi.
Maunya apa, sih? Diucapin makasih sama diganti uang taksi gitu?
"Mau apalagi?" tanyaku datar.
"Enggak. Cuma mastiin kamu sampai di dalam rumah dengan selamat," ucapnya gugup sambil mengulurkan gitarku. Terlihat ia salah tingkah kali ini.
Nah loh. Gantian.
"Berapa yang Kakak kasih ke Pak sopir tadi? Biar aku ganti." Suaraku sedikit melunak.
Bukan kasihan melihatnya seperti itu, sama sekali tidak. Tapi, maksudku agar dia segera meninggalkan tempat ini. Jantungku sudah hampir copot mendapati tatapan matanya yang ... sudahlah.
"Oh, nggak perlu. Itu nggak seberapa!" tukasnya cepat.
Aku tersenyum, coba mencairkan suasana yang masih canggung sekaligus melunakkan hati untuknya secara tidak langsung. "Kalau gitu, makasih!"
Kak Aldin mengangguk.
"Oh, iya, Kakak pulangnya gimana? Masuk dulu, aku buatin minum."
Basa-basi juga deh akhirnya!
"Nggak usah, Cha. Sebentar lagi temenku ke sini, jemput Tadi aku udah bilang mau nemenin kamu pulang, terus dia bawa mobilku."
Deg!
Teman? Siapa dia? Apa mungkin seorang yang sering Kak Aldin ceritakan dalam postingan media sosialnya akhir-akhir ini? Kalau iya, apa tidak marah tahu pacarnya mengantar aku pulang?
Aku ini penyanyi receh dari panggung ke panggung, bisa saja teman Kak Aldin itu gadis berkelas yang jauh lebih cantik. Rata-rata pacarnya penulis kan gitu. Cantik, feminim, tapi agak kelewatan kalau cemburu.
Keterlaluan nih pacar orang!
"Emangnya temen Kakak nggak marah, Kakak ada di sini?" tanyaku.
Kak Aldin tersenyum, memegang pundakku sehingga kami berpandangan lebih dalam. "Tenang aja, dia nggak seperti yang kamu pikirkan."
"Thanks, Kak."
Kak Aldin tiba-tiba memelukku, dibisikkannya beberapa kata yang membuat perasaanku damai seketika. "Aku cuma ingin jagain kamu, memastikan keadaan kamu baik-baik aja."
Waduh, kalau begini caranya, mau nggak diberi maaf gimana. Pikiran lebih memilih kalah dari perasaan, ketika seseorang yang diharapkan diam-diam, bersikap manis. Meski sedikit bahkan sekali seumur hidup.
Ya ampun, Icha, sadar! Kak Aldin itu musuh. Tapi pelukan ini sungguh nyaman.

Book Comment (665)

  • avatar
    ZᴇʀᴏKɪɴɢ

    nice app

    1d

      0
  • avatar
    RayraChrisyra

    lucuu bingitt

    2d

      0
  • avatar
    Lilis Liss

    baukk

    12d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters