logo
logo-text

Download this book within the app

Survive : The Legend Of Bunian World

Survive : The Legend Of Bunian World

JanggoetNaga


Keegoisan

Hingar-bingar kota kecil perlahan menggemah, matahari nan ceriah tampak membelai dunia dengan kehangatannya, tapi disebuah tempat yang dibelai-nya telah panas sebelum ia muncul, perdebatan orang-orang egois ini membuat suasana dalam ruangan ini semakin panas. AC tua yang terpasang seadanya dan kipas angin bersuara berisik dalam ruangan itu tidak mampu mendinginkan keadaan. Teknologi tidak begitu berguna dalam kondisi tertentu.
"Brak!!!!" Suara meja putih didorong dengan keras. Dalam satu bulan ini hampir setiap hari meja itu menjadi pelampiasan amarah. Permasalahan mereka sama, jelas mudah untuk diselesaikan. Namun ego mereka tidak mengizinkan untuk bertemu kata damai.
"Sampai kapan kalian akan mengatakan omong kosong ini?!" ujar Abraham Pudjiono.
Seorang dokter jenius yang kerap disapa Abra. Lagi-lagi tersulut api emosi oleh beberapa rekannya diruangan ini. Dia pemuda optimis dan logis, tapi belum mampu menahan emosinya sebagai seorang dokter.
"Sampai kau memahami situasinya dokter Abra!" Balas gadis di depannya, di sebrang meja pelampiasan itu.
Gadis magang bernama Alisa Irfasil yang biasa dipanggil Al itu mencoba mamaksa menjelaskan situasi yang tidak masuk akal bagi dokter Abra.
"Kita tidak tahu penyakitnya dan hasil lab selalu nihil, ini bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan manusia!, dan dokter yang lain pun setuju jika ini perbuatan makhluk halus" lanjut Al dengan tekanan nada yang semakin tinggi.
"Lalu kita harus menyerahkan pasien lemah itu ditangani oleh para dukun yang tidak jelas asal-usulnya itu?! Jangan bercanda!" dokter Abra menjawab dengan nada sedikit lebih tinggi dari Alisa.
"Jika kau pikir kita, para dokter, mampu mengobatinya, kenapa sampai saat ini belum ada perubahan yang ada semakin memburuk. Mana kejeniusanmu itu? tidak bergunakah sekarang?" Celoteh sinis Dokter Aryo sekaligus paman dari Abraham.
"Sialan" gumamnya kesal sembari keluar dari ruang apel itu.
"Pergilah anak cengeng, bawah semua keegoisanmu dari tempat busuk ini!" Dokter Aryo melempar makiannya untuk mengantar Dokter Abra keluar.
"Akan kutemukan penyebabnya!". Tegas dokter Abra.
"Aku tidak akan percaya hal ghoib yang kalian bicarakan sebelum aku melihatnya sendiri!" tegasnya lagi sambil menutup pintu dengan keras.
"Cih!.. tak ada bedanya dengan ayahnya"
"eh.!?" gumam Alisa bingung
"Ah.. kau tidak tahu ya? selama dengannya dia tidak memberitahumu bahwa aku pamannya yang hebat?"
"Tidak pernah, dia lebih seperti guru daripada seorang dokter saat bersamaku, dan bukan tentangmu yang ku maksud".
"Jadi apa? (cih.. anak muda tanpa rasa humor)" tanya dokter Aryo sembari bergumam.
"Ayahnya seorang dokter?"
"Bukan, Ayahnya hanyalah seorang prajurit yang sudah menjadi mayat bersimbah darah ketika perbatasan diserang".
"Maaf menanyakan hal itu".
"Tak apa, itu hanya masa lalu, sekarang ayo pikirkan apa yang harus kita lakukan!". tegas dokter Aryo
"Kau benar.." jawab Alisa pelan
Sebagai mahasiswi magang, Alisa tak memiliki hak untuk berbuat banyak, jadi ia seperti NPC yang ada di sebuah game dan ia ingat bahwa ia telah lancang kepada dokter Abra.
Tiba-tiba seorang suster mengetuk pintu.
"Masuk saja" sahut aryo dari tempat duduknya.
Suster itu masuk dengan wajah khawatir dan berkata "dokter Samco tidak datang lagi? bagaimana ini? keluarga pasien ingin menemuinya sebagai penanggung jawab pasien"
Dokter Samco adalah dokter paruh baya yang bertanggung jawab atas pasien yang memiliki penyakit aneh ini. Namun, sudah hampir seminggu ia tidak pernah datang seakan mengabaikan tugasnya. Apa masalahnya?.
"Biar aku yang mengurusnya, Al kamu temui dokter Abraham tanyakan tentang dokter Samco, dia yang paling dekat dengannya pasti tahu sesuatu".
"Siap laksanakan!" Jawab Alisa tegas.
Ini kesempatannya untuk meminta maaf kepada beliau karena tlah lancang. kebetulan alamat yang diberikan Aryo berada di dekat sini. Untuk menghemat bensin Alisa memilih jalan kaki saja.
__
Sementara itu diruang pasien.
"Kami rasa rumah sakit ini tidak banyak membantu, kami akan membawa anak kami pulang saja". Kata lelaki tua yang duduk letih di hadapan dokter Aryo.
Mendengar ucapan lelaki tua ini dokter Aryo mulai khawatir, bukan hanyakhawatir dengan keadaan pasien, ia juga khawatir akan seperti apa reaksi keponakannya jika tahu mereka mengizinkan pasien pulang.
Ia pun mencoba merayu lelaki tua di depannya.
"Pak, kami tahu perasaan bapak, tapi penyakit anak bapak belum diketahui penyebab dan efeknya apa, dia hanya tak sadarkan diri tanpa perubahan yang baik atau yang buruk, apa bapak yakin ingin membawa dia pulang?". bujuk dokter Aryo.
"Pak, saya sudah membicarakan semua ini dengan anggota keluarga saya, dan hanya ini cara yang bisa kami lakukan, kami sudah tidak bisa lagi membayar biaya rumah sakit ini dan BPJS pun tiba-tiba dibekukan.
setelah beberapa lama berdebat akhirnya dokter Aryo menyerah dan menyerahkan pasien kepada keluarga.
__
Selang beberapa waktu Kaki kecil Alisa sedang mencari alamat dokter Abra, dia merasa bingung dengan alamat yang diberikan oleh dokter Aryo, mungkin saja beliau keliru. tempat itu sangat bau, sampah yang berserakan, tikus got seperti kucing liar yang berjalan tenang tanpa rasa takut dengan manusia, apakah tikus ini sudah bermutasi atau memang jarang bertemu manusia? karena sepanjang jalan Alisa tidak melihat seorang pun, ini membuatnya sedikit merinding.
Namun, setelah ditanyakan melalui telefon dokter Aryo mengatakan memang itu tempatnya. Alisa heran seorang pemuda tampan dengan tubuh terawat terlebih lagi seorang dokter tinggal di tempat seperti ini.
Setelah pencarian tak kunjung ketemu, tiba-tiba.
"bzzzt" suara senjata listrik menyentuh leher Alisa.
"bruk" Alisa tumbang begitu saja tanpa perlawanan, tubuhnya yang berat di bagian dada hampir menabrak tanah jika tidak cepat ditangkap oleh pemuda yang menyengatnya lalu menggendong dan membawanya pergi. Pemuda aneh berperawakan gagah mengenakan jas hujan dan topi hitam.
Tampaknya gadis itu dibawa ke sebuah lorong yang memiliki sejuta bau dan gelap serta setiap detiknya dipenuhi oleh suara tikus yang saling menyahut. Pantas saja pemuda itu menggunakan mantel di hari cerah.
Tak lama kemudian sampailah mereka didepan sebuah pintu yang mirip pintu berankas. pemuda itu menyandarkan Alisa di dinding dengan hati-hati dan mulai memutar kombinasi kunci. Tampak seperti adegan pencurian yang sering muncul di film-film.
Setelah pintu terbuka, ia kembali menggendong Alisa yang masih pingsan.
Menoleh kiri dan kanan memastikan tidak ada yang mengikuti. Lalu membawa masuk ke sebuah ruangan penuh dengan pengharum di setiap sudutnya. Sepertinya ini adalah tempat tinggal, tapi orang aneh mana yg mau tinggal di sini. Hey! siapa yang menyangka ada springbed di tempat ini dan Alisa dibaringkan disana.
Pemuda itu melepaskan mantelnya lalu berganti pakaian dengan santai didepan Alisa yang belum juga sadar. Kini pemuda itu menggunakan kaos merah berarsir putih serta celana jeans biru pendek sedikit ketat.
Ditatapnya tubuh alisa yang menggunakan rok dengan dalaman ketat hingga pahanya yang berisi seakan berteriak kesempitan, ia mulai menaikan pandangan kedada alisa yang lumayan besar untuk tubuhnya yang sedikit mungil. Dada yang menggoda sedikit tertutup brizer kampus terkenal. dan bibir yang dimiliki Alisa adalah tipe bibir wanita yang menggiurkan baginya. Rambutnya yang lurus tergurai seakan melambai meminta dielus.
"(Ini pertama kali seorang wanita tidur ditempatku)" ucapnya dalam hati.
Hasrat yang sudah terpendam lama pun mulai muncul dan menekan birahi dan pusakanya secara bersamaan. Dari dalam celana jeans tampaknya benda pusaka maha dahsyat mulai bergerak mamaksa dikeluarkan dari belenggu gelap dan hampa seakan berteriak "lepaskan aku jhony!".
Lelaki mana yang tidak tertarik dengan pemandangan surga duniawi seperti ini?.
Ekspresi nya seperti sedang membayangkan imajinasi penuh ereksi layaknya orang on*ni tanpa film semi. apa yang ia lihat sudah lama ia inginkan.
Bukankah ini waktu yang tepat untuk melancarkan aksi birahi, bukannya tempat ini sepi hingga tak ada yang bisa melihat adegan ini?, tapi tunggu sebenarnya apa yang akan dilakukan pemuda itu?.
Dia mengambil tali, palu dan paku. Sial! apakah pemuda ini pengidap BDSM? tali yang ada ditangannya terlihat mampu mengikat tubuh mungil Alisa dengan kuat. Namun, untuk apa paku dan palu? Akankah ia sedikit kelewatan jika sampai memaku kedua telapak tangan Alisa didinding seperti salib?.
Alisa yang malang...
__

Book Comment (178)

  • avatar
    AnjaniPutri

    makasih

    8d

      0
  • avatar
    SaraaNadya

    good

    26d

      0
  • avatar
    Xxy_lif

    bagus

    17/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters