logo
logo-text

Download this book within the app

Part 9

Kadang kita terlalu mencintai sesuatu secara berlebihan hingga kita dibutakan oleh ketulusan, bahkan jika harus disakiti berulang kali hati ini tetap bertahan.
Seperti yang dialami Bella, karena rasa cintanya yang begitu tulus pada Leon hingga dia rela trus disakiti bahkan luka ditubuhnya pun belum sembuh bertambah pula luka baru diwajahnya. Siapa sangka Bella yang begitu periang ternyata memiliki beban yang begitu banyak entah itu masalah keluarga atau hubungan percintaannya untunglah takdir masih menempatkannya pada tempat yang paling baik.
Sang takdir mengirimkan Arana sebagai teman terbaiknya, Bella yang jauh dari ayahnya dan senjak ia terlahir di dunia ini ibunya telah meninggal sama seperti Arana yang jauh dari Ibunya. Ayahnya meninggal saat Arana masih berumur enam tahun, perjalanan hidup mereka hampir sama hingga mereka berusaha bertahan untuk tetap kuat meski semesta begitu kejam.
"Ra, loh bener gue harus bisa lepasin Leon."
Ara hanya terdiam mendengarkan dan fokus mengobati luka Bella.
Bella melihat Arana seperti malaikat tanpa sayap wajahnya yang cantik, senyumnya yang manis dan hatinya yang lemah lembut membuat siapa saja yang mendekatinya pasti jatuh hati padanya. "Arana.. namamu selembut hatimu."ucap Bella dalam hati.
"Bella.. Bellaa.." sontak Bella terkejut saat Arana memanggil namanya.
"Loh lagi hayalin apa sih?"
"Ra, makasih yahh loh selalu ada buat gue. sekarang gue sadar mana yang perlu di pertahankan dan mana yang perlu kita tinggalkan."
Ara tersenyum mendengar Bella menyadari bahwa apa yang selama ini ia lakukan adalah kebodohan besar. Arana mengenggam tangan Bella " Bell.. loh itu cantik, loh itu baik sanggatt baikk.. Tapi bodohnya loh selalu menganggap semua org itu baik tapi nyatanya tidak!! Bahkan kita harus berpura-pura jahat demi melindungi diri kita sendiri."
Air mata Bella jatuh tanpa ia sadari sekarang dia mengerti bahwa dunia ini memang benar-benar kadang tak adil bahkan seseorang yang kita percaya pun bisa memberi luka yang sangat menyakitkan.
***
Waktu trus berjalan hari demi hari telah terlewatkan. Setiap kejadian adalah pelajaran dari masa lalu dan masa sekarang adalah awal dari pembelajaran hidup.
Arana berusaha bangkit dari keterpurukan ia memulai hidup barunya tanpa Agas, meskipun bebannya banyak tapi pandainya ia menyembunyikan semuanya dibalik senyumnya yang indah.
Saat sedang asikk mendengar musik sambil menyetir tiba-tiba sebuah mobil hitam mengjalangi jalannya sontak ia terkaget.
Siapa sangka ternyata itu Agas. Arana mulai ketakutaan hingga ia tak berani turun dari mobilnya.
"Ra.. buka kacanya Ra.. kita harus ngomong."ucap Agas menghalangi jalan Arana.
Dari dalam mobil Arana tampak diam bahkan menoleh kearah Agas pun ia tak ingin.
"Ra.. buka pintunya Ra.." ucap Agas menggedor-gedor kaca mobil.
Brukk...!!
Brukk..!!
Tiba-tiba Ardan datang menendang Agas hingga terjatuh. "pergi nggak loh."ucap Ardan dengan kemarahan.
Agas merasa ini seperti hinaan bagi dirinya, Ardan selalu ikut campur dengan urusan pribadinya kini ia tak tinggal diam. Agas berdiri dengan raut wajah yg sangat marah, "berani-beraninya loh ikut campur urusan gue Hahhh..!!"ucap Agas dengan nada tegas.
Namun gertakan Agas tak membuat Ardan takut padanya, "Ya ampun Ardan.. ngapain sih dia ada disini."ucap Ara panik.
Agas berjalan mendekati Ardan, mereka saling berhadapan dengan raut wajah kemarahan. "mending lo cabut dari sini." Ardan menghadapkan wajahnya tepat dihadapan Agas. "mending loh mundur, karena loh ngga pantes dapatin Ara." tanpa banyak bicara lagi Agas langsung menghantam wajah Ardan hingga hidungnya mengeluarkan darah. "astagaaa!! Ardann."ucap Ara terkjut.
Ardan tetap diam dan tak ingin membalasnya dengan pukulan. "kenapa loh takut.. ayo maju." Ardan tetap terdiam menatap sinis Agas, "stoopppp..." teriakan Ara membuat Agas dan Ardan terkejut.
"ya ampun Ardan hidung loh berdarah."ucap Ara khawatir.
"Ra.. kamu harus ikut sama aku.. Ayooo.."ucap Agas memaksa.
"guee ngga mau.."jawab Ara berusaha melepaskan genggaman Agas.
"tapi kita harus bicara Ara.."
"apa yang perlu di jelasain semua udah jelas."
Melihat Ara kesakitan Ardan melepas paksa genggaman Agas. "masih berani loh sama gue."ucap gertakan Agas sambil menunjuk-nunjuk Ardan.
"santaiii broo ngga usah nunjuk-nunjuk gua."ucap Ardan mendorong Agas.
Saat Agas hendak memukul Ardan tiba-tiba Ardan menghindar hingga pukulan itu meleset. "mending loh yang pergi."ucap Ardan berbisik ditelelinga Agas.
"Bangsaattt!!" ucap Agas teriak dengan kemarahan hingga terjadilah perkelahian antara mereka. Ara bingung harus melalukan apa ia sangat ketakutan namun Ara tak ingin mereka berdua terluka karena dirinya.
Ara berusaha memisahkan mereka saat Agas hendak memukul Ardan dengan sebuah balok-balok ditangannya, tiba-tiba Ara datang melindungi Ardan namun dengan sigap Ardan langsung memeluk Ara dan melindunginya hingga pukulan keras itu mengenai Ardan. "Aahhh..."ucap teriak Ara panik.
"Ardannn..."
"Ardaann... "
Mereka saling memandang satu sama lain Arana melihat dengan jelas wajah Ardan yang menyembunyikan rasa sakitnya.
"Ardaann.." ucap Ara menyentuh wajah Ardan.
"loh ngga papa kan Ra?"
"harusnya gue yang nanya kayak gitu." Ara sangat marah pada Agas, sikapnya yang begitu kasar membuat Ara tak ingin lagi melihat wajahnya hingga ia mengusir Agas dengan paksa.
"gue minta loh sekarang pergii.. dari sini.."
"Ra.. tapi loh belum dengar penjelasan gue."
"gue bilang pergi....!!!"ucap teriak Ara
"okee.. gue pergi, tapi loh ingat satu hal!! hubungan ini berakhir antas kemauan loh sendiri bukan kemauan gue." ucap Agas menunjuk-nunjuk Ara.
Ara akhirnya bisa bernafas lega karena Agas telah pergi dari hadapannya. Sementara Ardan menahan rasa sakitnya.
"Ardann.. loh bener ngga papa."
"iya gue ngga apa-apa."ucap Ardan mengelak.
"apanya ngga papa."
Saat Ara hendak melihat punggung Ardan yang terluka tiba-tiba Ardan melihat Ara dengan tatapan tajam namun, itu tidak membuat Ara takut padanya.
"ngga usah keras kepala deh."
Ardan pasrah dan mengisinkan Ara menyentuh tubuhnya. Saat Ardan hendak membuka bajunya Arana berbalik tak ingin melihat.
"Ra.."
"Araa.."
"Ehh.. iyaa!!"
"Loh, jadi ngga ngobatin guee.."
"iyaa.. jadi."
"ya udah buruan gue dingin nih ntar yang ada gue masuk angin lagi."
"ya udah sih ngga usah nyolot."
"ya udah buruaann!!"
"iyaa.. Sabar.."
Ara mulai mengobati punggung Ardan yang terluka, tanggan gemetar saat menyentuh pungungg Ardan. "Aww.. sakittt!!"
"ehh soryy.. sakit yah?"
"enggak!!"
"truss ngapain loh teriak?"tanya Ara panik.
"loh nginjek kaki gue."
Ara melihat kebawah. "hehee.. maaf.. maaff.."
Saat Ara tengah berhati-hati dalam mengobati luka Ardan, tampaknya Ardan menyembunyikan senyum manis diwajahnya. "Menemukanmu adalah hal tersulit dalam perjalanan ini tapi ada hal lain yang lebih sulit dari itu."ucap Ardan dalam hati.
"Nahh.. sudah selesai."
Arana mengemasi tempat obatnya saat berjalan mengambil tasnya tiba-tiba ia terpeleset Ardan langsung menarik tanggannya agar tidak terjatuh hingga Arana duduk dipangkuan Ardan, mereka saling menatap satu sama lain Arana tampak begitu canggung. "sorryy.."ucap Arana.
"lain kali kalau jalan hati-hati."
Arana terdiam.

Book Comment (169)

  • avatar
    CuttiestTisya

    good

    29d

      0
  • avatar
    Riaedi Yocher

    bagusssss bangetttt

    16/08

      0
  • avatar
    Alika Nayla

    Bagusss bngitzz

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters