logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

6.Bertemu Kembali Part 2

" Terserah lu pada mau berkompetisi atau berkelahi sekali pun untuk ngedapetin tuh cowok! Yang jelas gue enggak tertarik!" tegas Risol dengan nada masih Terdengar cukup tinggi. Kemudian tanpa menghiraukan ketiga sahabatnya yang asyik membicarakan mengenai Rendy, dia pun mempercepat langkahnya.
"Hei, Risol, tungguuu...!" seru ketiga temannya.
Risol tak menggubris seruan ketiga temannya. Dia terus saja Melangkah dengan cepat. Sehingga mau tidak mau, ketiga sahabatnya pun akhirnya mengikutinya, mempercepat langkah kaki mereka.
"Buru-buru amat sih?!" sungut Siska.
"Iya nih," timpal Pratiwi.
"Lo marah ya ama kita?" tanya Nana.
"Siapa yang marah?" sungut Risol.
"Lah, kenapa lo buru-buru gitu?"
"Waktu istirahat cuma sebentar. Kalau ngikutin lo bertiga yang ngebahas anak baru itu, bisa-bisa kita kehabisan waktu," jawab risol sembari terus melangkah, membuat ketika temannya pun mau tidak mau harus ikut mempercepat langkah mereka.
Rendy dan Beno Tengah menikmati es jus dan makanan kecil, ketika Risol dan ketiga temannya datang ke kantin. Dan sebagaimana biasanya, setiap kehadiran Risol senantiasa menjadi pusat perhatian kaum cowok. Kedatangan Risol dan ketiga temannya ke kantin seketika membuat para cowok mengalihkan perhatian mereka kepribadian Primadona SMA Negeri 62 itu.
"Hai Risol...!
"Hai juga!" balas Risol sembari menebarkan senyum pesonanya, yang membuat setiap cowok yang melihat akan merasakan debaran aneh di jantungnya.
"Kapan nih gue dapat kesempatan?" tanya salah seorang cowok.
"Kesempatan apa nih?" balas Risol menggoda.
"Kesempatan dekat ama lo."
"Wah, kalau itu Rasanya enggak mungkin deh," jawab Risol masih dengan bibir mengurai senyum manis.
"Kenapa memangnya?"
"Ya, karena gue udah ada yang punya."
"Siapa?"
"Bokap ama nyokap gue."
"Tapi best friend belum, kan?"
Risol tak menjawab. Dia hanya tersenyum yang semakin membuat beberapa cowok yang memang sudah lama naksir berat dan berharap bisa mendapatkan cinta sang Primadona jadi tambah penasaran. Namun seketika senyum Primadona SMA Negeri 62 itu hilang, saat matanya beradu pandang dengan sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya. Entah mengapa walau di bibir Risol mengatakan dia tak kenal dengan cowok itu, tetapi hatinya membantah pernyataannya. Hatinya mengatakan kalau dia memang mengenal cowok itu, bahkan sangat mengenalnya. Karena hati kecil Risol mengakui, kalau dia pernah dekat Sekian lamanya dengan tuh cowok. Ya, itu terjadi saat dia masih kecil. Bahkan kedekatannya ama tuh cowok berlangsung cukup lama. Dari dia masih kecil belum sekolah, sampai dia duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar.
Melihat Risol memandang ke arahnya, Rendy berusaha untuk tersenyum. Hatinya membatin, aku yakin kamu adalah Risol yang selama ini aku rindukan. Aku yakin kamu adalah Risol yang dulu senantiasa bersikap manja kepadaku. Yang demi kamu, apapun akan kulakukan. Bahkan demi menolong dan membelamu, aku harus berkelahi dengan anak-anak kelas enam yang menggoda dan menjahilimu."Risol..." Rendy memanggil. Kemudian Rendy bangun dari duduknya, meninggalkan Beno. Melangkah mendekati Risol yang masih berdiri mematung memandang ke arahnya." aku tahu kamu pasti ingat aku, meski sudah lima tahun Lamanya kita berpisah, tetapi aku yakin kamu tak akan melupakanku sebagaimana aku pun tak pernah melupakanmu."
"Hei...! Lo ngomong apa sih?!" sentah Risol dengan wajah menunjukkan ketidak sukaan, bahkan terkesan sadis.
"Aku hanya ingin kamu tahu kalau selama ini semenjak kamu pergi dari Bumi jaya, aku tetap mengingatmu. Bahkan aku sering datang ke tempat dulu kita bermain untuk kembali mengingat masa-masa indah kita berdua."
"Hai cowok kampung! Lo itu gila atau apa sih?!"! Gue nggak merasa kenal ama lo, dan rasanya emang gue enggak pernah deh punya teman cowok kampungan macam lo! jadi, gue harap lo jangan ganggu gue! Atau barang kali lo sedang tidur dan bermimpi, eh?! Kalau benar lo masih dalam keadaan tidur, mending lo bangun dan cuci muka lo!" tegas Risol dengan kata-kata tajam.
Rendy hanya menghela nafas panjang. Seakan dia tak merasa tersinggung apalagi sakit hati atas kata-kata Risol yang tajam dan menusuk itu. Padahal Beno aja yang ikut mendengar, merasa tidak bisa menerima sahabat barunya dihina seperti itu di depan teman-teman mereka.
"Hei Risol...!" seru Beno." Kalau lo enggak mau mengakui kebenaran perkataan Rendy, enggak apa-apa. Tapi omongan lo jangan kasar begitu dong..."
"Hei Beno!" Balas Risol tak mau kalah. Apa lo pikir, karena lo terkenal sebagai anak Badung di sekolah ini, akan membuat gue takut ama lo?!"
"Gue enggak merasa mengancam lo!" jawab Beno." Gue cuma mengingatkan lo. Jangan mentang-mentang lo cewek paling cantik dan menjadi Primadona di sekolah ini, lalu lo
seenaknya saja menghina dan menyakiti perasaan orang!"
"Gue enggak merasa menyinggung perasaan lo!"
"Lo memang enggak nyinggung perasaan gue, Risol tetapi lo telah menyakiti perasaan sahabat gue!"
"Oo, jadi cowok kampungan ini sahabat lo?!"
"Ya! Dan gue enggak terima sahabat gue lo hina di depan orang banyak! Apa salah Rendy terhadap lo?! Kalau kalau enggak mau mengakui bahwa antara lo ama Rendy
pernah saling kenal dan bahkan pernah dekat, ya udah enggak perlu bersikap kasar seperti itu!"
"Eh, Beno, lo jangan seenaknya aja ngomong, ya?!"
"Maksud lo?"
"Lo ngomong gue kenal bahkan dekat ama cowok kampungan macam dia. Emangnya lo tahu apa, eh?!" dengur Risol.
"Gue memang enggak tahu masa kecil lo ama Rendy. Tetapi dari penuturan Rendy, gue yakin dia nggak bohong. Dan gue percaya, kalau antara lo ama Rendy memang sudah lama saling kenal, bahkan antara lo ama Rendy pernah menjadi teman dekat. Cuma karena lo kini merasa sebagai cewek kota dan menjadi Primadona, sehingga lo malu untuk mengakui kebenaran itu, kan?"
"Lancang mulut lo, Beno! Lo bakal menyesal telah bicara yang menyinggung dan menykiti perasaan gue! Dan lo cowok kampung, gue enggaknterima lo permalukan gue di depan banyak orang! Lu berdua akan menyesal telah menghina dan memperlakukan Gue di depan umum!" Ancam Risol. Kemudian sambil menangis Primadona SMA Negeri 62 itu pun berlalu meninggalkan kantin diikuti oleh ketiga sahabatnya.
Melihat Risol menangis, Johan dan teman-temannya yang memang naksir berat dan berharap bisa mendapatkan cinta Risol tak bisa menerima perlakuan Rendy dan Beno.
Meski Beno terkenal sebagai anak Badung, namun Johan dan teman-teman yang sudah terlanjur kesal pada Rendy dan Beno langsung beranjak bangun dari duduknya.
"Hai anak baru dan lo Beno!" seru Johan.
"Dengar ya. Lo berdua telah mempermalukan Risol dan membuat Risol menangis. Lo berdua akan menanggung akibat dari perbuatan yang telah lo berdua lakukan!" ancam Johan yang begitu marah.
Next Bab....

Book Comment (1223)

  • avatar
    EgiivrzMhmd

    baru pertama kali baca keren

    3d

      0
  • avatar
    Dedi Alfito

    bagus jg ceritanya smoga semua yg membaca bisa terhibur

    12d

      0
  • avatar
    UserMela

    bagus

    22d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters