logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

5. Bertemu Kembali Part 1

"Ada apa?" tanya Beno.
Rendy tak menyahut. Dia hanya berdiri diam bagai patung dengan mata mengarah ke sosok seorang cewek yang tampak baru keluar dari ruang kelasnya bersama dengan beberapa orang teman sekelasnya. Dan cewek cantik yang baru keluar dari dalam kelasnya bersama teman-temannya itu pun seketika ikut menghentikan langkahnya dan terpaku dengan mata balas memandang ke arah Rendy. Sehingga baik Rendy maupun cewek cantik itu pun saling beradu pandang satu sama lain.
"Rendy...Rendy..."
"Oh, eh, ya?"
"Ada apa?"
"Tidak...tidak apa apa."
"Kok lo tiba-tiba mematung begitu, dengan wajah menunjukkan keterkejutan. Seakan lo melihat hantu saja?" tanya Beno sembari mengarahkan pandangan
matanya ke arah yang dituju oleh Rendy."Oh, rupanya si Primadona sekolah ini yang membuat jadi seperti orang kesurupan?"
"Maksud kamu?" tanya Rendy.
"Udahlah...gue tahu, Kok. Ya, gue juga maklum kalau lo pasti terpesona oleh kecantikannya. Gue sendiri pun meski sudah lama mengenalnya tetap aja enggak bisa memungkiri hati gue kalau gue tetap terpesona oleh kecantikannya. Namanya.....
Belum juga Beno memberitahu, Rendy telah menebak namanya, " Risol Andini Amelia, kan?"
"Wuih...! Bagaimana lo tahu nama panjangnya?" gumam Beno."Padahal, gue belum pernah membicarakan mengenai dia ama lo?"
"Jadi benar dia Risol Andini Amelia?"
"Ya," jawab Beno masih dengan wajah menunjukkan ketidak mengertian. " Tapi bagaimana lo tahu namanya?"
" Aku hanya menduga saja."
"Menduga?" ulang Beno dengan kening mengkerut dan wajah masih menunjukkan ketidak mengertian.
"Ya."
"Ah, gue enggak percaya!" tukas Beno.
Kemudian katanya, "Dari keterkejutan yang tergambar di wajah lalu sepertinya Lo sudah mengenalnya lama. Ah, benar... dia juga berasal dari Brebes.
Dia lahir di Brebes. Menurut berita yang Gue denger, dia pindah ke Jakarta saat dia masih duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar.
Hm, ternyata benar dia. Ah, apakah dia masih mengenalku? pikir Rendy. Kemudian tanpa diduga oleh Beno sebelumnya, tiba-tiba Rendy kembali melangkah. Bahkan
dengan agak cepat dia menuju ke arah Risol dan teman-temannya.
"Risol... kamu Risol, kan?" Tanya Rendy memastikan, begitu dia berada dekat di depan cewek cantik Primadona SMA Negeri 62 Jakarta itu.
"Ya, nama gue emang Risol. Ada apa dan lo siapa?"
"Aku Rendy...Rendy Subekti, Risol."
"Lo anak baru ya disini?"
"Be...benar."
"Dari mana lo kenal nama gue?"
"Risol... Meski aku anak baru disini, tetapi kita bukan baru bertemu. Apakah kamu lupa padaku?" tanya Rendy berusaha mengingatkan. "ketika kita kecil, kita selalu main bersama. Ingatkah kamu saat kamu ingin buah mangga, lalu aku nekat memanjat pohon mangga dan karena pohon itu banyak semut rangrang nya aku pun dikerubungi semut rangrang?"
"Sorry, gue enggak ingat tuh. Dan rasanya, gue belum pernah kenal ama lo deh,"kata Risol. Sembari mengajak teman-temannya meneruskan langkah, meninggalkan Rendy yang masih terpatung dengan wajah Murung dan bingung. Rendy merasa yakin, kalau gadis cantik Primadona SMA Negeri 62 itu adalah Risol yang dia kenal. Meski ketika ia dan Risol berpisah saat mereka kelas lima Sekolah Dasar yang berarti sudah lima tahun mereka berpisah tetapi Rendy tak akan bisa
melupakan gadis kecilnya itu.
"Rendy," tegur Beno.
"Oh eh, ya?"
"Kenapa dia bersikap seperti itu?"
"Entahlah..."
"Lo yakin kalau dia Risol teman lo sewaktu kecil?"
"Ya. Sebagaimana keterangan dari lo mengenai asal muasalnya, aku yakin dia memang Risol Andini Amelia, teman kecilku. Dan namanya pun sama kalau dia
bukan Risol teman masa kecilku mana mungkin namanya sama?" tutur Rendy.
"Kalau begitu, Kenapa dia enggak mau mengakuinya?"
"Entahlah..."
"Sombong sekali dia!" sungut Beno. "Mentang-mentang cantik dan merupakan primadona di sekolah ini, dia jadi sombong begitu..."
Rendy hanya bisa menghela nafas panjang. Dia sendiri tak mengerti dan Tak habis pikir, kenapa Risol yang dulu dia kenal baik dan senantiasa manja pada dirinya,
kini berubah 180 derajat? Risol seakan-akan tak pernah mengenalnyanya.
"Mungkin dia malu," ucap Rendy.
"Malu?" ulang Beno dengan kening mengerut.
Rendy mengangguk.
"Malu kenapa?"
"Karena aku dari kampung."
"Ah, dia juga dulunya dari kampung. Bahkan dulu dia sekampung ama lo, kan?"
Rendy menghela nafas panjang.
"Sudahlah, sebaiknya kita tak usah membicarakannya. Ayo, bukankah kamu ingin mengajakku jalan-jalan mengenal lingkungan sekolah ini?" kata Rendy berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Beno meneruskan langkah mereka.
"Baiklah. Memang sebaiknya kita tak perlu memikirkan cewek sombong macam dia. Toh di sekolah ini, khususnya di kelas kita, banyak cewek yang suka ama lo, Rendy. Apalagi setelah mereka tahu siapa Lo sebenarnya dan gue yakin, akan makin banyak cewek yang suka ama lo, setelah lo mampu menunjukkan prestasi lo, tutur Beno." Ayo kita ke kantin," ajaknya kemudian sembari membimbing Rendy meneruskan langkah mereka yang sempat terhenti karena bertemu dengan Risol dan teman-temannya.
Keduanya pun meneruskan langkah menuju ke arah kantin.
Sementara itu, kemunculan Rendy yang merupakan anak baru di sekolah mereka namun sudah mengenal Risol membuat teman-temannya jadi penasaran. Apalagi, sepertinya Rendy sangat mengenal benar siapa Risol bahkan Rendy tahu nama panjang Risol Padahal mereka baru bertemu.
"Ris..."
"Ya?"
"Siapa dia?"
"Maksud lo?"
"cowok yang tadi menemui kita."
"Anak baru kali."
"Ya, kita tahu Dia anak baru. Yang kita maksud, sepertinya dia sudah mengenal lo..."
"Mana gue tahu?" sahut Risol.
"Benar lo enggak kenal dia?"
"Kenapa kalian enggak percaya?"
"Ya, bagaimana ya? Gimana kita mau percaya, soalnya tuh cowok kok langsung bisa nebak nama lo. Bahkan tahu nama panjang lo. Padahal, tuh cowok kan anak baru disekolah kita. Kalau dia enggak kenal lo sejak lama, mana mungkin dia tahu nama panjang lo. Ya enggak teman-teman?"
"Iya. Gue juga heran." timpal yang lain. "Bahkan tadi tuh cowok mengatakan, meski Dia anak baru di sini, Tetapi dia ama lo bukan baru bertemu. Bahkan dia bertanya ama lo, apakah lo lupa padanya? Nah, dari ucapannya itu, jelas kalau dia sudah mengenal Lo sudah lama."
"Terserah apa pendapat ama penilaian lo pada. Yang jelas, gue enggak mengenal cowok kampung itu!" tegas Risol.
Ketiga temannya Saling pandang dengan kening mengerut mendengar sahutan Risol yang nadanya agak emosional. Dan itu justru semakin membuat ketiga temannya kian bertambah penasaran. Mereka pikir sepertinya Risol sebenarnya mengenal tuh cowok, hanya karena tuh cowok anak baru dan dari kampung,
sehingga Risol yang selama ini dikenal sebagai Primadona di sekolah jadi malu mengakuinya.
"Benar lo enggak mengenalnya?"
"Iya! Kenapa sih lo pada sepertinya enggak percaya?!" sungut Risol.
"Bukan begitu. Sebenarnya tuh cowok keren juga sih. Kalau bener lo enggak mengenalnya, ya kebetulan..."
" kebetulan Bagaimana maksud lo Sis?"
"Ya, itu berarti ada kesempatan buat gue mendekati tuh cowok," jawab siska.
"Yeee... jangan ge-er dulu lo, Sis. Lo kira cuma lo aja apa yang pingin bisa naklukin tuh cowok?
Gue juga pingin ngedapetin perhatian dari tuh cowok," timpal Pratiwi.
"Eh, Tiwi, Siska. Kalau lo berdua mau berkompetisi, jangan lupain gue dong!" tegas Nana.
"Gue juga sepertinya tertarik ama tuh cowok. Ya, karena gue nilai tuh cowok emang is oke, pantas buat diperebutkan gitu. Jadi, gue enggak mau ketinggalan ama lo berdua bahkan mungkin yang lainnya selain sahabat kita yang satu ini untuk bersaing ngedapetin cowok..."
Next Bab....

Book Comment (1223)

  • avatar
    EgiivrzMhmd

    baru pertama kali baca keren

    3d

      0
  • avatar
    Dedi Alfito

    bagus jg ceritanya smoga semua yg membaca bisa terhibur

    12d

      0
  • avatar
    UserMela

    bagus

    22d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters