logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

4.Siswa Baru Teman Baru

"Teman-teman...!" seru Beno pada teman-teman sekolahnya yang seketika langsung mengarahkan perhatian ke arah Beno yang mereka kenal sebagai anak Badung di SMU Negeri 62. "Kenalkan, ini Rendy, sahabat gue! Dia adalah siswa baru di sekolah kita, khususnya di kelas kita. Dia pindahan dari Brebes. Gue harap kalian mau menerimanya dengan baik, sebagaimana gue juga menerimanya sebagai sahabat gue! kalau ada yang enggak mau atau enggak suka atas keberadaannya di kelas kita, silakan ngomong sama gue!"
Mana ada yang berani untuk mengatakan tak suka, kalau yang ngomong Beno yang mereka kenal sebagai anak badung di sekolah mereka? salah-salah, mereka akan berurusan dengan Beno.
"Bagaimana, ada diantara kalian yang tidak bisa menerima kehadiran Rendy di kelas kita?" Tanya Beno lagi meminta kepastian sembari mengedarkan pandangan matanya ke seluruh teman-temannya.
Teman-temannya tetap tak ada yang berani angkat bicara.
"Jadi, kalian mau kan menerima Rendy di kelas kita?" tanya Beno lagi.
"Yaaa...!
"Bagus! Itu baru teman. Nah, mengenai detalnya siapa Rendy, nanti saja setelah guru Wali kelas masuk dan memperkenalkan Rendy pada kalian secara resmi." tutur Beno sembari tersenyum ke arah Rendy. "Tapi gue yakin, Rendy bisa diterima di kelas kita, pastilah Dia bukan anak sembarangan. Parti dia punya kelebihan, sehingga bisa masuk ke kelas favorit ini. Yang enggak...?"
"Yaaa...!" sahut teman-temannya.
" Begitu aja yang ingin gue sampaikan pada kalian. kalau ada yang mau kenalan, silahkan langsung bertanya pada yang bersangkutan!"
Bel tanda waktu pelajaran pertama akan dimulai berdering, sehingga membuat para siswa yang semula masih ramai dan semerawut tak karuan, langsung menuju ke bangku masing-masing. Apalagi ketika Wali kelas masuk ke kelas II-A para siswa langsung diam dan tertib, duduk di bangku masing-masing.
"BERSIAPP...!" seru ketua kelas
Para siswa langsung bangun dari duduknya dengan posisi siap siaga.
"MEMBERI HORMATTT...!"
"SELAMAT PAGI, BUU...!" sambut para siswa
"Pagi anak-anak," balas Wali kelas.
Para siswa pun kembali duduk di bangku Masing-masing.
"Anak-anak, hari ini kalian kedatangan teman baru pindahan dari Brebes. Rendy, coba kamu maju dan Perkenalkan dirimu pada teman-temanmu.
"Baik, Bu."
Rendy yang tadi duduk di samping Beno bergegas bangun, kemudian melangkah ke depan kelas untuk memperkenalkan diri pada
teman-temannya.
"Selamat pagi teman-teman..."
"Pagiii...!"
"Nama saya Rendy Subekti. Sebelumnya, saya tercatat sebagai salah seorang siswa di SMA Negeri 2 Brebes. Dan karena ibu saya pindah ke Jakarta, saya pun akhirnya harus ikut pindah ke kota metropolitan ini sebagai anak baru di SMA Negeri 62 ini, saya berharap kiranya saya bisa diterima dengan baik oleh teman-teman.
Begitu saja perkenalan dari saya, Apabila ada yang kurang kiranya teman-teman berkenan memaafkan saya," tutur Rendy.
"Ada yang ingin bertanya?" tanya bu Mustika, wali kelas II-A pada para siswanya.
Tak ada yang bereaksi. Semua siswa seakan memandang Acuh Tak Acuh atas keberadaan Rendy di kelas mereka.
"Baiklah, kalau kalian tak ada yang ingin bertanya. Sedikit Ibu beritahu pada kalian, kalau Rendy semasa di SMA Negeri 2 Brebes, merupakan siswa berprestasi.
Dia selalu masuk dalam tiga besar. Selain itu dia juga seorang karateka pemegang sabuk hitam, juga jago main voli ball. Satu lagi, Rendy juga pintar menulis cerita ataupun novel bahkan semasa dia di SMA Negeri 2 Brebes, dia adalah juara menulis cerita tingkat SLTA se-Jawa Tengah, juara membaca puisi tingkat SLTA se-Jawa Tengah, dan masih banyak lagi prestasi yang lainnya..."
"WOW...!" gumam para siswa, terutama para siswi begitu mendengar penuturan Bu mustika mengenai Siapa teman baru mereka. Tak terkecuali Beno. Anak badung di SMA Negeri 62 ini pun sampai ke dua biji matanya hampir keluar begitu mengetahui kelebihan teman barunya itu.
Riuhlah seketika seisi kelas II-A. Rasa penasaran dan ingin tahu para siswa pun seketika muncul, setelah mendengar penuturan wali kelas mereka mengenai prestasi yang dimiliki oleh Rendy. Sehingga membuat Rendy harus dibuat sibuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman barunya,
khususnya kaum cewek yang begitu antusias ingin mengenal Rendy lebih dekat, setelah tahu kalau cowok itu ternyata jago menulis cerita dan puisi.
"Sudah-sudah.... Ibu rasa perkenalan kalian dengan Rendy cukup. Nanti bisa diteruskan setelah istirahat, sekarang kalian harus mengikuti pelajaran pertama. Nah, siapa yang mau duduk dengan Rendy?"
"Biar dengan saya, Bu!" seru beberapa orang siswa menawarkan.
"Enggak bisa! Saya yang pertama kali kenal dengannya, maka Rendy biar dengan saya!" tegas Beno. Teman-temannya pun tak ada yang berani membantah.
"Ya sudah kalau begitu. Tapi ibu ingatkan, kamu jangan ajari Rendy hal-hal yang tidak benar, Beno," kata Bu mustika mengingatkan.
"Beres, Bu..."
"Huhhh...!" seru teman-teman sekelas yang tak lain, tak percaya dengan janji Beno yang oleh mereka sudah kenal sebagai anak Badung di kelas II-A bahkan
di SMA Negeri 62.
Beno cuma nyengir.
"Baiklah."Ya, Siapa tahu dengan duduk bersama Rendy, dia akan berubah..."
"Tentu, Bu!" Sahut Beno Pasti dengan bibir tersenyum meyakinkan.
"Baiklah Rendy, kamu boleh duduk dengan Beno."
"Baik, Bu."
Rendy pun meninggalkan tempatnya berdiri, melangkah menuju ke bangku di mana Beno berada. Dan semua mata pun memperhatikan ke arahnya dengan
pandangan kagum. Bahkan beberapa orang cewek berbisik satu sama lain," sudah cakep, pintar, banyak prestasi lagi..."
"Kalau gue sih, suka karena dia ternyata jago nulis cerita," bisik yang lainnya.
"Boleh nih kita deketin dia."
"Yoi..."
"Gimana kalau kita berlomba?"
"Boleh. Siapa takut..."
Rendy yang mendengar bisik-bisik mereka hanya tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju ke bangku di mana Beno berada. Lalu setelah sampai,
dia pun duduk di samping Beno.
Bel tanda waktu istirahat berbunyi. Siswa kelas II-A yang biasanya begitu Bel istirahat langsung bergerak menuju ke tempat nongkrong mereka seperti kantin, perpustakaan, atau Taman sekolah, pagi ini tidak langsung meninggalkan ruang kelas mereka. Kebanyakan dari mereka, ingin mengenal lebih dekat dengan Rendy, terutama kaum cewek, Mereka pun berlomba untuk menarik perhatian siswa baru pindahan dari Brebes itu. Mengajak kenalan, untuk kemudian Diteruskan dengan ngobrol.
"Rendy..."
"Ya?"
"Ajari gue nulis cerita,dong," pinta Rike.
"Gue juga, dong Rendy," timpal Atika.
"Gue juga mau deh ajari membaca puisi yang baik," tambah Tias." Karena gue udah lama loh pengen banget nekunin bidang pembacaan dan penghayatan puisi..."
"Kalau gue sih, enggak pingin belajar nulis atau baca puisi," kata Uci sembari pasang aksi dengan senyum genit menggodannya.
" Lalu, apa yang lo inginkan?" tanya Rike.
"Gue sih jujur aja pengen jadi teman baik lo, Rendy," kata Uci.
Rendy hanya tersenyum.
Beno yang melihat Rendy dikerubungi oleh para cewek, jadi gerah juga. Apalagi para cewek itu tingkahnya rada-rada genit.
"Sebentar, Nona-nona cantik tapi genit," kata Beno yang membuat para cewek seketika cemberut dengan memasang muka keki." Untuk kali ini, Cukup Sekian dulu perkenalan kalian dengan my best friend, Oke? Gampang disambung lain kali, karena gue mau ngajak dia jalan-jalan seputar sekolah kita untuk memperkenalkan my best friend pada lingkungan sekolah. Gue harap, kalian nona-nona cantik enggak keberatan..."
Para cewek cuma bisa merenggut sembari bersungut-sungut. Namun mereka tak ada yang berani protes. Bahkan mereka akhirnya hanya diam, ketika Beno mengajak Rendy pergi.
"Kemana?" tanya Rendy.
"Mengenal lingkungan sekolah ini. Agar lo kalau sewaktu-waktu sendirian di sini enggak nyasar kemana-mana," jawab Beno sembari tersenyum.
Rendy pun ikut tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Ayo..." ajak Beno sembari membimbing Rendy melangkah meninggalkan ruang kelas di mana kerumunan kaum cewek masih berada. "kita lebih dulu ke kantin,"
kata Beno." Bagaimana pun juga, dan di sekolah mana pun yang namanya kantin merupakan tempat yang dianggap paling penting, apalagi jika otak kita sedang enggak mood untuk mengikuti pelajaran. Bukan begitu...?
"Ya."
"Nah. Kalau lo enggak tahu letak kantin, gimana lo mau ke sana? benar?
Rendy mengangguk.
"Oke guys, kita kesana..."
Rendy pun menurut, mensejajari langkah Beno menuju ke arah kantin. Namun belum juga mereka sampai di kantin, bahkan mereka masih berada di koridor sekolah, tiba-tiba Rendy menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Beno dibuat terkejut sembari mengerutkan kening.
Next Bab....

Book Comment (1223)

  • avatar
    EgiivrzMhmd

    baru pertama kali baca keren

    3d

      0
  • avatar
    Dedi Alfito

    bagus jg ceritanya smoga semua yg membaca bisa terhibur

    12d

      0
  • avatar
    UserMela

    bagus

    22d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters