logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Sebuah Janji Cinta

Sebuah Janji Cinta

Pelangi


1.Tetangga Dekat

Sebagai tetangga dekat, keluarga Rendy dan Risol tidak berhubungan dangan baik. Tetapi saat itu, kebetulan keadaan ekonomi keluarga Risol tidak seperti sekarang ini. Ayahnya Risol yang cuma seorang buruh tani, pengahsilannya pun tidak mencukupi pada waktu itu. Beruntung, keluarga Rendy yang keadaan ekonominya lumayan baik, sering membantu. Akhirnya keluarga Risol pun mulai bisa berhubungan baik dengan keluarga Rendy dan bahkan keluarga rendy sudah seperti keluarga sendiri
Sekarang bagi risol dan keluarga nya.
Hubungan baik antara kedua orang tua mereka, membuat Risol dan Rendy pun berhubungan baik pula bahkan sudah seperti sahabat pada umumnya. Kemana dan dimana pun, keduanya sering bersama. Bahkan Rendy sanagt menyayangi Risol.
Demi membuktikan kasih sayangnya pada Risol, Rendy akan rela melakukan apa saja. Rendy pun tak akan membiarkan siapa pun dan apapun mengganggu, apalagi sampai membuat Risol ketakutan bahkan sampai menangis.
Kebersamaan antara Risol dan Rendy,
senantiasa diisi dengan bermain, bercadaria penuh gelak tawa dan rasa bahagia.
Risol pun seketika teringat kembali pada mimpi mimpinya. Mimpi mimpi yang senantiasa terisi dengan kejadian-kejadian saat dia masih kecil. Masih bersama dengan Rendy di desa Bumi jaya.
Setiap pulang sekolah, setelah makan siang, dia dan Rendy pergi bermain berdua. Kadang duduk-duduk di kebun, kadang berlari-lari di pematang sawah, memancing, dan sebagainya.
Sebagaimana juga sore itu, setelah makan siang, Rendy dan Risol pun pergi bermain. Keduanya bermain berkejar-kejaran di pematang sawah sambil diselingi canda ria penuh rasa bahagia.
"Ayo Rendy, kejar aku...!" seru Risol sambil terus berlari.
"Kamu memang nakal, Risol. Awas ya kalau aku berhasil mengejarmu!" sahut Rendy sambil terus mengejar dengan bibir tersenyum.
"Kejarlah kalau kamu sanggup!"
"Baik! Akan kutangkap kamu...!"
Akhirnya, setelah beberapa saat keduanya berlari, Risol pun menghentikan larinya.
Sehingga Rendy berhasil mengejarnya.
"Kena kamu!" seru Rendy sembari memegang kedua pundak Risol yang dim tak berusaha
menghindar atau mengelak dengan bibir tersenyum.
"Rendy..."
"Ya?"
"Mungkinkah kita akan selalu bersama seperti ini?" tanya Risol
" Kenapa kamu tanyakan itu?"
"Tidak apa-apa. Aku cuma berharap kiranya kita bisa selalu bersama seperti ini selamanya. Sebab aku merasa senang dan gembira bila bersamamu.
Aku juga merasa tenang dan damai bila berada di dekatmu," tutur Risol sambil tersenyum sembari memandang ke wajah Rendy dengan dekat.
"Aku juga begitu, Risol, aku pun merasa senang bila bersamamu. Apalagi kalau melihatmu tersenyum gembira, hatiku jadi ikut gembira karenanya," jawab bocah kecil laki-laki bernama Rendy dengan bibir ikut tersenyum dan mata balas memandang lekt ke wajah cantik gadis kecil bernama Risol.
" Rendy..."
"Ya?"
"Apakah kamu akan selalu menjaga dan melindungiku?"
"Tentu,kartika aku akan selalu menjaga dan melindungimu. Tak akan kubiarkan siapa pun menyakitimu," jawab Rendy.
"Aku senang mendengarnya, Rendy."
Rendy hanya tersenyum."
"Kita pulang yuk," ajak Rendy.
"Kenapa?"
"Disini panas."
"Kalau begitu, kita cari tempat yang teduh."
"Kamu tidak ingin pulang?"
"Nanti saja pulangnya. Aku masih ingin bermain denganmu."
"Baiklah.Ayo kita cari tempat yang teduh," ajak Rendy sembari menggandeng pergelangan tangan Risol yang menurut, bahkan tampak senang dan gembira digandeng oleh Rendy yang selama ini senantiasa baik kepadanya. Bahkan senantiasa berusaha menyenangkan dan membahagiakan dirinya. Juga senantiasa akan berusaha menjaga dan melindunginya dari ancaman apapun, termasuk anak-anak jail yang suka menggodanya.
Keduanya kemudian melangkah meninggalkan pesawahan,menuju kesebuah perkebunan yang banyak pohon buahnya. Ada buah mangga, belimbing, sirsak, srikaya, pisang dan lain sebagainya. Lalu keduanya duduk di bawah pohon pisang yang daunnya cukup banyak. Sehingga sinar matahari tak menerpa tubuh mereka.
"Risol..."
"Ya?"
"Kalau kamu besar nanti, aku yakin kamu pasti akan jadi seorang gadis yang cantik," kata Rendy semabri memandang lekat ke wajah Risol.
"Ah, kamu..."
"Kamu tidak percaya?"
"Bagaimana kamu bisa tahu kalau nanti besar aku cantik?"
"Karena sekarang saja kamu sudah cantik. Apalagi kalau kamu besar nanti, pastilah kamu akan semakin bertambah cantik."
"Kalau aku cantik, kenapa memangnya?"
"Pasti akan banyak anak laki-laki yang suka."
"Aku tidak peduli. Kalau pun benar nanti aku besar banyak laki-laki yang suka padaku, namun aku tak akan menerima mereka."
"Kenapa?"
"Karena aku lebih suka denganmu."
"Sungguh?"
"Ya."
"Kenapa kamu suka padaku?"
"Karena selain kamu ganteng, kmu baik padaku. Kamu mau menolong dan melindungiku.
Sedangkan yang lain, belum tentu seperti kamu," jawab Risol sambil tersenyum dan balas memandang lekat ke wajah Rendy.
"Sungguhkah kamu tak akan berubah sikap kepadaku setelah kamu besar nanti, Risol?"
"Ya."
"Aku senang mendengarnya, Risol."
"Tapi kamu harus janji padaku, Rendy."
"Janji apa?"
"Kamu akan tetap seperti ini, menjaga dan melindungi serta menyayangiku..."
" Tentu, Risol. Aku janji, sampai kapan pun aku akan selalu menjaga dan melindungi serta menyayangimu," jawab Rendy.
Keduanya sama- sama diam. Hanya mata mereka saja yang saling pandang dan tangan mereka saling berpegang satu sama lain. Namun tak lama
Kemudian, Risol mengalihkan pandangannya, memandang ke atas. Dan pada saat itu, dia melihat di sebuah pohon mangga ada beberapa buah mangga yang masak.
"Rendy..."
"Ya?"
"Lihat, ada mangga masak."
"Mana?"
"Tuh...!" Risol menunjuk ke arah pohon mangga yang ada di depan mereka duduk, dimana tampak ada beberapa buahnya yang tampak menguning.
"Kamu ingin mangga itu?"
"Ya. Kamu mau kan mengambilkannya untukku?"
"Kenapa tidak? Apapun yang kamu inginkan, aku akan usahakan untuk mendapatkannya. Nah, kamu tunggulah di sini, aku akan memanjat pohon itu dan memetikkan beberapa buahnya untukmu..."
Risol mengangguk.
Dengan bibir masih tersenyum berusaha meyakinkan Risol akan kesungguhannya, Rendy pun mendekti pohon mangga itu.
Kemudian tanpa pikir panjang lagi, di segera memnjat pohon mangga,
sementara Risol berdiri menungguinya di bawah.
Demi menyenangkan dan membahagiakan Risol, Rendy pun tak menyadari kalay pohon mangga itu banyak semut rangrangnya. Sehingga ketik dia bermaksud memetik buah yang sudah masak itu, semut-semut rangrang pun langsung mengerubunginya. Semut-semut rngrang utu pun mulai menyengat, membuat Rendy merasakan sakit dan gatal di beberapa bagian tubuhnya. Semakin membuat Rendy tak sanggup lagi bertahan.
Maka tanpa dapat dicegah lagi, tubuh Rendy pun meyang jatih ke bawah.
Brugk!
"Rendy...!" seru Risol dengan wajah panik sembari memburu ke tubuh Rendy yang tegeletak diam. Dan Risol semakin bertambah panik, begitu tahu kalau Rendy pingsan. "Tolong...tolonggg...!"
Jerit Risol panik, sehingga mengundang banyak orang berdatangan ke kebun itu. Bahkan ayah Rendy dan ayahnya pun ikut datang. Kemudian ayah Rendy membopong Rendy yang pingsan dan membawanya pulang.
Dengan wajah masih menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran, Risol dan ayahnya mengikuti ayah Rendy. Bahkan setelah Rendy di tidurkan di ranjang, Risol dengan masih menunjukkan kekhawatiran menunggu Rendy.
Apakah dia meninggal, pak ?" tanya Risol pada ayah Rendy.
"Tidak, sayang. Rendy hanya pingsan. Nanti juga siuman..."
"Ini semua salah Risol, Pak."
"Kenapa kamu berkata begitu?"
"Kalau saja Risol tidak meminta Rendy memetik mangga, mungkin tak akan begini akibatnya."
"Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu, Risol. Rendy melakukan semua karena dia sayang sama kamu," hibur ibunya Rendy. "Percayalah, Rendymu tak apa-apa. Dia hanya pingsan. Nanti juga siuman."
Sampai jam lima sore, Risol tetap menunggui Rendy dengan wajah tetap menggambarkan kekhawatiran dan kecemasan, meski ayah dan ibu Rendy sudah mengatakan padanya kalau anak mereka tidak apa-apa, hanya pingsan. Jari-jemari tangannya, terus menggenggam jari-jemari tangan Rendy. Hatinya terus berdoa, kiranya Rendy cepat sadar. Sementara dari kedua sudut matanya, terus mengalir air mata. Dan hati Risol pun lega bercampur senang, begitu melihat Rendy siuman.
"oh... dimana aku?"
"Rendy...!" seru Risol dengan wajah menggambarkan kegembiraan. "Kamu ada di rumah."
"Apa yang terjadi?"
"Kamu jatuh dari pohon mangga dan pingsan."
"Ohh... Maafkan aku, Risol."
"Kenapa kamu minta maaf padaku?
Seharusnya akulah yang minta maaf padamu, Rendy."
"Karena aku tak berhasil memetik buah mangga itu."
"Lupakanlah buah mangga itu. Aku sudah senang karena akhirnya kamu siuman..."
"Aku janji, kalau aku akan memetikkannya untukmu, Risol."
"Tidak, Rendy. Aku tidak mau kamu jatuh dari pohon mangga lagi. Aku tidak ingin buah mangga lagi."
"Lalu apa yang kamu inginkan?"
"Aku ingin kamu sehat. Aku tahu kamu sangat menyayangiku, dan kamu akan melakukan apa pun untukku. Tapi aku tak ingin kamu celaka." tutur Risol sambil memeluk Rendy.
"Benar kamu tak ingin buah mangga itu?"
"Ya. Karena aku tak ingin kamu celaka."
"Kartika..."
"Ya?"
"Aku sayang kamu."
"Aku tahu, Aku juga sayang kamu..."
"Sungguh?"
"Ya."
Keduanya saling pandang dengan bibir sama-sama tersenyum, lalu keduanya kembali saling berpelukan penuh kebahagiaan.
Next Bab.....

Book Comment (1223)

  • avatar
    EgiivrzMhmd

    baru pertama kali baca keren

    3d

      0
  • avatar
    Dedi Alfito

    bagus jg ceritanya smoga semua yg membaca bisa terhibur

    12d

      0
  • avatar
    UserMela

    bagus

    22d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters