logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 Kematian Sang Suami

Cengkeraman yang dilakukan oleh Alan sangat erat dan tidak ingin melepaskannya, Sophia berusaha meraih sesuatu yang ada di meja samping tempat dia berdiri. meraba-raba meja itu kemudian ia mengambil vas bunga dan menghantam kepala suaminya dengan kuat.
BRAK...
Hentakan kuat vas bunga yang mengenai kepala pria itu sehingga pecah berkeping-keping.
Prang...
"Aarrghh...." teriakan Alan yang kesakitan sehingga melepaskan tangannya.
"Uhuk...uhuk...uhuk..." suara batuk Sophia sambil memegang lehernya karena merasa sakit.
Kepala Alan mengeluarkan darah yang banyak dan terduduk sambil memegang bagian lukanya.
Sophia berjalan menuju ke dapur dan mengambil alat dapur yang tak lain adalah pisau sayur yang tajam mengkilat. dengan penuh rasa benci terhadap suaminya itu yang selama ini sudah sering kali yang menyakiti hatinya dan hingga saat ini kelakuan suaminya telah melewati batas.
Sophia memegang pisau dan berjalan menghampiri suaminya yang baru ingin berdiri sambil menahan sakit.
Alan yang melihat istrinya itu sedang memegang pisau yang ingin menghampirinya ia mundur beberapa langkah dengan ketakutan.
"Jangan sembarangan! kalau kau melukaiku aku akan menuntutmu dan orang tua ku juga tidak akan melepaskanmu, jangan mendekat!" kata Alan dengan merasa cemas.
"Menuntutku? apa kau mengira dengan ancaman itu aku akan merasa takut? setelah aku membunuhmu maka aku akan pergi menyerahkan diri. dan aku lebih rela hidup dalam penjara dari pada harus hidup bersamamu di sini," kata Sophia dengan penuh emosi.
"Kalau kau melakukan hal itu maka kau sangat bodoh, kau masih memiliki ayah dan ibu, jika kau masuk ke penjara maka kau hanya akan memalukan mereka," teriak Alan sambil mundur langkahnya.
"Memalukan mereka? untuk apa aku peduli dengan semua itu, mereka tidak peduli padaku dan juga tidak menganggapku. asal kau tahu hidupku dari kecil sudah sering di pergunakan untuk mencari uang buat mereka. akan tetapi mereka hanya menyayangi anak laki-laki sehingga mengorbankan ku. semua uang hasil jual diriku padamu untuk kakakku yang tidak berguna itu melanjutkan sekolahnya. apa kau mengira aku masih peduli dengan mereka?" bentak Sophia dengan nada kesal.
"Kalau aku mati maka keluarga mu pasti akan diincar oleh ayahku, apa kau tidak merasa kasihan dengan mereka?" tanya Alan dengan mencoba mengancam.
"Itu bukan urusanku lagi, di saat hidupku di ujung tanduk tidak ada yang melindungiku. dan tidak ada tempat untuk persinggahanku. dan pada akhirnya aku hanya bisa mencari cara mengobati sakit yang kau berikan. Alan, kau sangat keterlaluan, tidak cukup hanya mengkhianatiku berulang kali. tapi kau juga dengan mengunakan orang lain untuk menodaiku. kau adalah bina.tang," ketus Sophia yang maju langkahnya menghampiri Alan yang sedang ketakutan.
Alan yang ketakutan berusaha ingin kabur ia pun melangkah ke arah pintu keluar. Sophia mengejarnya dan langsung menikam dari belakang.
Sret .
"Aarrghhh...." teriakan Alan yang bagian punggungnya ditikam.
"Ingin lari setelah menyakitiku?" bentak Sophia dengan kesal dan menikam lagi suaminya itu.
Sret...
"Aarrghh...." jeritan Alan yang kesakitan sehingga tumbang ke lantai dengan posisi terlungkup.
"Jangan bunuh aku! kita adalah suami istri," pinta Alan yang merangkak perlahan menuju ke arah pintu
"Di mata mu aku adalah ja.lang, dan bahkan lebih rendah dari wanita club. sehingga kau ingin pria lain memperko.sa ku, kau tertawa senang saat aku ketakutan dan hampir menjadi korban perkosa*n. aku tidak pernah melihat seorang pria yang tidak berguna seperti mu. apa kau mengira setelah aku menikah denganmu maka hidupku sangat mewah? tidak sama sekali, selama ini aku tidak mengunakan uangmu untuk hidupku. aku tidak memintamu untuk tetap bertahan denganku. tapi kau yang sengaja tidak mau bercerai denganku. agar kau bisa selalu menyiksaku setiap hari. kejadian hari ini juga kau sendiri yang menginginkannya." bentak Sophia yang menangis dengan histeris.
"Kalau kau bunuh aku kau juga akan mati di tangan ayahku," ucap Alan yang mulutnya mengeluarkan darah.
"Persetan dengan orang tuamu itu, selama ini mereka hanya diam dan menutup sebelah mata saat mengetahui bahwa kau selalu saja membawa wanita lain pulang ke rumah. bukan hanya itu, ibumu itu sering memberimu uang untuk bersenang-senang di luar. dan lebih parahnya lagi saat orang tuamu berlibur ke kanada kau pergi bersama mereka dengan membawa seorang wanita selingkuhan mu. kalian semua berlibur di sana seperti satu keluarga, lantas siapa aku di mata keluarga mu? kalian semua sama saja tidak menghargaiku dan merendahkanku. aku merasa kecewa, terluka dan sangat sakit sekali. karena aku di remehkan oleh kalian semua," teriak Sophia dengan histeris karena merasa sakit hati.
"Alan, aku juga manusia yang butuh cinta dan kasih sayang, aku tidak meminta lebih denganmu. tapi kau tidak bisa melakukannya. pernikahan ini bukan keinginanku sendiri, tapi semua ini adalah kehendak orang tuaku yang serakah itu. tapi malah aku yang kalian remehkan," bentak Sophia dengan kesal.
"Sekeluarga mu hanya memberikan ku luka yang mendalam bagiku. kalian sama sekali tidak menghargaiku. jika kalian merendahkanku maka untuk apa aku menghargai kalian. orang tuamu hanya memberiku seorang pria yang tidak berguna sama sekali. yang hanya membuatku menderita selama ini," bentak Sophia dengan penuh emosi dan langsung menikam punggung suaminya.
Sret...
"Aarrghh...." jeritan Alan yang kesakitan dan mengeluarkan air matanya.
"Alan, hidupku sudah hancur selama ini, aku sudah bersabar selama dua tahun. dan hari ini yang membuat ku paling marah adalah kau menyuruh orang lain untuk memperko.sa ku, di matamu aku adalah wanita ja.lang. dan di mataku kau adalah pria yang paling tidak berguna," bentak Sophia dengan menikam lagi suaminya.
Sret...
"Aarrrgghh...." jeritan Alan yang sesaat kemudian tergeletak tidak bernyawa.
Empat tikaman yang dilakukan oleh Sophia telah membunuh suaminya itu, darah suaminya mengotori tangan dan wajah Sophia sehingga ke pakaiannya.
Setelah berhasil membunuh pria itu Sophia bangkit dan melihat ke arah rekaman cctv di dalam tempat tinggalnya itu.
Setelah satu jam kemudian Sophia keluar dari apartemennya dengan sambil memegang rekaman ccrv tersebut. ia berjalan menuju ke suatu tempat yang ingin dia tuju. berjalan dengan sambil melamun dengan tubuh dan wajahnya kotor akibat terkena darah. tidak tahu ia ingin kemana dan berjalan tanpa berhenti.
Setelah satu jam kemudian.
Sophia berdiri di depan markas polisi, lalu ia melangkah masuk dengan bersikap tenang dan tanpa ragu dan rasa takut. karena niatnya adalah menyerahkan dirinya.

Book Comment (539)

  • avatar
    SandiRay

    bagus sangat bagus

    6d

      0
  • avatar
    AinFatin nur

    good luck jln cerita yg menarik 🥰 terus berkaryaa 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

    28d

      0
  • avatar
    nasephia

    poo

    21/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters