logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

02

Yayasan Al qolam
Buaya akan menjadi merpati jika bertemu dengan sarang yang nyaman
_gus Arbani_
Hirup piruk keramaian menari nari di telinga ku, aku masih menggenggam ponsel yang sendari tadi grup, dan lain lain, perasaan ku sedang tak karuan ,semua terasa gak enak di lakukan, iya memang aku tipe wanita yang suka berubah ubah mood nya tanpa sebab.
"Hira?" Ucap Devan yang membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arahnya tanpa menjawab, hanya tersenyum kaku
"Kamu baik-baik aja kan? " Saat ini posisi Devan ada di hadapanku, aku duduk di kursi sedangkan dia jongkok di hadapanku. Membuat aku risih.
"Hira gpp Dev,"
"Hira!" Panggil seorang laki laki yang ternyata gus Arbani. Aku pun menghampiri beliau yang berada di bawah pohon.
"Hira ke sana dulu ya Dev." Devan mengangguk pelan.
"Kamu sehat?" Kaget, tak percaya, seorang Gus yang sangat aku kagumi sejak kelas 2 Mts ,menanyakan keadaan ku, seorang Gus yang tak pernah berbincang dengan ku, jujur aku pun kaget beliau mengetahui nama ku.
"Alhamdulillah sehat Gus" jawabku di iringi detak jantung yang tak beraturan,
"Saya perhatiin kayanya kamu lagi kurang enak badan, diem aja, wajahnya juga pucet gitu"
Ya Allah apa Hira mimpi di ajak ngobrol sama Gus Arbani, ya Allah kalo Hira mimpi bangunin Hira segera, jika ini nyata tolong kendalikan jantung Hira ya Allah, supaya tidak berdegup terlalu kencang, Hira takut Gus Arbani mendengar suara jantung ku.
" Saya gak papa kok Gus " ya Allah bisa bisanya aku menjawab layaknya kepada seorang teman. Gus Arbani tersenyum manis kepadaku.
Ya Allah cobaan apa lagi ini, senyum itu membuatku meleleh di bawah langit mendung.
"Makan dulu yok " ajak gus Arbani yang membuatku semakin kaku tak berdaya.
"Gak usah gus, tadi Hira udah sarapan,"
"Emmm ya sudah, kamu gak pake mahkotanya, atau belum dapet?" Tanya gua Arbani
"Hira belum ambil di mba Jihan Gus" jawabku yang di selimuti keringat dingin.
"Biar saya yang mintain di mba Jihan aja ya" belum aku menjawab Gus Arbani sudah pergi menuju belakang panggung yang disitu ada keberadaan mba Jihan dan kawan kawan.
Aku tetep menunggu Gus Arbani di bawah pohon, Devan memperhatikan ku sendari tadi, iya terus menatapku dari kejauhan tapi aku bertingkah laku seolah aku tak melihatnya. Tak lama Gus Arbani datang dan membawa mahkota cantik berwarna silver.
"Ke belakang panggung aja yok, biar bisa di pakein sama mba mba yang lain" aku mengangguk mengiyakan, kami jalan beriringan Gus Arbani berada di sebelahku.
Ku ceritakan sedikit tentang Gus Arbani.
Beliau adalah anak seorang kyai besar, beliau mempunyai tingkah laku yang sangat membuatnya di kagumi bahkan di cintai santri putri murid abahnya, bahkan siswi yang sekolah di yayasan milik abahnya pun ikut merasakan hal yang sama, ya..... Salah satunya aku. Mengagumi beliau, cerdas, hafal Al Qur'an, pemilik suara merdu, ketua OSIS, tampan jangan di tanya, postur tubuh yang terbilang bagus, pinter baca kitab, beliau sangat tidak mau jika di istimewa kan karna beliau anak seorang kyai, sikap tawadunya itu yang membuat banyak wanita meleleh. Bisa di bayangkan beliau nyaris sempurna....
Tapi ada hal yang sangat membuat nilai min di diri beliau, yaitu sikap playboy yang ada pada dirinya, sudah banyak mantan beliau yang tersebar di tiap kelas, dari berbagai jenis pun ada yang cantiknya tersohor sampai se Antero yayasan dan pesantren, seperti mba Jihan, Yang pinter matematika, kimia, biologi, dan fisika
seperti mba Reno, Ketua jam'iyah yang lemah lembut nan cantik jelita seperti mba Zakia, Queen pesantren yang sangat pintar, cantik seperti Ning Farah, Sang vokalis yang sang pemilik senyum manis seperti mba Tika, Anak konglomerat seperti Difa yang kebetulan teman sekelasku pun ikut menjadi korban beliau. Dan masih banyak lagi yang tidak aku tau.
Tapi bukan mereka (para korban Gus Arbani) tidak mengetahui cerita dan sikap Gus Arbani yang playboy itu, tetapi para mantan tak sanggup jika menolak untuk di jadikan pacar oleh beliau. Secara beliau nyaris sempurna dalam bidang fisik dan kecerdasan, anak kyai, dan yang terakhir alasan mereka mau di jadikan korban selanjutnya adalah, masuk daftar mantan gua Arbani. Yang pernah singgah di hati beliau walaupun hanya satu Minggu.
End....
"Mba Jihan" panggil Gus Arbani, mba Jihan yang sedang sibuk pun menoleh untuk memehuni panggilanya.
"Hira belum pake mahkotanya mba, tolong pasangin" lanjut Gus Arbani yang mewakili. Hanya anggukan kepala yang mengisyaratkan bahwasanya mba Jihan bisa membantuku memasang kan mahkota.
Tak lama Rara datang menghampiri ku, aku sungguh lega sekali, Karana perwakilan dari Mts hanya aku, rara, Devan, Septi, dan Rahmad dan sisanya dari madrasah Aliyah.
"Kamu kemana aja Rara baru Dateng aku nungguin kamu tau dari tadi" Rara hanya tersenyum memperlihatkan barisan gigi nya.
Acara perpisahan pun di mulai, semua terlihat begitu anggun nan tampan, memakai gaun berwarna dusty pink dengan brokat mewah yang menambah kesan cantik, di tambah sebuah mahkota layaknya Queen pesantren ketika di Lantik.
"Hira foto sama saya dulu ya" celetuk Gus Arbani yang membuat semua mata tertuju padaku termasuk devan, Rara pun menatapku kaget, tatapan menggambarkan ketidak percayaan atas apa yg barusan ia dengar dari lisan Gus Arbani..
Tanpa lama lama Gus Arbani memberikan kamera kesayanganya kepada Nimas sang photography andalan ponpes Al qolam .
Saat ini Gus Arbani berada tepat di sebelah ku. Aku seperti tontonan, karna semua mata yang berada di belakang panggung tertuju padaku,
1 pose kaku, pose ke 2 beralih Gus Arbani menatapku tapi aku tidak, aku takut, iyaaa takut jatuh cinta, dan Alhamdulillah nya hanya 2 pose.
Gus Arbani langsung mengambil kameranya meriksa hasil foto yang nimas ambil.
"Cakep...., Hira cantik juga walaupun wajahnya terlihat tegang, imut bgt" pujinya sambil memperhatikan kamera yang berada di tangannya.
Dekdekan ya Allah , knapa Gus Arbani seperti itu dengan Hira, astagfirullah jangan biarkan Hira baper terus jatuh cinta, Hira gak mau jadi korban kaya mba mba yang lain. Hira gak boleh baper.
"Gus, buaya iso dadi merpati ora?" Guyon kak Fadil sahabat dekat Gus Arbani, sambil melirik ke arah ku, Gus Arbani tersenyum manis menatap ku.
"Buaya akan menjadi merpati jika bertemu dengan sarang yang nyaman" balasnya sambil menatapku dan mengangkat ke dua alisnya secara bersamaan, aku menatap nya datar .
Tak lama pak Yahya menghampiri kami semua untuk bersiap tampil paduan suara.
Tak ada yang baik baik saja dari perpisahan
Tak ada yang baik baik saja untuk jauh.
Tapi perpisahan yang perih akan
Melahirkan ilmu di masa yang akan
Datang.
Menabung rindu, tak sering bersama lagi,
Akan menghiasi cinta kala bersua nanti.
Tuntutan dunia dan kewajiban akhirat
Berpisah bukan hanya tentang jauh,
Tapi tentang bagaimana kita menghargai manisnya kebersamaan,.
Setelah penampilan kami selesai, aku dan rela memutuskan untuk duduk bergabung dengan siswa siswi lainnya sesuai dengan nomor urut yang telah disediakan oleh panitia dan kebetulan aku dan Rara bersebelahan..
"Aku masih nggak nyangka Gus Arbani bertingkah seperti itu sama kamu" aku tersenyum kaku membalas pernyataan Rara karena aku sendiri pun bingung kenapa Gus Arbani bertingkah seperti itu, padahal nya berbicara sepatah kata pun kami belum pernah.
~~~
Setelah acara perpisahan selesai aku dan Gus Arbani menjadi trending topik pembicaraan semua siswa dan siswi, banyak yang menatapku dengan sinis dan banyak juga yang mengatakan bahwa Aku adalah wanita beruntung, tapi aku tidak memperdulikan ucapan siapapun. Aku hanya menganggap semua tingkah laku ataupun ucapan Gus Arbani hanya sebuah lelucon atau hiburan semata bukan tentang perasaan.
Tak lama ada seorang laki-laki yang menyodorkan handphone dari arah belakangku yang membuatku langsung memutar arah, dan itu membuat wajahku dan wajah laki-laki itu dekat dan sama-sama menatap, siapa lagi kalau bukan gus Arbani salah satu pria yang membuat detak jantungku berdebar tak menentu.
"Wa dong" celetuk Gus Arbani tiba-tiba, aku menatapnya bingung bukan bingung percaya atau tidak tetapi bingung ingin memberikan nomor ku atau tidak.
"Saya mau ngirim foto yang tadi aja kok" tanpa menjawab aku langsung mengetik nomor di handphone beliau. Setelah selesai memberikan handphone kepada beliau-beliau langsung berpamitan pergi untuk bergabung bersama teman-temannya begitu pun dengan aku.
"Wihh calon pacar gus Arbani nih" ledek mba Jihan selaku mantan beliau dengan tatapan sinis.
"Enggak dong mba , gak bakal" balasku santai sambil tersenyum.
"Yakin nggak bakal jatuh cinta sama beliau?" Pertanyaan yang sangat meledek.
"Yakin dong lagian Mbak aku sadar diri kok beliau siapa dan aku siapa hehe"
"tapi kok aku nggak yakin ya pasti dalam waktu dekat ini beliau akan nembak kamu untuk jadi pacarnya" aku hanya tersenyum kaku membalas pernyataan mba Jihan dan memutuskan untuk pergi menuju temanku yang lain.
Di rombongan kakak kelas, adik kelas, angkatan semua membicarakan perihal aku dan Gus Arbani yang belum pasti tapi aku tak ambil pusing dengan itu semua.
"Hira" panggil Devan
" Iya Dev ada apa"
"Buat kamu," Devan memberiku sebuah coklat silver Queen dan sebuah boneka menggunakan toga cantik, aku belum menerima, aku masih menatap mata Devan yang memancarkan sebuah kekecewaan.
"Gak ada maksud apa apa kan Dev?" Tanyaku was-was
"Ga ada kok, cukup jadi temen dev aja" devan tersenyum menatapku, teman?, Bukan kah selama ini aku dan Devan sudah menjadi teman.
"Wahhh temen apa nih, temen curhat, temen hangout, temen naik gunung, temen makan di pinggir jalan atau apanih?" Ledek ku
"Ada pilihan lain gak , temen hidup gitu contohnya" belum sempat aku membalas ucapan Devan Gus Arbani sudah datang menghampiri ku, dann seketika Devan langsung pamit seolah ia memberikan kesempatan aku dan Gus Arbani.
"Sibuk?" Tanya beliau ,aku menggeleng polos kebingungan
"Ikut saya sebentar boleh?"
"Kemana ya Gus? Kesini beliau selalu membuatku bingung, dilema dll.
"Ikut aja sebentar" aku pun mengikuti langkah beliau dari belakang.
Beliau mengajak ku kesebuah kelas yang di dalamnya ada 8 orang santri putra dan putri yang sedang latihan untuk acara nanti malam, yaitu acara haflah akhirusannah.
Beliau mempersilahkan ku duduk , kami duduk layaknya di kelas aku di belakang dan Gus Arbani tepat didepan ku, tapi tak saling berhadapan.
"Tenang aja ya jangan tegang gitu, saya gak akan nembak kamu kok, untuk jadiin pacar" saat ini mulai ada pembicaraan serius antara ku dan beliau.
"Tapi saya cuman mau mengungkapkan bahwa pagi tadi kamu sudah membuat saya jatuh cinta, saya jatuh cinta sama kamu " aku diam, harus percaya atau tidak.
"Yaudah segitu aja ,saya berharap gak akan ada takdir yang bisa mempertemukan kita kembali selain jodoh ya, karna saya Ndak mau jatuh lebih dalam lagi, cukup hari ini tidak untuk besok besok dan seterusnya"
"Terima kasih ya bahira Najla Fadhila" beliau pergi dan meninggalkan sebuah paper bag kecil berwarna pastel. Aku belum sempat mengucapkan terimakasih kembali tapi ya sudah lah .
Ya Allah kok Hira baper ya sama ucapan Gus tadi
"saya cuman mau mengungkapkan bahwa pagi tadi kamu sudah membuat saya jatuh " apa beliau bener bener jatuh cinta sama Hira, atau cuman mau baperin Hira aja ya ?? Semoga aja cuman baperin doang.
Setelah semua acara beres, aku memutuskan untuk pulang karna tubuh ini sudah rindu dengan kasur, cukup lelah dan mengurus tenaga untuk hari ini.

Book Comment (84)

  • avatar
    FitriyahSyifaul

    masyaallah ❤️

    19d

      0
  • avatar
    Zainap Putry

    bagus

    11/07

      0
  • avatar
    Ridho yasinMuhammad

    enak ya membacaya

    10/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters