logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7. Posesif!

Fic bertahan dengan satu tangan di sisi ranjang. Ia sedang berusaha melawan gemetar yang menyerang tubuhnya. Melirik Ellena yang masih tersenyum tanpa beban.
Gadis itu kemudian memoles wajahnya dengan makeup tipis. Setelah selesai, menghampiri Fic yang masih terpaku.
"Fic! Aku sudah siap. Ayo berangkat!" Ellena menarik tangan Fic agar bangkit.
Mereka sempat beradu mata sejenak. Bibir seksi berwarna pink itu kembali tersenyum. Sejenak Fic terpana, mengingat beberapa menit yang lalu, benda kenyal itu menyentuh bibirnya dengan sengaja.
Untung Fic masih mampu untuk menunduk.
"Ayo ke taman."
"Hah, ke Taman? Ke Taman mana?" Fic masih sedikit ng'bleng.
"Taman, tempatmu tadi pergi!"
"Oh , ya. Sebenarnya untuk apa kesana?"tanya Fic, hanya untuk mengusir kecanggungan yang tiba tiba menguasainya.
"Aku ingin tau, kau duduk dimana disana? Jika benar kau duduk sendirian, kau tidak akan keberatan membawaku kesana kan?" tegas Ellena.
"Aku memang sendirian. Baiklah kalau kau tidak percaya, mari kesana." Fic akhirnya kalah.
Ellena tersenyum senang. Segera menggelendot manja di lengan Fic.
"Nona. Lepaskan!" Fic melepaskan tangan Ellena ketika hendak membuka pintu.
"Kau kenapa kasar padaku Fic?" Ellena cemberut lagi, tanpa mau melepaskan tangannya.
astaga! salah lagi.
Fic hanya bisa menghela nafas.
"Nona. Jaga perilaku anda! Kau ini Seorang Tuan Putri dan Fic hanya Pelayan. Sungguh pemandangan yang akan membuat orang syok, jika begini!"
"Kau kepala pelayan. Bukan pelayan!"
"Sama saja! Cepat lepaskan!"
"Aku tidak mau." suara manja khas Ellena merengek.
Fic kini mengangkat dagu Ellena.
"Demi nama baik dan kehormatan Nona. Menurut lah. Jika tidak, Fic tidak mau mengantarmu ke Taman itu."
Ellena melepaskan tangan Fic dengan kasar. Dengan muka tertekuk dan bibir yang cemberut.
Fic tidak lagi peduli itu, cepat membuka pintu dan melangkah. Ellena mengikuti dari belakang.
Dari ujung sana, terlihat Nathan menghampiri mereka.
"Ellena? Kau mau kemana?"
"Ayah. Ellen mau ke Taman. Ellen meminta Fic untuk menemani. Tidak apa apa kan?"
"Oh, ya. Jika kau pergi dengan Fic, tidak masalah. Ayah kira, kau akan bersama teman temanmu." jawab Nathan. Melirik Fic yang menunduk.
"Tuan Nath. Tapi ini sudah menjelang petang. Ku rasa angin malam nanti, tidak baik untuk kesehatan Nona Ellen." ucap Fic.
Tolong cegah Tuan. Tolong cegah! Jangan boleh. Jangan ijinkan!
Ellena seketika melotot.
"Ayah, Fic keberatan menemaniku. Padahal baru kali ini saja Ellen ingin ke taman. Apa aku harus pergi bersama teman temanku?" senjata ampuh Ellena ia keluarkan. Dengan ciri khas manjanya kepada Ayahnya.
"Eh jangan!" Nathan menoleh pada Fic.
"Temani Putriku. Jangan biarkan dia pergi dengan siapapun, Fic!"
Fic kembali kalah. Hanya bisa mengangguk saja. Melirik Ellena yang tersenyum penuh kemenangan.
"Ayah saja mengijinkan. Dasar kau saja yang malas menemaniku!" tuding Ellena pada Fic.
"Ayah, Ellen berangkat ya?" Ellen mencium tangan Nathan.
"Ah iya. Hati hati dan jangan terlalu malam."
Ellena mengangguk, cepat meraih tangan Fic untuk melangkah. Fic menahan tangan Ellena untuk berusaha melepaskan genggaman tangan Ellena.
Nathan memperhatikan itu. Memperhatikan bagaimana cara Ellena menggengam tangan Fic.
Sebersit rasa khawatir mulai melanda hati Nathan.
"Nath. Kenapa kau diam disitu?" Nathan terkejut, menoleh pada Mira yang sudah di berdiri disisinya.
"Putri mu mau kemana?" Mira masih sempat menangkap langkah kaki Ellena di ujung tangga.
Nathan tidak menjawab pertanyaan Mira. Ia melangkah menuju sofa. Duduk dengan dua tangan bersilang di dadanya, seperti sedang berpikir berat.
"Nath. Apa yang terjadi?" Mira menghampiri.
"Tidak ada."
"Kau jangan berbohong padaku. Ada yang sedang kau pikirkan." Mira duduk di samping Nathan. Nathan menoleh. Menghela nafas berat.
"Ellena pergi ke Taman bersama Fic."
"Kau tidak percaya dengan Fic?"
"Bukan itu Mira. Aku mempercayai Fic!"
"Lalu? Kenapa kau resah?" tanya Mira penuh selidik.
"Apa kau tidak memperhatikan Putri kita?"
"Apa Nath? Ellena baik baik saja."
"Ellena memang baik baik saja. Tapi.." Nathan menghela nafas.
"Sepertinya, Ellena menyukai Fic. Ellena, sepertinya jatuh cinta pada Fic , Mira!" ucap Nathan dengan nada cukup tertekan.
Tentu saja Mira terkejut mendengar itu.
"Kau jangan mengada ngada Nath. Mungkin itu hanya perasaanmu saja karena melihat kedekatan mereka? Mana mungkin?" Ucap Mira.
"Dari segi umur saja mereka sangat berbeda! Ellena hanya menyukai Fic seperti kakaknya sendiri. Itu tidak mungkin!"
"Tidak mungkin bagaimana? Apa kau tau Mira, kemarin Putriku bicara apa padaku?"
"Apa Nath? Katakan padaku!" Mira sungguh ingin tau.
"Ellena memintaku untuk tidak lagi menyuruh Fic untuk menikah. Ellena juga mengatakan, jika Aku terus memaksa Fic untuk menikah, maka nikahkan saja dengan Ellen. Apa itu namanya jika bukan karena Ellena jatuh cinta pada Fic?"
"Yang benar Nath?" Mira sungguh tercengang.
"Aku yakin, jika Ellena serius menyukai Fic. Bukan sekedar menganggapnya Kakak atau Paman saja."
Keduanya kini terdiam, mulai mencoba untuk menebak dan meraba pikiran putri mereka.
"Jika benar begitu kenyataannya. Ku rasa tidak ada salahnya. Fic Pria baik yang bisa dipercaya. Bukan hanya itu saja. Fic juga mengabdikan seluruh hidupnya hanya padamu. Apalagi, kita tau sendiri. Jika Kebahagiaan Ellena sejak kecil, hanya jika dekat dengan Fic. Bahkan dari kecil, dia selalu menangis jika mendengar Fic akan menikah." ucap Mira.
"Bukan Fic masalahnya Mira!"
"Aku tau Fic pria yang baik. Aku menyukainya dan mempercayainya. Tapi bagaimana dengan Ken?" ucap Nathan.
"Kita sudah sepakat untuk menikahkan Ellena dengan salah satu Putra Ken! Apa yang akan kita katakan pada Ken?"
"Hati tidak bisa dipaksakan Nath! Apa kau tidak ingat, bagaimana cara kita bertemu dulu? Bagaimana caramu mendapatkan aku? Apakah saat itu kau bisa memilih? Bahkan kau mengorbankan apapun untuk bisa bersama ku." kini Mira mengungkit masa lalu mereka, membuat Nathan bungkam seribu bahasa.
"Ah baiklah. Ini belum tentu. Belum tentu Fic jatuh cinta pada Ellena. Dan sebentar lagi, Ellena akan satu Fakultas dengan Putra Putra Ken. Siapa tau dengan begitu, Mereka ada peningkatan untuk saling dekat. Dan harapan kita tidak akan sia sia." Ucap Nathan sekedar ingin menghalau ke khawatirannya.
Mira mengangguk setuju.
"Baiklah. Kita ke kamar. Kau pasti lelah."
Nathan mengangguk, meraih tangan Mira untuk melangkah ke kamar.
Sementara Fic sedang melajukan kendaraannya di jalanan yang masih terlihat ramai. Melirik Ellena yang terus menatapnya.
"Jangan terus menatapku! Lihatlah ke luar. Pemandangan begitu indah di waktu senja." ucap Fic, malah di balas senyuman Ellena yang sanggup menggetarkan hati Fic untuk kesekian kalinya.
"Kau sangat tampan Fic."
Fic hanya tersenyum datar.
"Astaga! Kau makin tampan jika tersenyum begitu. Aku seperti ingin mengantongi mu saja. Biar kau tidak kemana mana dan bisa ku bawa kemanapun aku melangkah!"
Fic tergelak kecil, melirik Ellena.
"Umur Fic sudah hampir kepala empat. Bagaimana kau bisa mengatakan itu?"
"Tapi wajahmu, lima belas tahun lebih muda dari usiamu Fic! Kau seperti itu itu saja. Tidak ada perubahan dari Pertama aku bisa mengenali wajah mu."
"Mana mungkin!"
"Kau tidak percaya? Kau boleh bertanya kepada siapapun! Teman temanku juga bicara seperti itu. Saat melihat mu, mereka tidak percaya jika umurmu sudah lebih dari 35 tahun!"
Fic tidak ingin melanjutkan lagi, jika urusan debat , sudah pasti Fic akan kalah. Dia memilih untuk diam. Membiarkan Ellena puas memandanginya sampai Fic menghentikan Mobilnya.
"Ayo Turun! Kita sudah sampai." Fic keluar duluan. Lalu membukakan pintu untuk Ellena.
Fic melangkah memasuki sebuah taman yang terlihat sedikit sepi itu.
"Ini Taman yang kau datangi tadi?"
Fic mengangguk saja, masih sambil melangkah di ikuti Ellena.
"Kau tidak bohong?" kali ini Fic berhenti. Menoleh pada Ellena.
"Disitu ada Tukang Es Doger. Dari siang tadi, dia berada disitu. Nona Ellen boleh bertanya padanya." Fic menunjuk penjual Es yang berada di luar Taman.
"Aku akan bertanya kalau begitu." Ellena berlari kecil menghampiri Tukang Es itu.
Astaga! Nekad sekali.
Fic membiarkan saja Ellena.
"Biar Puas!" batin Fic, kini duduk di bangku Taman.
Tak lama Ellena sudah kembali, dengan senyum malu malu yang membuat wajahnya merona merah.
"Kenapa?"
"Hehe, tidak ada."
"Kau sudah bertanya?"
"Eh iya. Maafkan aku, Fic." Ellena tersipu. Namun hatinya puas, ketika mendapatkan jawaban dari tukang es Doger yang masih mengenali Fic siang tadi.
Fic memang benar duduk di bangku ini, sendiri.
"Apa yang kau lakukan dengan duduk disini sendirian, sampai kau mengabaikan aku?" Ellena kembali mengungkit kesalahan Fic yang tidak menjemputnya.
Fic menoleh, "Maafkan Fic."
"Kau ingin menghindari ku?" kini Ellena menggengam tangan Fic. Fic tidak lagi mencegah. Membiarkan jemari lentik itu menguasai jemarinya.
Hingga beberapa detik. Desir desir indah mulai mengaliri darah Fic. Fic tak mampu mencegah desiran yang semakin hebat menguasai sarafnya itu.
"Fic!"
"Tidak ada Nona! Aku hanya sekedar merindukan orang tuaku. Lalu duduk disini. Kemudian Tuan Muda Khale menelepon. Menanyakan Nona. Lalu aku menyarankan untuk Tuan muda Khale sekalian menjemput mu. Maafkan Fic. Tidak akan ku ulang lagi. Jangan marah lagi." ucap Fic.
Sekarang hati Ellena lega. Ternyata, tidak seperti yang ia pikirkan.
Menggeser duduknya untuk lebih mendekat kepada Fic.
"Maafkan Aku. Aku sudah berburuk sangka." merebahkan kepalanya di bahu Fic.
Tangan Fic terangkat, membelai lembut rambut Ellena.
"Mana berani Fic mengabaikan Nona Ellena."
Ellena mendongak, menyentuh pipi Fic.
"Kau memang tidak boleh mengabaikan aku." Ellena tersenyum.
Fic membalas senyuman Ellena. Tangannya bergerak menyentuh pipi Ellena.
"Jangan mudah marah. Itu membuat manis mu berkurang."
"Fic. Apa menurutmu aku cantik?"
"Tentu saja. Kau wanita paling cantik di muka bumi ini." balas Fic.
Ellena senang mendapat pujian dari Fic. Seketika melingkar tangannya di pinggang Fic.
"Peluk Ellena Fic. Sekali saja."
Fic menatap wajah Ellena. Terdengar menghela nafas berat.
"Baiklah. Sini!" Fic kini memeluk tubuh kecil Ellena , membawanya dalam dekapan hangat yang menenangkan hati Ellena.
"Jangan marah lagi. Jika Fic tidak ada, bukan berarti Fic mengabaikan mu." bisik Fic.
Ellena hanya mengangguk. Sedang menikmati rasa ternyaman.
"Kak Fic!" Suara wanita dari ujung sana membuat Fic melepaskan pelukannya.
"Elfa!" Wanita itu mendekat.
"Kak Fic. Kau disini?" Fic tidak segera menjawab sapaan Wanita itu, melirik wajah Ellena yang sudah cemberut.
"Maafkan aku ya? Siang tadi tidak melihat panggilan darimu. Ah iya. Katanya mau ke Rumah malam ini? Apa jadi? Ayah menunggu mu!"
Seketika Fic gugup, kembali melirik Ellena yang kini sudah memerah.
"El, Elfa. Maafkan aku. Sampaikan pada Ayahmu, Sepertinya malam ini aku belum bisa kesana."
"Tapi kau sudah berjanji!"
Mendengar wanita itu bicara, Ellena menatap Fic dengan kemarahan, kemudian berlari meninggalkan mereka tanpa bicara.
"Nona!" Fic sudah pasti panik.
"Elfa. Maafkan aku, aku sedang menemani Nona Ellena." menoleh pada Elfa.
"Jadi, dia Nona Ellena?"
"Ah, iya. Nanti aku menghubungimu." selesai bicara Fic cepat berlari menyusul Ellena.
"Nona!" Fic yang sudah berhasil menyusul Ellena, menggapai tangan Ellena yang hendak membuka pintu mobil.
"Lepas! Kau pembohong!"
"Dengar dulu!"
"Apa?" Ellena sudah menangis.
"Siapa dia Fic? Kau datang kemari untuk menemuinya kan?" Ellena menjerit.
"Dia bukan siapa siapa?"
"Bahkan kau menghubunginya dan sudah berjanji akan ke rumahnya! Kau bilang bukan siapa siapa?"
"Dia wanita yang ingin kau nikahi? Iya kan Fic!" Ellena memukuli dada Fic.
"Nona! Jangan seperti ini. Kau belum tau yang sebenarnya!" Fic menahan tangan Ellena yang meronta.
"Aku benci padamu Fic! Aku benci! Lepaskan aku! Aku ingin pergi saja. Aku tidak mau melihatmu! Biarkan aku pergi!" Ellena menangis kuat, memberontak dari cengkeraman tangan Fic.
"Ellen." Fic menahan tubuh Ellena, memeluknya sekuat mungkin.
"Dengarkan aku dulu!"
"Maafkan aku! Maaf!" Fic memohon pada Ellena. Terus memeluknya Ellena yang meronta.
_______________

Book Comment (100)

  • avatar
    Ina La Riski

    bagussssss. tolong do lanjutkan cerita ini masih penasaran nc

    29d

      0
  • avatar
    Titin Atik

    lanjut Bagu aku suka novel 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐⭐⭐🌟🌟🌟⭐⭐🌟🌟⭐🌟🌟⭐🌟🌟🌟🌟🌟

    17/07

      0
  • avatar
    KROCOADO

    aplikasi ini bagus

    08/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters