logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 5. Patah Hati.

Bel terdengar berbunyi nyaring, tanda jam pelajaran telah usai. Para siswa dan siswi terlihat keluar dari kelas masing masing. Ada yang langsung menuju parkiran untuk mereka yang membawa kendaraan sendiri. Ada yang cepat menghampiri seseorang yang sudah bersiap menjemput di gerbang depan sekolah.
Ellena nampak diantara para siswa siswi itu. Berjalan sedikit terburu keluar gerbang.
Berdiri disana sambil memutar kepalanya.
Yang ia cari sepertinya tidak terlihat.
Wajah cemberutnya langsung terlihat.
Sebuah mobil mewah yang keluar dari Gerbang sekolah berhenti di dekat Ellena berdiri menunggu. Lalu pemuda seusianya yang juga mengenakan seragam SMA keluar dari mobil itu.
"Ellena?"
Ellena menoleh.
"Tidak ada yang menjemputmu?" Pemuda itu menghampiri.
"Mungkin hanya sedang terlambat saja." jawab Ellena.
"Tapi kau sudah lama menunggu disitu." Pemuda itu mendekat.
Ellena hanya tersenyum simpul saja. Melirik beberapa Temannya yang juga berada didalam mobil pemuda itu.
"Ikutlah denganku, aku akan mengantarmu. Kita searah kan?" ucap pemuda itu menawarkan kebaikan.
"Tidak perlu, Max." jawab Ellena, matanya terus berusaha mencari keberadaan Fic.
'Kenapa Fic terlambat?' batinnya.
"Ayolah Ellena. Bukan kah kita sekelas? Ayolah. Aku bisa mengantarmu dari pada kau kelamaan disini." Max bersikeras mengajak Ellena.
Ellena menggeleng. "Sudah ku bilang, tidak perlu!" Sekali lagi menolak ajakan Max teman sekelasnya itu.
"Ayolah, sekali ini saja. Apa kau tidak bosan setiap hari diantar dan jemput seorang sopir? Sekali kali kau bisa pulang bersama teman teman sekelas mu. Kita bisa mampir ke kafe dulu. Ku rasa kau belum pernah pergi kafe bukan? Itu sangat menyenangkan Ellena. Ayolah." Bujuk Max lagi.
"Aku tidak mau! Cepat pergilah dari sini dan jangan menggangguku atau kau akan menyesal!" ucap Ellena, memperingatkan Max.
Max tidak peduli, malah meraih tangan Ellena.
Namun belum sempat tangannya menyentuh pergelangan Ellena, sebuah tangan sudah menangkapnya. Seseorang itu kemudian mendorong kasar tubuhnya hingga mundur beberapa langkah ke belakang.
"Berani sekali kau mengganggu Nona kami!" ucap seseorang itu.
"Kau cari mati!" mengangkat kerah pemuda itu.
"Brengsek! Aku hanya menawarinya untuk pulang!" Max berusaha melepaskan cengkraman tangan seseorang itu, namun tidak berhasil. Seseorang itu ternyata sangat kuat mencengkeramnya.
"Apapun alasanmu, jangan mengganggu Nona Ellena. Atau kau akan berurusan dengan kami!" ancamnya, melepaskan tangannya.
Max menoleh ke samping. Dua Pemuda lain sudah berdiri disampingnya dengan senyum sadis yang mengerikan.
Beruntung satu teman Max cepat keluar dari mobil itu untuk menariknya ke mobil kembali.
"Sebaiknya kita pergi saja. Ayo." ucap Temannya.
"Tidak bisa! Dia sudah berani kurang ajar padaku!" Max menunjuk dengan wajah tidak terima.
"Tidak perlu Max. Ayo cepat pergi!" temannya kembali memperingatkan Max.
"Mereka pikir aku takut pada mereka! Aku akan menghajar mereka dahulu!" pemuda itu menolak ajakan temannya. Menatap tiga Pemuda yang kini berdiri di depan Ellena dengan tatapan tajam ke arahnya.
"Kamu mau apa Hah? Menghajar kami?" Keyan sudah maju.
"Sudah , jangan mencari keributan disini!" cegah Ellena. Setelah tau jika Triple K sudah berdiri dihadapannya untuk membela.
Teman Max juga sudah menarik paksa Max, membawanya ke mobil kembali.
"Jangan berurusan dengan mereka. Kau tidak tau siapa mereka!" ucap Temannya.
"Memangnya siapa? Aku tidak takut!" Max menyeringai.
"Triple K, putra Sekretaris Utama Edoardo. Kau tidak takut?"
Mendengar temannya menyebut nama Triple K, Wajah Max berubah Pias.
"Benarkah?" meraba tengkuknya sendiri.
"Ya. Kau masih mau menantangnya? Jika Kau cari mati, pergilah!"
"Aku, aku tidak tau. Baiklah. Kita pergi." jawab Max, segera masuk mobilnya.
Jika sudah tau, siapa akan yang berani berurusan dengan Triple K? Meskipun tidak bersekolah dengan mereka, tapi nama Triple K sudah terkenal di beberapa Sekolah.
Tiga putra Ken, menjadi idola para siswa wanita, namun menjadi momok menakutkan bagi siswa laki laki. Terkenal suka berkelahi dan sadis.
Tak pernah mengganggu siapapun, tapi jangan sampai mereka dibuat tidak senang. Maka bukan hanya akan pukulan yang akan mereka terima dari Triple K, tapi dikeluarkan dari sekolah, itu sudah pasti.
"Kenapa kalian ada disini?" Tanya Ellena.
"Untuk menjemput mu Nona Ellena." jawab Keyan.
"Menjemput ku?"
"Fic, tidak bisa menjemput mu. Dia menyuruh Khale untuk menjemput mu dan kami ikut." Kimmy yang berbicara.
Mendengar itu, Ellena segera merogoh Hpnya untuk menghubungi Fic.
[ Apa yang kau lakukan Fic?] setelah panggilannya diangkat.
[Nona, aku. Nyonya meminta ku untuk mengantarnya pergi. Maafkan Fic.]
[ Tidak harus meminta orang lain menjemput ku!] Ellena terlihat begitu kesal dan mengakhiri panggilannya.
Fic pasti berbohong padaku!
"Ellen, Ayo kita pulang." Khale meraih pundak Ellena untuk segera ke mobil. Keyan dan Kimmy mengikuti.
Ellena duduk di depan dengan Khale yang mengemudi. Memasang wajah cemberut. Khale tersenyum melihat itu.
"Kau tidak suka aku menjemputmu?" tanya Khale.
"Aku bukan tidak suka kau menjemput ku. Tapi aku tidak suka kalian ada di sekolahan ku!" jawab Ellena ketus.
"Kenapa? Bukan kah kami ini para jagoan yang kelak akan menjagamu?" tanya Kimmy.
"Kita juga akan satu fakultas nantinya Ellen." tambah Keyan.
Ellena melirik dengan ciri khas matanya yang sinis.
"Mana mau aku punya pengawal Pria pria Arogan seperti kalian. Bahkan nama Kalian sudah terkenal dimana mana sebagai siswa Arogan dan senang berkelahi. Aku akan malu!" ucap Ellena menoleh ke belakang, kearah Keyan dan Kimmy.
Khale hanya tersenyum saja.
"Kami hanya Arogan pada orang yang kurang ajar. Jika orang itu tidak kurang ajar, kami juga tidak akan kurang ajar kok." bantah Keyan.
"Aku tidak mau! Aku juga sudah punya Fic yang menjagaku." sahut Ellena.
Keyan tertawa.
"Kau tidak tau ya. Fic sebentar lagi akan menikah. Dan kami akan menggantikan tugasnya."
"Menikah?" jantung Ellena seperti hampir berhenti berdegup mendengarnya.
"Siapa yang mengatakan itu?"
"Ayah dan Paman Nath mengatakan itu kepada kami. Jika Fic sudah menikah, kami akan segera mengambil tugasnya untuk menjaga dan mendampingi mu." jawab Kimmy.
Wajah Ellena memerah, dengan darah berdesir cepat dan terasa panas. Mereka tidak ada yang menyadari itu.
"Ellen. Kau itu satu satunya putri Tuan Nath. Kau juga calon penerus perusahaan. Kami tidak arogan. Kami hanya, tidak ingin ada satupun yang berani mengganggumu dalam bentuk apapun. Karena kenyamanan dan keamanan mu akan menjadi tanggung jawab kami nantinya. Sebaiknya mulai hari ini kau membiasakan diri bersama kami. Bukan begitu?" Kini Khale yang sedari tadi diam berbicara, menoleh pada kedua saudaranya di belakang.
"Ya benar itu. Bukan kah kau dulu sudah setuju? Kau senang jika kami akan menjadi pengawal mu." timbal Keyan.
"Mungkin karena dulu kita ini manis. Dan sekarang kita tidak manis lagi. Jadi Tuan Putri Ellena tidak lagi menyukai kita." Sahut Kimmy.
Mereka tertawa.
"Diam! Aku sedang tidak ingin tertawa!" teriak Ellena. Hatinya saat ini sudah diliputi perasaan tidak menentu.
Mereka langsung terdiam. Melirik Wajah Ellena yang terlihat begitu kesal.
"Maafkan kami Nona Ellen. Kami hanya ingin bercanda." ucap Khale.
Ellena hanya melirik dan terlihat tersenyum untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya.
"Tidak apa apa. Aku juga sedang bercanda."
Hu...!
Semua kembali tertawa.
Sampai Khale menghentikan mobilnya di depan Rumah besar milik Nathan.
Khale cepat turun untuk membukakan pintu Ellena.
"Kalian pulang saja. Aku ingin segera beristirahat." ucap Ellena ketika sudah menuruni mobil.
"Baiklah. Silahkan Nona." Khale mempersilahkan dengan sopan.
Sementara dua saudaranya berteriak kepada Ellena.
"Besok malam, kau harus pergi jalan jalan bersama kami Ellena!"
Ellena menoleh. "Jika Aku tidak malas."
"Sepertinya kau butuh refreshing. Aku akan meminta ijin kepada Paman Nath. Bagaimana?" tanya Khale.
"Lihat nanti saja Khal." jawab Ellena.
"Aku masuk ya. Terimakasih sudah menjemput ku."
Khale hanya mengangguk. Menatap Beberapa pengawal yang menyambut Ellena.
Ellena menatap beberapa pengawal itu. Fic yang ia cari, tidak nampak diantara mereka.
Ellena cepat memasuki rumah dan berlari menaiki anak tangga. Langkahnya menuju kamar Sang Ibu.
"Nona Ellena." beberapa pelayan wanita menyambutnya.
"Ibu dimana?"
"Ada di dalam."
Ellena langsung membuka pintu tanpa permisi.
"Ibu!" menghampiri Mira yang duduk bersantai di sofa.
"Putri Ibu sudah pulang?" Mira segera berdiri dan memeluk putrinya.
"Bagaimana sekolahnya, lancarkan?"
Ellena hanya mengangguk.
"Fic dimana Bu? Apa tadi Fic mengantar Ibu?"
"Ah, iya Sayang. Ibu pergi sebentar ke acara Teman Ayah. Ayah menyuruh Fic yang harus mengantar. Tapi hanya sebentar kok. Apa Fic tidak menjemputmu?"
Jantung Ellena kembali berdegup.
Fic pasti pergi bertemu dengan wanita yang akan ia nikahi setelah mengantar ibu.
Pikiran Ellena sudah kesana.
"Ellen? Siapa yang menjemputmu? Apa bukan Fic?" Mira kembali bertanya.
"Tidak Bu. Khale yang menjemput Ellen. Fic yang menyuruh." Jawab Ellena.
"Oh. Tidak apa apa. Jika Khale yang menjemput mu, itu bagus lah."
Ellena hanya mengangguk.
"Ellena ke kamar ya? Pelayan akan menyiapkan mandi mu dahulu. Setelah itu kau istirahat."
Ellena kembali mengangguk dan kemudian melangkah keluar. Tepat bersamaan dengan Fic yang berjalan terburu menghampirinya.
Sejenak keduanya bertatap mata.
"Nona. Anda sudah pulang?" Fic cepat menundukkan pandangannya.
Ellena masih menatap Fic. Menghampiri Fic dan menuding dada Fic dengan telunjuknya.
"Kau berbohong padaku!" Ellena menangis dan berlari ke kamarnya.
"Nona Ellen!" Fic cepat menyusul Ellena. Menahan pintu kamar dengan tubuhnya.
"Nona, aku berbohong apa?" Fic terus menahan pintu yang di dorong kuat Ellena dari dalam.
"Kau pergi kemana?" jerit Ellena.
"Tidak ada Nona. Aku pergi mengantar Ibumu. Sungguh!" Fic kini sudah berhasil masuk ke dalam kamar Ellena.
"Kau bohong! Kau berbohong! Ibu bilang kau hanya sebentar mengantarnya. Kau kemana? Kau sengaja tidak mau menjemput ku kan? Kau menyuruh Khale untuk menjemput ku!" Ellena memukuli dada Fic yang hanya pasrah.
"Aku tidak berbohong." jawab Fic.
"Lalu kau kemana setelah mengantar ibu. Kau pergi kan? Kau pergi kemana Fic? Kau pergi dengan siapa?" Tangis Ellena semakin mengeras.
"Nona. Berhenti lah menangis. Fic tidak kemana mana. Tidak pergi dengan siapa siapa!" Fic sudah kebingungan dengan sikap Ellena yang terus menangis Pilu seperti seseorang yang sedang patah hati.

Book Comment (100)

  • avatar
    Ina La Riski

    bagussssss. tolong do lanjutkan cerita ini masih penasaran nc

    29d

      0
  • avatar
    Titin Atik

    lanjut Bagu aku suka novel 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐⭐⭐🌟🌟🌟⭐⭐🌟🌟⭐🌟🌟⭐🌟🌟🌟🌟🌟

    17/07

      0
  • avatar
    KROCOADO

    aplikasi ini bagus

    08/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters