logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 3. Janji!

Mira menyusul langkah Ellena, membuka pintu kamar pribadi Tuan Putri untuk mengintip. Ellena terlihat duduk termenung di tepi ranjang dengan mendekap Guling.
Gurat kemarahan bisa dilihat dari wajahnya yang tertekuk.
Mira berjalan pelan, kini duduk di sebelah Putrinya.
"Putri Ibu kenapa? Kenapa tiba tiba marah dan pergi meninggalkan makanannya. Apa ada yang salah?"
Ellena hanya melirik sebentar, kemudian membuang muka.
"Ellen. Tidak baik seperti itu. Kau ini akan menjadi seorang wanita yang tangguh untuk menggantikan Ayah. Memimpin Perusahaan. Kau harus bisa belajar bersikap sopan dan baik sejak dini. Meninggalkan makanan dengan marah, kemudian menepis kasar tangan Fic, itu perbuatan yang tidak sopan." tegur Mira kembali.
Ellena menoleh sedikit, kemudian menunduk. Wajah marahnya berubah sedih.
"Ellena , ada apa sebenarnya? Apa ada yang menggangu pikiranmu? Cerita kepada Ibu." Mira masih saja merayu Putrinya.
Ellena kali ini mendongak.
"Fic akan menikah. Itu artinya, Fic akan meninggalkan Ellen. Aku tidak mau itu, Ibu. Siapa yang akan menemani Ellen bermain? Siapa yang akan menjaga Ellen? Mengantar Ellen sekolah dan menunggu Ellen di gerbang?"
"Ellen? Jadi kau marah karena itu? Kan ada Ibu, ada Ayah, masih ada banyak para pelayan. Kau tidak akan kesepian. Fic juga tidak akan pergi meninggalkan mu meskipun Fic sudah menikah. Dia akan tetap disini bersama kita." Mira mencoba memberi pengertian Ellena.
"Tidak! Ellen tidak mau! Fic tidak boleh mencari kekasih. Ellen tidak ingin Fic menikah! Fic harus tetap bersamaku, dan tidak boleh bersama orang lain!" Ellena tiba tiba berteriak.
Ucapan jujur Ellena cukup mengejutkan Mira. Baik Nathan dan Fic yang sudah berdiri di depan pintu pun sama terkejutnya dengan ucapan emosi bocah seusia Ellena yang seharusnya belum berbicara seperti itu.
"Ellen! Dengar ibu. Fic tidak harus memikirkan hidupmu terus. Fic harus memikirkan hidupnya juga. Ellen tidak boleh seperti itu. Itu tidak baik!" Mira berbicara dengan nada mulai mengeras.
Ellena menangis, "Aku tidak mau Fic pergi. Aku tidak mau ada orang lain yang lebih disayang Fic dari pada aku. Pokonya Fic tidak boleh menikah. Jika Fic menikah, aku tidak akan makan! Selamanya!"
"Ellen!" bentak Mira.
"Mira. Sayang... Biar aku yang berbicara padanya. Tenang lah." Nathan cepat mengambil posisi terbaik. Mendekap Putrinya yang menangis.
"Putri Ayah.. Fic tidak akan pergi meninggalkan mu. Fic akan tetap bersamamu." Nathan mencium beberapa kali kepala Ellena. Sambil menepuk halus punggungnya.
"Jangan menangis lagi. Jangan menangis lagi ya?"
Ellena menatap Nathan dengan tatapan serius.
"Ayah. Katakan pada Fic untuk tidak menikah. Ayah, jangan menyuruh Fic untuk menikah. Ellen tidak mau. Ellen tidak ingin Waktu Fic terbagi untuk orang lain." Ellena kini meraung pada Ayahnya.
"Ellena. Kau belum mengerti apa itu menikah. Kenapa harus memikirkan itu?" Nathan terus membujuk Putrinya.
"Aku tau! Jika Fic menikah, dia akan punya seorang istri dan anak. Fic akan menjaga mereka, dan tidak akan lagi menjaga Ellen. Seperti Paman Ken yang menjaga Bibi dan Putra Putranya. Bukan kah Ayah yang mengatakan jika Paman Ken dulu yang menjaga Ayah dan Ibu? Lalu sekarang karena Paman Ken Sudah menikah dan mempunyai Putra, maka Paman Ken harus menjaga mereka dan tidak menjaga kalian Lagi." ucap Ellena di luar pemikiran mereka.
"Ellen.."
"Tidak Mau Ayah! Fic akan meninggalkan Ellen. Fic akan pergi dari rumah ini kan? Ayah, Aku tidak mau. Kata kan pada Fic Ayah! Kata kan pada Fic! Ellen mohon!" Ellena kembali menangis keras mengguncang guncang lengan Nathan.
"Ellen , Ellen. Tenang lah. Kau terlalu jauh berpikir."
"Aku tidak mau! Pokoknya aku tidak mau!"
Melihat itu Fic hanya tersenyum kecil, kemudian ikut mendekati Ellena. Kini duduk dengan lututnya dihadapan Ellena.
"Nona."
Ellena menoleh padanya.
"Berhentilah menangis."
"Kau tidak mencari kekasih?" Ellena kini bertanya pada Fic.
Fic tersenyum hangat, lalu menggeleng.
"Kau tidak akan menikah?" Ellena kembali bertanya.
Fic menarik nafas. "Ya. Aku tidak akan menikah."
"Kau janji?" Ellena ingin meyakinkan.
Fic mengangguk.
"Percayalah. Asal Nona Ellen berhenti menangis dan jangan marah lagi."
Ellena tiba tiba memeluk Fic. "Jangan meninggalkan aku ya? Ellena menyayangi Fic." kedua tangan kecil itu mendekap erat punggung Fic.
Nathan dan Mira hanya menghela nafas, menyaksikan kelakuan Putrinya yang seolah begitu terobsesi pada Fic.
"Fic juga menyayangi Nona. Tidak usah khawatir lagi ya. Fic akan disini selamanya." Fic menarik lembut tubuh Ellena.
"Kau sudah mendengar ucapan Fic. Jadi sekarang Ellena istirahat ya? Ibu akan menemanimu." ucap Mira , meraih tubuh Ellena untuk memeluknya.
Nathan dan Fic beranjak.
"Kau mau kemana?" tangan Ellena menahan lengan Fic.
Fic menoleh. "Aku harus memanggil pelayan. Ini waktu mandi untuk Nona Ellen."
"Kau tidak akan pergi?"
Fic tersenyum dan menggeleng.
"Biarkan Fic kembali berkerja Ellen. Kau bersama Ibu dulu." ucap Nathan.
Ellena hanya mengangguk.
Nathan melangkah keluar kamar Ellena. Fic menyusul setelah menutup pintu.
Kedua pria itu duduk di sofa.
"Kenapa berjanji kenapa Ellena. Kau tidak harus melakukan itu." ucap Nathan resah.
"Nona Ellen masih anak anak Tuan. Dia belum mengerti. Aku hanya ingin menenangkannya saja." jawab Fic.
"Belum mengerti katamu?" Nathan kini menatap Fic.
"Putriku itu berbeda Fic. Pikirannya jauh dari usianya. Pikirannya dan semua yang ada dirinya itu terkadang melewati batas usianya. Jika dia mengerti, jika tidak? Dia akan menuntut janjimu!"
"Setelah beranjak dewasa nanti, dia pasti akan mengerti. Percayalah Tuan."
Nathan tergelak, "Setelah dia dewasa? Artinya Kau sudah tua Fic. Kau akan menunggu selama itu untuk menikah?"
"Tentu saja. Bagiku tidak masalah. Karena yang terpenting adalah, kebahagiaan Nona Ellena."
Nathan cukup tersentuh dengan kesetiaan Fic. Pria yang ia terima di rumahnya dan ia didik sejak masih anak anak itu, kini sungguh bisa diandalkan.
"Maafkan aku Fic. Semua ini salah ku. Seharusnya aku mencari Orang lain untuk menjaga Ellena. Tapi aku malah memilihmu dan mempercayakan Ellena padamu. Akhirnya, kau harus mengorbankan hidupmu sendiri demi Putriku." ucap Nathan.
"Tuan. Anda yang sudah memberiku kehidupan yang terhormat seperti ini. Aku bisa seperti ini karena anda. Untuk apa anda meminta maaf. Bagiku, Tuan Ken, kalian dan Nona Ellena adalah segalanya. Kalian yang terpenting dalam hidup ku. Jadi aku mohon, jangan mempertanyakan soal kebahagiaan ku. Aku cukup bahagia." Sahut Fic. Keduanya saling menatap.
"Saat Putra Putra Tuan Ken sudah siap untuk menjaga Nona, dan salah satu dari mereka bisa memenangkan Hati Nona Ellena, saat itu aku berjanji akan memikirkan kelanjutan hidupku. Dengan mencari pendamping dan menikah. Percayalah, semua akan baik baik saja dan berjalan sesuai rencana kita." ucap Fic kembali.
"Kau benar Fic. Kami akan memasukan mereka pada Fakultas yang sama. Aku yakin saat itu, Tiga Putra Ken sudah siap menjaga Ellena. Tapi.." Nathan menjeda kalimat.
"Apa yang anda khawatirkan Tuan?"
"Pada saat mereka masuk Fakultas, umur mereka sudah memasuki 18 tahun, dan kau sudah lebih dari 35 tahun Fic!"
Fic malah tergelak. "Umur segitu belum terlalu tua Tuan. Aku masih bisa mencari gadis seusia Nona."
"Haha... Yang benar saja. Pengalaman mengenai wanita saja kau belum ada. Mana mungkin?"
"Itu masalahnya."
Kedua tertawa. Tidak pernah terbersit sedikitpun di pemikiran mereka, baik Nathan , Ken maupun Fic sendiri. Jika rencana mereka tentang ke depannya Ellena akan meleset sempurna!
______

Book Comment (100)

  • avatar
    Ina La Riski

    bagussssss. tolong do lanjutkan cerita ini masih penasaran nc

    29d

      0
  • avatar
    Titin Atik

    lanjut Bagu aku suka novel 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐⭐⭐🌟🌟🌟⭐⭐🌟🌟⭐🌟🌟⭐🌟🌟🌟🌟🌟

    17/07

      0
  • avatar
    KROCOADO

    aplikasi ini bagus

    08/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters