logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 2. Tiga Putra Kembar Ken.

Keputusan yang tepat diambil oleh Ken saat ia mengusung anak istrinya untuk menempati Rumah pribadinya dahulu.
Tiga putra tampan milik Ken benar benar membuat orang tuanya kewalahan. Bukan hanya lincah, gesit, super cerewet, namun nakal!
Hari hari Ken dan Rimbun dibuat hampir menjerit setiap waktu.
"Khal, letakkan pot itu! Bahaya jika mengenai adik adikmu!" Jerit Rimbun ketika Khale sang sulung mengangkat pot keramik tinggi tinggi dan siap melemparnya ke arah Kimmy dan Keyan.
"Astaga Key!" Rimbun kembali menjerit saat Keyan malah mengambil sebuah sapu. Sambil merebut pot dari tangan Khale kecil, Rimbun berlari merebut sapu dari tangan si bungsu Keyan.
"Cepat masuk ke kamar!" Rimbun mengancam dengan gagang sapu kepada tiga bocah itu.
"Ampun Bu!" Ketiga bocah yang sudah berusia tujuh tahunan itu berlari ke kamar. 
Melihat itu, Rimbun tidak berhenti mengejar putra putranya untuk memberi hukuman karena sudah membuat Ruangan tengah berantakan.
Ken yang baru saja datang seketika berlari melerai.
"Jelek! Apa yang kau lakukan pada Putra putra ku?" Segera memeluk Kimmy yang sudah ketakutan di bawah tangan Rimbun.
"Mereka selalu membuat ku kesal sepanjang hari, Ken!" Menjewer telinga Khale yang dapat di jangkaunya, namun Ken cepat menarik si kecil untuk menyelamatkan. Sementara dua yang lain, sudah berada di belakang punggung Ken untuk mencari perlindungan.
"Sayang, sudah. Jangan begitu. Kasian mereka. Mereka ketakutan. Kau ini seperti ibu tiri saja." Ucap Ken , menciumi Khale yang masih ia dekap.
"Mereka sangat nakal Ken! Aku pusing mengurus Putra putra mu ini. Bahkan Baby Sister, tidak ada yang sanggup mengurus mereka!" Tuding Rimbun dengan tekanan darah yang begitu tinggi.
"Ayah.. Ibu galak." Rengek Kimmy mencondongkan wajahnya.
"Ah, maafkan ibu. Mungkin semua ini karena kalian nakal." Ken memutar tubuhnya untuk mengangkat Kimmy.
"Sayang. Maafkanlah mereka. Mereka masih anak anak. Belum mengerti. Maafkan ya?" Kini mengelus kepala Rimbun.
"Tidak ada kata maaf untuk anak anak nakal ini!" Rimbun berkacak pinggang .
"Aku sudah bosan memaafkan mereka. Semakin besar, bukannya semakin pintar malah semakin Badung luar biasa!" Menunjuk satu satunya anak.
"Keluarkan semua anak ini Ken! Bawa mereka ke panti asuhan saja! Khale dan Kimmy. Lalu Keyan, beri pada pengemis di pinggir jalan!" Rimbun menuding kembali dengan nada marah.
Seketika, tiga bocah itu menangis.
"Jangan ibu. Jangan! Ampuni kami. Kami tidak akan nakal lagi Bu.." Mereka mengiba.
"Sayang… Jangan begitu. Mereka sudah meminta ampun." Ken memohon.
"Tidak ada kata ampun lagi! Mereka berbohong. Setiap hari berjanji namun selalu mengingkari . Kali ini, Tidak ada toleransi . Cepat bawa pergi mereka!" Rimbun sungguh marah. Dengan muka sangar, tanpa sedikitpun menunjukkan belas kasihan seorang ibu lagi.
"Rimbun. Kenapa kau tega? Mereka Putra putra kita. Yang kau kandung dan kau lahirkan dengan susah payah!" Ken mencoba mengingatkan istrinya.
"Justru itu. Aku sudah susah payah mengandung dan melahirkan mereka. Tapi mereka tega padaku. Setiap hari membuat aku bersedih karena kenakalan mereka! Ayo bawa mereka pergi, atau aku akan mengusir kamu juga hah!" Kini Rimbun mengancam suaminya.
Ken terkikik dalam hati. Gemes melihat istrinya mencak mencak. Teringat masa lalu yang indah. Ken ingin sekali memeluk wanita yang sudah menjadi ibu dari anak anaknya itu.
"Baiklah sayang. Aku akan membawa mereka pergi. Mereka yang sudah menyakiti hatimu dan membuatmu kesal setiap hari." Jawab Ken,melirik ketiga wajah putranya yang sudah berubah pias.
Rimbun tersenyum tipis. Ingin tergelak namun menahannya. Kemudian keluar kamar sambil membanting pintu dengan kuat. Membuat tiga bocah itu terkejut dan semakin ketakutan. 
Ken menoleh pada mereka. 
"Ayah tidak bisa menolong kalian lagi " Ken menghela nafas berat.
Tiga bocah itu menunduk. "Maafkan kami Ayah. Tapi kami tidak mau pergi." si bungsu Keyan berbicara, melirik sedikit dua saudaranya.
"Ayah tidak bisa membantah Ibu. Maafkan Ayah. Ayo kemasi barang barang kalian." dengan santai Ken melangkah, mengambil tas mereka dan membuka lemari.
"Ayah…" Khale meraung. Menyambar tangan Ken.
"Maafkan Khal. Maafkan Kimmy dan Keyan. Jangan usir kami." 
Sebenarnya Ken ingin tergelak, melirik Kimmy yang kini merangkul kakinya. Sementara Keyan sudah merongsot ke lantai.
"Ibu, adalah wanita yang paling Ayah sayangi. Yang paling berharga dalam hidup Ayah. Tidak ada satupun yang boleh menyakiti hatinya. Termasuk kalian!" Ken berjongkok, menatap tajam ketiga Putranya.
Ketiga putranya menggeleng.
"Kami tidak menyakiti ibu. Kami tadi hanya bertengkar kecil. Maafkan kami Ayah." Kimmy kembali memohon.
Ken menghela nafas , kini duduk di pinggir ranjang. Ketiga Putranya menarik tubuh dengan lutut untuk mendekati Ken. Ketiganya berlutut dibawah kaki Ken.
Ken, memandangi satu satu wajah Putra kembarnya yang berbeda itu.
"Kalian bertengkar, kemudian membuat keributan. Lalu mengacak ruangan. Ibu sedih melihat para Putranya tidak akur dan setiap hari bertengkar walaupun hanya masalah sepele. Ibu kecewa kepada kalian. Ibu merasa sia sia mengandung dan melahirkan kalian." 
"Kami tidak akan mengulanginya lagi." Khale menangis. Dua adiknya pun ikut menangis.
"Apa kalian bisa menepati janji kalian? Apa ucapan kalian bisa percaya?" Ken menunduk untuk menatap wajah mereka.
"Kami bersumpah Ayah!" Ketiganya menjawab bersahutan.
"Dengarkan Ayah." Ken menepuk bahu Khale.
"Kalian adalah kebanggaan ku. Aku ingin kalian bisa menjadi pria pria hebat yang dapat dipercaya. Saat dewasa nanti, kalian akan memikul tugas berat yaitu menjaga Tuan Putri Ellena sampai Dia mendapatkan pendamping yang pantas untuk mendampinginya meneruskan perusahaan. Jika kalian saja tidak bisa saling menjaga antara kalian sendiri, bagaimana mungkin kalian bisa menjaga Nona Ellen dengan baik?" 
Ketiga bocah itu saling melempar pandang. Kemudian menunduk kembali.
"Jika kepada kami saja kalian tidak patuh dan tidak bisa dipercaya, bagaimana Tuan Nathan dan Nyonya Mira bisa mempercayai kalian?" 
Keyan mengangkat wajahnya. "Aku akan belajar memperbaiki diri, Ayah. Aku akan patuh kepada kakak kakak ku dan akan menyayangi mereka." 
Kimmy pun mengikuti, "Beri kami kesempatan, Ayah. Kami akan membuat kalian bangga dan tidak akan mengecewakan Tuan Nath!"
"Ayah. Kami ingin menjadi pengawal Tuan Putri Ellena." Khale berdiri.
Ken tersenyum. Kemudian membantu dua putranya yang masih berlutut.
"Sekarang, temui Ibu. Meminta maaflah padanya. Dan buktikan jika kalian adalah Putra Putra yang bisa membuatnya bangga!" 
Ketiganya mengangguk.
 Kini berjalan pelan beruntun ke kamar sang Ibu. Sempat menoleh pada Ken yang mengikuti mereka dari belakang.
Ken mengangguk samar.
Khale membuka pintu perlahan untuk mengintip ke dalam.
Rimbun terlihat duduk di ujung sofa memijat pelipisnya.
Mereka menyeret langkahnya dengan ragu.
"Ibu.." 
Rimbun hanya melirik sebentar, kemudian membuang muka.
"Ibu…!" Ketiganya berhambur menubruk kaki Rimbun.   
"Maafkan kami. Maafkan kami!" Tiga bocah itu memohon dipangkuan Rimbun.
"Pergi kalian. Aku tidak butuh Putra nakal dan pembangkang seperti kalian!" Rimbun menepis semua kepala mereka yang berada di pangkuannya.
"Ibu! Beri kami kesempatan sekali lagi. Jika kami mengingkari lagi, Ibu boleh menyeret kami keluar dari rumah ini." Ucap Khale mewakili kedua adiknya.
Rimbun melirik Ken yang sudah berdiri di sisi pintu. Ken hanya melempar senyuman dan mengangguk samar.
"Hm, kalian sudah berjanji. Dan harus memegang janji itu sampai kapan pun!" Ucapan Rimbun merupakan sebuah ancaman.
"Kami berjanji!" Ketiganya menjawab bersamaan.
Rimbun kini tersenyum. Membelai tiga kepala itu bergantian. Keyan mendongak untuk mengintip. Melihat senyuman di bibir Rimbun, Keyan langsung berdiri.
"Ibu tersenyum. Yeah!" Memeluk Rimbun dan menciumi wajahnya.
Dua saudaranya yang masih menunduk pun segera bangkit dan melakukan hal yang sama.
Mereka kini berebut menciumi wajah Ibunya.
Ken mendekati mereka. Merangkul mereka dengan tangan lebarnya.
"Ayah! Ibu sudah memaafkan kami." Ucap Keyan dengan senangnya.
"Bagus. Jadi mulai hari ini, kalian tidak boleh lagi membuat Ibu bersedih. Ibu adalah wanita yang harus kita bahagiakan sampai kapanpun juga." Sahut Ken.
Mereka mengangguk. "Kami akan membereskan semua ruangan yang sudah berantakan oleh kami Bu," ucap Kimmy.
"Kami akan bertanggung jawab atas perbuatan kami." Khale pun menyahut.
"Bagus. Ayo cepat lakukan sekarang." Perintah Ken.
"Besok, kita akan pergi mengunjungi Nona Ellen." Ucap Ken sebelum mereka keluar kamar.
"Benarkah?" Tanya mereka serempak.
"Tuan Ntah, menyuruh Ayah membawa kalian kesana untuk bertemu Nona Ellen. Bukankah kalian sudah lama tidak bertemu?" 
"Hore! Kita akan bertemu dengan Tuan Putri Elena!" Teriak Keyan, girang.
Kedua saudaranya pun kegirangan.
"Putri Ellena yang cantik!" 
"Nona Ellen yang manis!"
"Tuan Putri yang imut!" 
Mereka melangkah dengan semangat!
Ken dan Rimbun tersenyum bahagia.
"Maafkan mereka ya? Mereka masih anak anak. Belum mengerti mana yang baik mana yang tidak." Ucap Ken, menarik tengkuk Rimbun untuk mencium keningnya.
"Aku tidak marah pada mereka. Justru sebenarnya aku senang mereka sangat lucu. Hanya saja, aku ingin mereka berhenti bertengkar dan bisa patuh pada kita." 
"Aku tau maksudmu. Terimakasih, sudah mau menjaga mereka dengan baik. Padahal sister saja sudah tidak ada yang sanggup mengurus mereka." Ken menggenggam erat jemari Rimbun.
"Tak perlu berterima kasih Ken, itu sudah menjadi tugasku bukan? Dan tugasmu mendidik mereka." 
"Ah Jelek." Ken mendekap istrinya.
"Aku mencintaimu sayang." Mencium wajah Rimbun beberapa kali.
_______

Book Comment (100)

  • avatar
    Ina La Riski

    bagussssss. tolong do lanjutkan cerita ini masih penasaran nc

    27/08

      0
  • avatar
    Titin Atik

    lanjut Bagu aku suka novel 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐⭐⭐🌟🌟🌟⭐⭐🌟🌟⭐🌟🌟⭐🌟🌟🌟🌟🌟

    17/07

      0
  • avatar
    KROCOADO

    aplikasi ini bagus

    08/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters