logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Kepala Pelayan Tampan

Kepala Pelayan Tampan

Any Anthika


Bab 1. Putri Ellena.

"Ellen, berhenti!Jangan membuat Ibu kesal!" Lengkingan Mira terdengar memenuhi ruangan sambil menyusul lari kecil sang putri.
Gadis kecil imut itu malah tertawa sambil terus berlari.
"Ellen, kembali lah. Kau harus makan!" Mira kembali berteriak.
"Ayo tangkap Ellen dulu Bu!" Melompat ke atas sofa dan melompat lagi ke sofa yang lain.
Para pelayan hanya bisa menggeser kaki mereka sambil tersenyum menatap itu. Kemanisan Tuan Putri mereka begitu terlihat ketika sedang menjahili Ibunya.
Dan itu selalu terjadi saat waktu makan Tuan Putri yang payah.
Para Pelayan pun sudah tidak sanggup untuk membujuk. Mira harus susah payah untuk merayunya. Ellena akan berlari dahulu keliling ruangan tengah. Jika Mira sudah berhasil menangkapnya baru Ellena akan makan.
"Ellena! Jangan begitu, nanti kau bisa terjatuh!" Baru saja selesai bicara,
Brug....!
Jantung Mira hampir berhenti berdegup ketika tubuh Ellena terjungkal.
Begitu juga para pelayan yang menjerit bersamaan.
"Fic." Ellena tersenyum di tangan Fic yang berhasil menangkap tubuhnya.
"Nona! Berhati hatilah." Fic membawa Ellena melangkah dan mendudukkannya di sofa.
Mira langsung berlari menghampiri.
"Kau membuat Ibu jantungan Ellen! Jika kau jatuh bagaimana?"  
"Kan ada Fic, Bu. Fic pasti akan menangkapku. Ibu tidak perlu khawatir. Iya kan Fic?" Ellena menoleh pada Fic yang berdiri dengan lututnya di hadapan Ellena.
Fic hanya tersenyum.
"Fic tidak akan terus memperhatikanmu. Jika Fic tidak melihatmu melompat, maka kepalamu akan retak terbentur lantai!" Bentak Mira, tangannya mencubit pipi putrinya.
"Tapi Fic akan terus melihatku. Bukankah itu sudah menjadi tugasnya? Benar kan Fic?" Bantah Ellena memegangi pipinya, kembali menoleh pada Fic yang masih tersenyum.
"Tugas Fic bukan hanya untuk melihatmu saja! Tapi juga menjaga Rumah ini. Kau jangan terus merepotkannya!" Mira kembali hendak mencubit pipi Ellena, tapi kali ini Fic menarik tubuh Ellena hingga terhindar dari tangan Mira.
"Nyonya. Jangan lakukan lagi. Kasihan Nona Ellen." 
"Dia nakal Fic! Biarkan aku memberinya hukuman!" Mira menarik lengan Ellena. Tapi Ellena merengkuh kuat lengan Fic, menyembunyikan wajahnya di dada Fic.
"Nyonya sudahlah. Nona Ellen tidak nakal. Dia hanya lincah dan sangat manis. Lihatlah, pipinya memerah karena cubitanmu." Fic membelai kepala Ellena.
"Dia selalu melakukan itu saat waktu makannya. Berlari keliling ruangan ini dulu baru kembali ke meja makan setelah aku berhasil menangkapnya." Keluh Mira.
"Dan aku, paling kesal jika dia melompat seperti tadi. Jika kau tidak melihatnya, siapa yang akan menangkapnya? Kepalanya akan terbentur. Dan Nathan akan marah besar jika terjadi sesuatu sedikitpun pada Putrinya." Sambung Mira , kini duduk di sebelah Ellena.
"Nona tidak boleh seperti itu lagi ya? Kasihan, Ibu jadi khawatir." Ucap Fic, menarik wajah Ellena dari dadanya.
"Lalu, jika terjadi sesuatu padamu, maka kami semua yang akan dihukum oleh Ayahmu." Fic menatap Ellena yang malah tersenyum.
"Tidak akan terjadi apa apa Fic. Karena aku tidak akan melompat jika tidak ada kau." Jawab Ellena.
"Anak pintar." Fic menepuk lembut kepala Ellena.
"Kau dengar Nyonya, Nona Ellen tidak akan melompat jika tidak melihatku sudah bersiap di dekatnya. Jadi semuanya aman. Tidak perlu khawatir." Ucap Fic, ingin menenangkan hati Mira.
"Aku tetap khawatir Fic!" 
"Ah, baiklah. Fic akan menemani Tuan Putri makan. Bagaimana?" Fic bertanya pada Ellena.
"Ya. Aku senang." Jawab Ellena dengan ceria.
"Tapi janji, jangan berlari dan melompat lagi seperti tadi?" 
"Asal kau mau menemaniku setiap waktu makan, aku akan berjanji." Jawab Ellena.
"Baiklah, Fic berjanji." Fic mengulurkan jari kelingkingnya. Ellena cepat menyambutnya dengan jari kelingkingnya juga.
"Kalau begitu, ayo kita makan." Ucap Fic.
"Gendong!" Rengek Ellena.
Fic tersenyum, memutar tubuhnya untuk memasang punggungnya.
Mira hanya bisa tersenyum melihat Fic sudah melangkah dengan Ellena di punggung pria itu.
Kedekatan Putrinya dengan kepala pelayan itu memang sudah terjadi ketika pertama kali Ellena lahir ke dunia. Fic selaku kepala pelayan, memang ditugaskan untuk menjaga seluruh sekeliling Ellena agar berjalan sempurna sebagaimana mestinya sang Penerus.
Fic lah, yang menentukan para pelayan khusus untuk Putri semata wayang Nathan itu. Fic yang mengatur semua jadwal Tuan Putri Ellena. Menu makanan apa untuknya dan waktu tidur bahkan bermain untuk Putri Ellena. 
Sebab itu, waktu Fic hampir sepenuhnya untuk memperhatikan Ellena kecuali waktu tidur saja. Tidur pun, terkadang masih Fic lah yang menutup pintu terakhir setelah para pelayan keluar kamar Ellena kemudian Mira dan Nathan selesai menemaninya.
"Tuan." Sapa Pelayan pada Nathan yang baru saja menginjak anak tangga. 
Mendengar itu Mira langsung berlari kecil menyambut.
"Mira!" Nathan menyambut uluran tangan Istrinya dengan beberapa kali ciuman di kepala dan wajah Mira.
"Kau sudah pulang. Kau pasti lelah. Ayo!" Mira menggandeng tangan Nathan.
"Meskipun aku lelah, semua itu akan hilang setelah melihatmu." Jawab Nathan, membuat Mira sungguh bahagia. Karena jawaban itu yang selalu didapatkan Mira ketika suaminya pulang dari kantor.
"Dimana Putriku? Apakah dia sudah makan dengan baik hari ini?" Tanya Nathan sebelum melangkah ke kamar.
Nathan sangat hafal bagaimana payahnya sang Putri untuk makan. Bukan dari Mira yang sering mengeluh, tapi Nathan yang sering memperhatikan sendiri ketika ia sedang tidak pergi ke Perusahaan.
"Fic sedang menemaninya makan."
"Aku ingin melihatnya dahulu." 
Mira mengangguk, menggandeng tangan Nathan untuk melangkah ke meja makan.
Nathan bisa melihat Putrinya sedang makan dengan lahapnya dari suapan tangan Fic.
"Putri Ayah sedang makan?" 
Ellena menoleh, segera berlari kecil menyambut Ayahnya. Nathan memeluk Putri kecilnya dan menghadiahi ciuman beberapa kali, begitu juga dengan Ellena melakukan hal sama pada Ayahnya.
Fic hanya mengangguk hormat ke arah Nathan yang di balas senyuman saja.
"Ellen sedang makan bersama Fic, Ayah."
"Kenapa Ellen masih memanggil nama pada Fic?" Nathan mengangkat Tubuh putrinya dan mendudukkan kembali ke kursi. 
Ellena tidak menjawab.
"Ellen, panggil dia paman."
Ellena menggeleng. "Dia bukan paman ku."
"Tapi Fic sudah seperti adik Ayah sendiri." Ucap Nathan, berusaha memberi tahu dengan lembut.
"Tapi dia tidak pantas Ellen panggil Paman! Fic belum tua. Fic juga teman Ellen, Ayah! Sama seperti Khale, Kimmy dan juga Keyan." Bantah Ellena.
"Ellen!" 
"Tuan, tidak apa apa." Fic cepat melerai.
"Itu tidak sopan, Fic!" 
"Nath. Ellen dan Fic sangat dekat. Biarkan saja selama Fic tidak keberatan." Kini Mira yang berbicara.
"Kau tidak keberatan kan Fic!" Ellena mengguncang lengan Fic untuk meyakinkan.
"Ah iya. Nona Ellen boleh memanggilku Fic. Fic tidak keberatan.Bukankah dari dulu memang begitu?" Fic menepuk kepala Ellena dengan lembut. Ellena tersenyum puas.
Nathan hanya bisa pasrah.
"Maafkan Ellena, Fic."
"Tidak apa apa Tuan. Sungguh."
"Baiklah Fic. Terimakasih atas pengertiannya." 
Fic hanya membalas dengan senyuman.
"Apa Ayah sudah makan siang? Ayo makan bersama kami." Ellena menarik tangan Nathan untuk ke kursi.
"Ini sudah sore. Tentu saja Ayah sudah makan siang di Kantor. Nanti malam Ayah akan makan lagi, makan malam bersama kalian." Jawab Nathan menarik kursi dan duduk. Mira pun sama.
"Bagaimana hari ini Tuan? Perusahaan berjalan lancarkan?" tanya Fic.
"Tentu saja. Berkat doa istri dan putri kecil ku tercinta ini. Perusahaan selalu lancar." Jawab Nathan.
"Syukur lah Tuan. Apa anda ingin menemani Nona Ellen makan? Aku akan menyiapkannya." Fic sudah memutar tubuhnya.
"Tidak perlu Fic. Aku masih kenyang."
Fic akhirnya duduk kembali, melanjutkan suapannya ke mulut Tuan Putri.
"Ellena selalu makan banyak jika Fic yang menyuapinya Nath." Ucap Mira terdengar seperti mengadu.
"Tidak mengapa Mira. Fic, memang pandai mengambil hati Ellena." 
Mira hanya mengangguk, sementara Fic hanya tersenyum. 
Sebenarnya, tidak seperti apa yang dikatakan oleh Nathan . Fic sudah pernah berjanji pada Nathan, apapun jenis kelamin bayi nathan kelak, Fic akan menjaganya sepenuh waktu, sampai para Pejantan Tangguh yang siapkan oleh Ken siap menjaga Calon Penerus.
Fic tentu masih mengingat bagaimana dia dulu terlambat menyelamatkan Mira hingga Nathan dan Mira harus kehilangan calon bayi mereka.
Fic, tidak ingin itu terulang kembali.
Pada saat Mira masih hamil sekalipun dulu, Fic akan menjaga Mira dengan ketat saat Nathan sedang tidak berada di rumah.
Kemudian berlanjut ketika Ellena lahir ke Dunia, hingga saat ini.
Kedekatan Fic dan Ellena sungguh terjalin dengan baik. Ellena akan luluh pada Fic jika tak ada satupun yang mampu membujuknya dalam hal apapun.
Nathan dan Mira tentu tidak mempermasalahkan itu, justru mereka merasa bangga pada Fic yang bisa dipercaya.
"Mempunyai seorang anak itu menyenangkan sekali Fic. Jadi kapan kira kira kau akan menikah?" Tiba tiba Nathan bertanya pada Fic. 
Fic mendongak. "Aku belum memikirkannya Tuan." 
"Umurmu sudah hampir 25 tahun, seharusnya kau sudah memikirkannya." Tambah Nathan.
"Baiklah Tuan. Aku akan segera memikirkannya. Aku akan mencari kekasih dan akan segera meminangnya.." Jawab Fic.
"Cepatlah kalau begitu. Jika kau sudah menemukannya, Kami yang akan datang melamar gadis itu untukmu" Ucap Nathan.
Fic hanya mengangguk sambil kembali menyuap Ellena. Namun kali ini Ellena tidak mau membuka mulutnya.
"Nona, sedikit lagi." Fic membujuk.
"Aku tidak mau!" Ellena menepis tangan Fic dengan sorot mata penuh kekecewaan. Kemudian berdiri dan berlari meninggalkan mereka.
"Ellen!" Mira memanggil.
"Putri ku kenapa?" Nathan bertanya tanya.
"Aku juga tidak mengerti." jawab Mira, segera menyusul Ellena.
Nathan dan Fic mengikuti dari belakang.
____________

Book Comment (100)

  • avatar
    Ina La Riski

    bagussssss. tolong do lanjutkan cerita ini masih penasaran nc

    27/08

      0
  • avatar
    Titin Atik

    lanjut Bagu aku suka novel 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐⭐⭐🌟🌟🌟⭐⭐🌟🌟⭐🌟🌟⭐🌟🌟🌟🌟🌟

    17/07

      0
  • avatar
    KROCOADO

    aplikasi ini bagus

    08/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters