logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 4 Buah Cherry

Ia mengulurkan tangan dan membawakan minuman untuk hana, ketika membuka matanya sosok pria datang menghampirinya. "Minumlah, air ini akan membuatmu kembali pulih." Senyumannya seperti bulan.
"Alex?"
"Permisi? Aku bukan alex" Sahut pria bertubuh tegap.
Setelah ia menatap wajahnya lagi lebih dekat, siapa kamu? Suaranya terdengar agak serak.
"Aku perkenalkan diri nanti, sekarang kamu harus sehat. Lihatlah wajahmu pucat dan lemah." Kemudian pria itu mengangkat hana yang terbaring.
Memindahkannya ke suatu tempat yang sangat indah, rumah kayu yang di penuhi bunga. Terdapat beberapa burung terbang menyambutnya. Hana membuka matanya lebar-lebar.
Ia sandarkan hana di kursi kayu yang panjang, lagi-lagi kursi itu lebih indah di hiasi karang dan mutiara juga bantal-bantal bunga. Bukan bantal seperti pada umumnya, Seperti di rajut oleh seorang ibu yang diberikan untuk anaknya saat musim dingin.
"Maafkan aku sudah membuatmu takut, lalu menjaga jarak dengannya."
"Terima kasih.. Mmm"
"Namaku samudra, kamu?" ia tersenyum manis, memancarkan ketulusan dan lemah lembut.
"Aku hana," Ia sedikit menunduk malu.
"Apakah kamu tinggal di pulau ini sendirian?"
"Iya, sejak aku kecil. Orang tuaku membawaku ke pulau ini, menghabiskan seluruh hidupnya. Sebelumnya ia tinggal di perkotaan, namun ibuku merasa bosan berada di sana."
"Sungguh? Aku merasa ketenangan ada di sini, seperti di dalam mimpi."
Lalu hana kesakitan ketika mengangkat kakinya, samudra langsung menghampiri. Tanpa basa-basi ia keluar dari rumah itu kemudian membawakan madu dan bunga untuk mengobati lukanya.
"Terima kasih, sam" hana terus memperhatikan wajahnya seakan tak bosan melihatnya, wajahnya bercahaya bagaikan bulan. Ia juga pria yang lembut dan sopan.
"Aku tak mengerti, kenapa kamu bisa terdampar di pulau ini. Bisa sedikit menceritakan, apa yang terjadi denganmu? Sambil mengobati kakinya.
"Aku berlibur di pantai putih, kemudian terjadi gempa dan tsunami di hari berikutnya. Aku terombang-ambing di lautan. Hingga perahuku rusak dan ombak yang membawaku ke sini."
"Timsar akan menolongmu, yakinlah." Menguatkan hana.
"Apakah pulau ini sangat jauh dari pantai itu?"
"Ya, sangat jauh bahkan berbulan-bulan sampai ke sana."
Hana mengangkat kedua alisnya, "Yang benar saja, aku cukup lama berada di lautan? Sungguh tak masuk akal."
"Keajaiban" sahut samudra.
"Bisa saja"
***
Setelah beberapa jam...
Seekor kuda berwarna putih datang diam di depan rumahnya, ia mengeluarkan suara seolah-olah mengajaknya mengelilingi pulau yang indah ini.
"Itu kuda milikmu? iya, kamu menyukainya?"
"Sangat suka, setelah keadaanku membaik bawalah aku pergi melihat keindahan di pulau ini."
"Dengan senang hati"
"Aku pamit sebentar ya, tak jauh dari sini." Kemudian melangkahkan kakinya perlahan, pakaian yang ia kenakan terlihat menawan, ketika wajahnya menoleh kepada hana. Seakan cahaya itu masuk ke dalam hatinya.
Hana mulai gugup, ia menatapi semua sudut ruangan termasuk sekelilingnya. Bunga yang tertidur saat itu mekar dan mengeluarkan wangi yang belum pernah ia rasakan. Lalu menutup matanya kemudian menghela napas dalam-dalam. Bunga itu berwarna merah muda, yang menggantung di semua atap rumahnya.
Samudra datang menghampirinya membawa semangkuk buah berbentuk bulat nan merah, menyodorkannya pada hana.
"Makanlah, perjalananmu membuatmu lelahkan? silahkan.. Buah cherry ini akan membuatmu sehat kembali."
"Terima kasih, eee.. Sam." Dengan satu gigitan saja membuat mulutnya terasa segar, bibirnya berubah kemerahan dan tak pucat lagi.
Samudra menatap wajah hana sebaliknya ia pun terpesona, namun memendamnya. Sesuatu yang tidak wajar untuk mengungkapkan rasa cintanya saat ini, terlalu cepat.
Buah cherry itu sangat manis, bahkan membuat perut kenyang. "Sam, apakah terdapat banyak buah cherry di tempat ini?"
"Banyak dan subur, ketika kamu memetiknya buah tersebut tumbuh kembali dalam hitungan detik. Bukan hanya buah cherry saja. Kamu bebas memetiknya sesuka hatimu."
"Wah, aku masih tak paham dengan perkataanmu tanpa melihatnya langsung."
"Kapan-kapan aku akan membawamu ke sana, Lihatlah malam sudah gelap, masuklah ke dalam kamarku. Aku akan tidur di luar saja. Jangan khawatir."
"Baik" Hana berusaha jalan, membalikkan tubuhnya, samudra langsung mengangkatnya. Kemudian menaruhnya di atas kasur yang indah, terdapat dua selimut rajut nan lembut.
Samudra menyelimutinya kemudian meninggalkannya, setelah melangkahkan kakinya. Hana memanggil.
"Samudra" Pakailah selimutmu.
"Oh ya aku lupa, terima kasih hana"
Menutup pintu dengan lembut..
Hana tersenyum sendiri dan aura wajahnya berubah, "Aku merasa seperti di tarik ke dalam cerita dongeng,
Mungkinkah ini mimpi? kemudian ia mencubit pipinya."
"Aawww.. Sakit"
***
Samudra yang saat itu duduk melamun di kursi panjang halaman rumahnya, merasakan gatal di sekujur tubuhnya. Kulitnya yang lembut mulai mengeluarkan sirip ikan, ia bergegas lari ke pantai. Membuka pakaiannya dan berenang.
Sekumpulan ikan kecil menyapanya dan menaruh hormat, kakinya berubah menjadi ekor ikan berwarna keemasan.
Iya berenang sangat jauh lalu menyelam ke dasar laut, bertemu semua teman-temannya yang saat itu sedang berkumpul merayakan kemenangan. Karena telah menyerang sekumpulan manusia setengah gurita. Yang merupakan musuhnya.
Tersedia berbagai macam minuman syrup di atas meja, kemudian mereka mengangkat kedua tangannya dan bersulang. Lalu datang seorang pelayan, memberikan hidangan sebagai makanan penutup.
"Sam, bolehkah aku berkunjung ke rumahmu besok?" samudra gugup, karena ia menyimpan seorang perempuan di dalam rumahnya. Yang tak mungkin di terima oleh kelompok mereka, ia hanya manusia biasa. Jika saja di ketahui, sam melanggar aturan.
"Aku tak ada di rumah, akan ku kabari ketika ada waktu luang. ya!!"
"Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Jangan terpisah dari kelompok, banyak musuh kita tersebar di lautan ini. Terutama manusia mereka perusak, lautan kita menjadi kotor dan mencuri ikan." Raut wajahnya terlihat galak dan kepalan tangannya siap menghantam.
Ketika acara sudah selesai, samudra pulang namun di halangi oleh ayahnya. "Kenapa kamu tak menyempatkan diri berkumpul bersama ayahmu."
"Maaf ayah hari ini aku ada perlu"
"Sampai tak ada waktu sedikitpun?"
"Baiklah," Samudra mengikuti keinginannya lalu memperkenalkan seorang perempuan padanya.
"Ini tunanganmu," sambil menegakkan tubuhnya dan mengangkat wajahnya.
"Ayah..??" Samudra tak ingin di jodohkan dengan siapapun, ia ingin mencarinya sendiri.
"Sudahlah, akan ku persiapkan acaramu nanti."
"Tidak, semudah itu ayah memaksaku? Bahkan aku tak mengenalnya."
Perempuan itu tersinggung lalu pergi, "Apa kamu ingin mengecewakanku? ia dari keluarga terhormat."
"Aku tak peduli" Samudra langsung pergi tanpa berpamitan.
"Pikirkan lagi sam, ingat.. Ibumu akan setuju dengan perjodohan ini." Teriak sang raja laut.
Samudra sudah berada di pulau, kemudian wujudnya berubah menjadi manusia seutuhnya. Kemudian mengenakan pakaiannya yang tergeletak di sisi pantai.
Sebuah ponsel berdering, ia biarkan hingga tak bersuara. Lalu mengecek ponselnya, terdapat wajah pria bersanding dengan hana sebagai wallpaper utamanya. Entah kenapa ia sangat cemburu, hingga kesal. "Ini ponsel miliknya? Apakah ponsel ini tak mati?" semakin bingung dan bertanya-tanya.
Karena ia merasa cemburu, membuang ponsel itu sangat jauh dari pulau ini. Tetapi mimik wajah pria itu terekam jelas di dalam pikirannya.
Bersambung....

Book Comment (44)

  • avatar
    RoselinaRamona

    hebat

    23d

      0
  • avatar
    TasyaIka

    aku suka cerita nya sangat bagus

    30/06

      1
  • avatar
    PranataRaden

    sangat bagus

    11/01

      1
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters