logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Suamiku Ikan Duyung

Suamiku Ikan Duyung

Akoyapearl


Bab 1 Bulan Purnama

Perempuan berambut panjang itu tersenyum manis, berjalan menelusuri pasir putih. Kemudian menatap bulan purnama yang memancarkan sinarnya hatinya bergejolak, mengharapkan seseorang menariknya ke atas bulan purnama yang indah itu.
Sejenak ia termenung kemudian berjalan menuju hotel tempat ia menginap. Tampak seorang pria, Mendekatinya.
"Selamat malam nona, Cepatlah pergi ketempat yang lebih tinggi. Ombak lautan sedang tinggi, aku khawatir terjadi apa-apa, maaf kalau aku lancang."
Hana bertanya-tanya, "Tak apa.."
"Tak perlu meminta maaf, Aku sangat berterima kasih atas perhatianmu mas."
"Sama-sama" Kemudian pria itu berjalan, memperingati satu persatu orang yang berada dipinggiran pantai.
Kemudian menoleh hana yang sedang berjalan menuju hotel, dekat dengan pantai tersebut.
Oh ternyata nona itu menginap disana, sambil tersenyum.
Keesokan harinya, hana melihat pernak pernik disalah satu toko aksesoris. Kemudian ia tertarik dengan salah satu bandana penuh dengan mutiara yang indah dipandang. Pengrajin aksesoris tersebut menghampirinya.
"Kamu suka mutiara ya?"
"Oh iya saya suka sekali, pertama kalinya saya melihat aksesoris bandana seindah ini."
"Aku membuatnya dengan hati, sehingga bandana itu terlihat indah. Apalagi yang menggunakannya. Sangat cantik. Sembari menata rak aksesoris.
"Terima kasih," Hana tersenyum membungkukkan tubuhnya.
"Berapa harga bandana ini? 150 ribu," ujarnya.
Setelah membayar bandana tersebut, hana keluar lalu bercermin sebentar. Ia terlihat semangat. Hana menghabiskan liburan tahun ini seorang diri.
Alex.. Yang tampan masuk ke dalam toko aksesoris kemudian membuka kacamata gayanya, berwarna biru kuning seperti kilauan ketika disinari matahari.
Seketika alex gugup, pura-pura memperbaiki sepatunya. Sehingga jalan keluar toko terhalang olehnya.
"Maaf mas saya mau lewat.."
"Ooo.. Maaf" Lalu alex berdiri.. Mengedipkan matanya. "Hai nona," sembari menyodorkan tangannya.
"Ka.. Kamu, yang semalam itu kan?" Kemudian berjabat tangan, namun alex memegang erat tangannya cukup lama. Menatap tanpa berkedip.
"Hallo.." Ujar sarah.
"Ee.. Oo ya aku yang semalam memberitahumu, menjauhi pantai." Melepas jabatan tangannya pelan-pelan. Ia salah tingkah dan kebingungan.
"Okay, aku pamit."
"Tunggu.. Siapa namamu" Teriak alex.
"Hana... Oo byeee." Melambaikan tangan.
"Namamu? Aa.. Aku alex."
"Salam kenal," Tersenyum manis.
Kemudian alex mencari beberapa topi pantai, ketika menoleh ke bawah terlihat bandana mutiara. Yang masih terbungkus. Berjalan sembari membawa Bandana itu.
"Mba.. Barangmu terjatuh dilantai?"
Pemilik toko menghampirinya, "itu milik perempuan yang baru saja keluar dari toko."
"Oo.. Ok, aku mengenalnya akan kusimpan bandana ini."
"Terima kasih," Ujarnya.
***
"Perempuan itu menyukai mutiara ya, aku bisa melihat sisi feminimnya." Bergumam dalam hatinya.
Alex duduk di dipantai, kemudian bangkit mengambil novel dari dalam tasnya. Ia memejamkan mata dan menudingkan jari ke salah satu halamannya. Kata yang ia tunjuk adalah "Cinta."
"Haa.. Aku memang sedang jatuh cinta, pada pandangan pertama." Lalu membaca novel tersebut. Suara ombak pantai terdengar menenangkan. Beberapa menit kemudian ia membuka kausnya. Beberapa perempuan memperhatikannya, ia tidak tidak merasa risih sedikitpun. Lalu melentangkan tubuhnya sembari membaca novel romansa.
Hana yang saat itu berjalan, tak memperhatikan sebuah karang berada tepat di depan kakinya. Hana terjatuh, menindih tubuh alex yang sedang asyik membaca novel.
Sontak alex langsung merangkul, kemudian melongo, menatap wajah hana tanpa sepatah kata. Ia semakin mengencangkan rangkulannya. Hanapun seolah-olah tak ingin lepas dari dekapannya.
"Hana.."
"Alex, tolong lepaskan aku."
"Oo maaf, pipinya merah merona."
"Oh ya, aku lupa mengembalikan bandanamu yang tertinggal di toko itu."
"Terima kasih, baru saja aku kesana. Pemilik toko memberi tahu. Seorang pria membawa bandanaku." Tersenyum.
Alex membawakan kelapa lengkap dengan sedotannya, terik matahari mulai terasa panas namun hembusan angin mengalahkan matahari. Mereka saling mengenal satu sama lain.
"Oo jadi kamu seorang kapten, kenapa melepaskan karirmu hanya demi kebebasan." Ujar hana.
"Aku lelah dengan semua rutinitas, semua aset yang kumiliki sudah sangat cukup, villaku tidak jauh dari pantai ini. Pintu terbuka lebar untukmu."
"Ya, sama denganku. Akhirnya pekerjaanku menjadi penulis lepas. Aku tidak terikat dengan pekerjaan di kantor." Sembari menikmati minuman kelapa. "Kapan-kapan aku mengunjungi villamu."
"Penulis?"
"Pekerjaan yang cocok untukmu"
Setelah beberapa jam, terjadi gempa selama 2 menit. Membuat mereka terdiam dan berjalan ke atas. Terlihat ombak menghantam bebatuan sangat keras, terdengar menakutkan.
"Tenang, gempa ini tidak mengakibatkan tsunami." Teriak penjaga pantai.
"Syukurlah," hana menghela napas.
"Sebaiknya kamu kembali ke kamar hotelmu, aku akan menemuimu nanti malam. Bolehkah?"
"Tentu saja, kita bertemu disana." Menunjukan cafe yang dihias bunga mawar yang indah.
"Baiklah, terima kasih hana kamu meluangkan waktu untukku." Mulutnya gugup.
"Okay, bye.. Sampai ketemu"
Alex berjalan kemudian mengangkat kedua tangannya, "yess.. Aku berhasil menaklukanmu, batu karang itu bekerja sama denganku."
***
Alex melangkah ke arahnya, sambil mencengkeram bahunya. Ia menarik hana supaya berdiri. Menyembunyikan sekuntum bunga mawar berwarna merah muda, kemudian menyerahkannya kepada hana.
"Maukah kamu menjadi kekasihku?"
"Alex.. Kita baru saja berkenalan, aku tak mengerti."
"Aku hanya membutuhkan dua jawaban, maukah menjadi kekasihku iya atau tidak."
Hana terdiam, terlintas dalam pikirannya bahwa ia tidak bisa berbohong kepada dirinya sendiri" Hatinya bergetar. Inikah cinta pertama, bergumam dalam hatinya.
"Mmm.. Mmm.. Iya."
Alex terkejut dengan jawaban hana kemudian memeluknya. Beberapa orang memperhatikan mereka, kemudian bertepuk tangan.
"Aku doakan kalian cepat menikah," teriak seorang kakek.
"Terima kasih." Sahut alex dan hana.
Alex menarik hana ke sebuah tempat, kemudian mengecup bibir manisnya. Kemudian mengusap rambutnya. "Hana, bulan depan aku akan melamarmu."
"Dalam waktu dekat? Kamu yakin, aku yang pantas untuk dijadikan sebagai pedampingmu?"
"Alex meletakkan tangan hana di dadanya, tanyakan pada hatiku." Kamu bisa merasakannya, hatiku bergetar."
"Hana meletakkan kepala hana dibahunya, kemudian melanjutkan kecupannya"
"Lihat bulan itu terlihat memancarkan keindahannya," ujar hana.
"Ya, indah sepertimu"
"Maukah kuantarkan ke bulan?"
Hana menyodorkan tangannya, "Ayo bawalah."
Mereka menghabiskan waktu bersama hingga tengah malam, kemudian kembali pada tempatnya menginap.
***
Malam itu... Hana tertidur, kemudian bermimpi bertemu seekor ikan yang mengajaknya berenang dilautan. Akan tetapi dalam mimpi itu tubuhnya ditarik oleh sosok ikan setengah manusia, hinggaia tenggelam masuk ke dasar laut.
Hana terbangun dari tidurnya, menarik napas dalam-dalam. "Syukurlah ini hanya mimpi, tapi terasa nyata." Hana membawa handuk, kemudian mandi.
Ia mengambil remot televisi kemudian mencari berita, reporter itu menjelaskan terjadi keanehan di salah satu pantai terdapat sirip ikan menyerupai ikan duyung yang masih utuh.
"Hah, tak masuk akal. Seperti dalam dongeng saja." Ia segera menekan tombol off.
Suara bell..
Ketika ia mengintip ternyata alex sudah berada di depan pintu kamarnya. "Tepat waktu, tapi kita bertemu di cafe itu." Ujar hana bertanya-tanya.
Alex masuk lalu mengunci pintu, menyentuh bahunya kemudian mengecupnya. "Kamu sudah siap?" Alex bersemangat.
Mereka segera keluar dan mengajak hana berkeliling pantai. Ia bermain pasir, kemudian menggunakan perahu nelayan.
Sambil pura-pura mendayung "Mau kemana nona," ujar alex. "Aku ingin ke dalam dasar lautan".
"Kalau begitu kita memerlukan perlengkapan diving"
"Aku bisa menyelam tanpa peralatan itu,"
"Apakah kamu seorang puteri duyung?" Hahaha.
"Iya, akan menjadi kenyataan."
"Kalau begitu aku mengundurkan diri, bila itu menjadi kenyataan."
"Baiklah," Hana turun dari perahu.
Alex menariknya, "cinta sejati itu takkan menyerah walaupun ia menjadi seekor ikan." Hana memalingkan wajahnya.
"Mustahilkan tiba-tiba berubah menjadi ikan, ayolah buka matamu. Ini bukan negeri dongeng"
Hana mengikat rambutnya, kemudian menunjukkan salah satu kapal. "Aku ingin melihat pemandangan indah lautan ini, menggunakan kapal itu."
"Aku bisa membawamu kesana, tapi tidak hari ini. Tak apakan?
" Ya, aku tak ingin membuatmu tergesa-gesa. Lagi pula aku berlibur cukup lama."
"Kamu akan tinggal di tempat ini selamanya hana, kamu lupa perkataanku waktu itu. Bulandeoan akan melamarmu. Bawalah aku kepada keluargamu."
"Impianku bahkan menceritakan dalam sebuah novel, kalau begitu besok akukan membawamu kepada keluargaku."
"Terima kasih, hana.. Perlukah aku membawa mereka sesuatu?"
"Apapun itu mereka menerimanya, keluargaku selalu menghargai pemberian."
"Baiklah, hana aku bisakah aku istirahat sebentar. Sepertinya kepalaku pusing."
Hana membawanya ke sebuah pepohonan, yang baik untuk berteduh. Alex menyandarkan tubuhnya dipohon itu.
"Tunggu disini ya, aku akan kembali." Ujar hana mengusap pipinya.
"Hati-hati, kembali secepatnya."
Hana membawa obat sakit kepala dan sebotol minuman, kemudian memberikannya pada alex.
"Minumlah, aku selalu minum obat ini ketika kepalaku terasa sakit."
"Terima kasih, kamu sangat perhatian" Mengusap tangan hana.
Satu jam berlalu, mereka terbaring di atas pasir dan air pantai terasa di ujung kakinya. Hana menceritakan semua kisah hidupnya, yang pernah hilang dilaut saat ia berusia 5 tahun. Alex yang mulai membaik, penuh kehati-hatian membicarakan kejadian masa kecilnya. Ia takut hana trauma ketika nanti mengajaknya menyebrangi lautan.
"Kedua orang tuaku panik ketika aku hilang, akhirnya mereka menemukanku terombang-ambing dilautan."
"Kisah yang memilukan, beruntunglah dirimu selamat."
"Iya, aku sangat beruntung. Setibanya aku dirumah, ibuku mencuci pakaianku kemudian menemukan cincin yang sangat indah terdapat permata berwarna putih. Kadang ia bersinar dimalam hari."
Hana menunjukkan cincin itu, "indah sekali aku baru pertama kali melihat cincin seperti ini. Bahkan aku tak akan bisa mendapatkannya dengan mudah."
Cincin permata berukuran jari orang dewasa, yang ia dapatkan setelah terombang-ambing dilautan, berada dalam saku yang tertutup rapat. Permatanya akan bersinar di saat bulan purnama, sayang. Saat ia bersama alex melihat bulan purnama, cincin itu ia simpan di laci kamar hotelnya.
Bersambung....

Book Comment (44)

  • avatar
    RoselinaRamona

    hebat

    23d

      0
  • avatar
    TasyaIka

    aku suka cerita nya sangat bagus

    30/06

      1
  • avatar
    PranataRaden

    sangat bagus

    11/01

      1
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters