logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Musuh Bebuyutan

Seorang anak perempan berusia 8 tahun masuk ke dalam klinik.
“Pagi tante Jessika..” sapa anak itu.
“Pagi sayang.. Ada yang bisa dibantu?” tanya Jessika.
Gadis cilik itu bernama Almeera.
“Om Dokter ada?”
“Sedang keluar.. Kenapa? Anjing kamu sakit lagi?”
“Tidak mau makan..”
“Hm.. Kenapa tidak dibawa kesini jika sakit?”
“Dokternya kan tidak ada?”
“Di dalam ada dokter Amanda..” jawab Jessika.
“Tidak mau..”
“Loh kenapa? Dokter Amanda kan juga dokter hewan? Dia bisa mengobati Bruno juga”.
“Tidak mau.. Nanti saja Meera balik lagi..” Almeera melangkah keluar.
“Selamat bersaing nak dengan mbak Ruby..” kata Jessika.
Almeera masih berdiri di depan pintu ketika ia mendengar seseorang wanita memanggilnya. Bocah kecil ini menoleh. Terlihat Nindy berdiri tak jauh dari sana memintanya untuk menghampiri.
“Ada apa?” tanya Almeera.
“Aku melihatmu sering kesini..” jawab Nindy.”Jangan sering bermain kesini”.
“Memangnya kenapa tante?” tanya Almeera.
“Nanti kamu mati kalau sering main disini”.
“Mati?”
“Dokter itu membunuh teman-teman seusiamu!”
“Bohong!”
“Eh dibilangin tidak percaya!”
“Dokter Nemo baik! Tante ini siapa? Seenaknya bilang dokter jahat!”
“Ya sudah kalau tidak mau dikasih tahu!” Nindy buru-buru meninggalkan tempat itu saat melihat mobil Nemo memasuki parkiran.
Nemo turun dari mobilnya.
“Meera..” sapa Nemo.
“Om Dokter..”
“dengan siapa tadi bicara?”
“Tidak kenal.. Dia memanggil Meera,” jawab Almeera.
“Jangan bicara dengan sembarangan orang. Jika kamu dipanggil, sebaiknya kamu masuk dan panggil tante Jessi untuk menemanimu. Sekarang ini banyak penculik anak,” ujar Nemo. “Ayo masuk..”
“Tante itu bilang kalau Meera sering kesini nanti bisa mati..” Almeera mengikuti Nemo masuk. “Dia bilang om sudah membunuh banyak teman-teman Meera..”
“Oya?”
“Hai Meera..” sapa Amanda.
“Hai dokter..” sapa AlMeera.
“Kata kak Jessika Bruno sakit?”
“Iya..”
“Tidak dibawa kesini?” tanya Nemo.
“Tadi nanya om dokter dulu.. ada apa nggak?” jawab Almeera.
“Loh..kan ada dokter Amanda?”
“Gak mau dia dok..” Amanda tertawa.
Nemo tersenyum.
“Sebentar ya Meera..” kata Nemo saat handphonenya berdering.
“Ya,Ruby.. Baru sampai di klinik. Ada apa? Apa? Kapan? Wadduh.. Aku sedang ada pasien pagi ini dan sudah ada janji operasi. Bagaimana ya? Jangan.. Kamu tunggu disana. Sebentar aku tanya dokter Amanda..”
Nemo memandang Amanda.
“Ada apa, dok?” tanya Amanda.
“Bisa minta tolong dok?” tanya Nemo.
“Menggantikan dokter?”
“Meera gak mau Bruno diobati sama dokter Amanda,” tolak Almeera.
“Nah.. Meera gak mau dok, gimana dong?” tanya Amanda.
“Bukan.. Maksud saya, dokter Amanda bisa bantu saya jemput Ruby di Rumah sakit harapan?” tanya Nemo.
“Mbak Ruby kenapa dok?”
“Jatuh dari motor.. Dilarikan ke rumah sakit harapan oleh yang nolong. Tidak berani minta jemput sama papanya takut beliau khawatir”.
“Oh.. ok”.
“Hati-hati ya dok..” Nemo menyerahkan kunci mobilnya pada Amanda.
“Tapi dok..Nanti kalau ada pasien gimana?” tanya Jessika.
“Suruh tunggu sebentar. Saya gak akan lama”.
“Baik..”
“Ayo, Meera.. kita jemput Bruno ke rumah,” kata Nemo
“Ok..” Meera mengikuti Nemo keluar.
Beberapa saat kemudian..
“Hai jessika,” sapa seorang wanita cantik bertubuh tinggi semampai.
“Kak Raissa..” Jessika balas menyapa.
“Aku mau vaksin si Rocco.” Kata wanita yang dipanggil Raissa tersebut. “Nemo ada?”
“Masih ada pasien..” jawab Jessika. “ Nah itu sudah selesai”.
Tampak Nemo keluar bersama Almeera sambil menuntun Bruno.
“Wah.. Sepertinya selalu kalah cepat dengan owner kecil ini..” Ucap Raissa.
“Hai..” sapa Nemo. “Aku pikir kamu kesini sore..”
“Tadi kamu bilang sore tidak praktek”.
“Ya kan tadi sudah bilang bisa dengan dokter Amanda saja”.
“Tidak apa.. Kebetulan aku juga bisa sekarang,” jawab Raissa. “Hai, gadis kecil..”
“Tante lagi..” Almeera merengut.
“Kenapa wajahmu seperti tidak suka?” tanya Raissa.
“Memang tidak suka. Tante kenapa sih datang kesini hampir setiap hari?”
“Loh, kenapa? Kamu juga kan?”
“Rumah meera dekat sini, tidak apa-apa. Rumah tante jauh. Buktinya tante kesini pake mobil?”
“Aku kan membawa Rocco?”
“Kucing tante hanya 1 Rocco saja, kok datang kesini hampir setiap hari? Masa Rocco sakit terus? Tante tidak merawatnya dengan baik ya?”
“Apa?” Raissa terkejut. “Anak ini benar-benar bikin kesal ya?”
“Sudahlah.. Jangan diambil hati, anak-anak hanay mengungkapkan isi hatinya saja..” Nemo tertawa.
Pintu klinik dibuka, Ruby dan Amanda masuk.
“Sebentar ya..” Nemo meninggalkan Raissa, berjalan menghampiri Ruby.
“Tidak apa-apa?” tanya Nemo. “Kenapa bisa begini?”
“Tidak tahu.. Rasanya aku tidak salah jalan, tapi sepertinya dia sengaja menyenggolku,” cerita Ruby. “Ah, sakit sekali..”
“Istirahat di dalam saja..” Nemo mengulurkan tangannya untuk membantu Ruby berjalan.
“Dokter Amanda, tolong dibantu jika ada pasien sebentar ya?” pinta Nemo.
“Ya..” jawab Amanda.
“Terimakasih ya dokter Amanda,” kata Ruby.
“Tidak apa-apa kak..” kata Amanda.
“Raissa..” belum sempat Nemo bicara, Raissa langsung memotong ucapan lelaki itu.
“Ruby?” sapa Raissa.
Ruby memandang Raissa.
“Kamu..”
“Sedang apa disini? Kapan kamu pulang?” tanya Raissa.
“Sudah satu bulan aku disini.. Kenapa?” Ruby balik bertanya.
“Kamu tidak bilang padaku, Nemo?” Raissa memandang Nemo.
“Untuk apa dia cerita padamu tentang kepulanganku sedangkan dia tahu kita ini bukan teman? Kita ini musuh bebuyutan,” ucap Ruby ketus.
“Kamu..”
“Sudah.. Gak enak dilihat orang,” tegur Nemo. “Ayo kuantar ke dalam..”
“Pelan-pelan.. Kakiku sakit sekali..” Ruby memeluk lengan Nemo manja.
“Apa-apaan dia? Seenaknya bersikap seperti itu?” gerutu Raissa. “Ya, aku tahu kalian teman dekat sejak kecil tapi tidak perlu sok manja seperti itu. Seperti dengan pacar saja”.
“Memang kak Ruby calon istrinya dokter Nemo, kak..” kata Amanda.
“Apa?” Raissa memandang Amanda. “Serius?”
“Ya.. Baru kemarin dokter Nemo cerita katanya sudah bicara dengan papanya kak Ruby dan akan proses lamaran dalam minggu depan”.
“Aku tidak percaya ini..”
“Lho kak.. Mau kemana?” panggil Amanda saat melihat Raissa ke dalam.
“Sudah, biarkan saja dok..” kata Jessika. “Sepertinya kebakaran jenggot”.
“Iya...”
“Perang nih.. Sejak kenal kak Raissa pertama kali, sudah tahu kalau kak Raissa ngincar dokter Nemo banget. Dan sepertinya dari kata-kata mbak Ruby, dia sama mbak Ruby itu musuh,” Jessika tertawa. “Perang deh, perang”.
Di ruang istirahat Nemo..
“kamu tunggu disini.. Aku ambilkan minum,” kata Nemo.
“Tidak usah!” ketus Ruby.
“Kamu kenapa?”
“Masih nanya? Kenapa tidak bilang kalau selama ini kamu dekat dengan Raissa?”
“Dia owner dari pasienku..”
“YA, aku tahu.. Tapi kamu tidak bilang padaku! Kenapa? Kamu suka sama dia? Kalau kamu suka kenapa kamu janji datang pada papa untuk melamarku?”
“Ini arahnya kemana sih? Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Raissa..”
“Kamu tahu dari dulu aku gak suka sama dia, tapi kenapa kamu masih saja dekat dengannya?”
“Masa aku menolak owner yang datang membawa pet yang sakit? Apa lagi dia teman SMA ku juga”.
“Bilang aja kamu juga sebenarnya suka sama dia. Raissa itu cantik dan sangat terkenal di SMA. Gak ada laki laki yang gak suka dengan dia. Aku ini apa kalau dibanding dengan dia? Cuma remahan sampah..”
“Ruby, kamu kenapa gitu sih ngomongnya?”
Ruby merengut.
“Hei..” Nemo memegang kedua pipi Ruby agar menatap wajahnya. “Lihat aku.. Jika aku menyukai wanita lain, aku tidak akan datang melamarmu..”
“Kamu melamarku hanya karena kamu butuh istri yang akan membantu kamu menyiapkan segala keperluanmu!”
“Aku suka dicemburui seperti ini..” Nemo mengedipkan matanya.
“Tidak usah merayuku!”
“Nemo..” Raissa membuka pintu ruangan tanpa mengetuk pintu.
“Raissa.. Ada apa?” Nemo terkejut.
“Beneran kamu minggu depan mau melamar Ruby?” tanya Raissa.
“Insha Allah..” jawab Nemo.
“Bagaimana bisa?”
Nemo memandang Ruby.
“Kamu disini ya? Istirahat..”
Ruby mengangguk.
Nemo berjalan keluar dari ruangan sambil menarik lengan Raissa.
“Bagaimana bisa kamu tiba-tiba melamar Ruby?” tanya Raissa.
“Aku merasa cocok”.
“Bertahun-tahun dia di Norwegia dan aku yang hampir setiap hari di dekatmu, tapi kamu malah melamarnya. Seingatku kalian tidak pernah pacaran. Aku tahu kalian hanya teman dekat dari kecil”.
Nemo tak menjawab.
“Aku tidak masalah jika kamu menikahi yang lain.. Dokter Amanda misalnya.. Tapi kenapa harus Ruby? Kamu tahu dia adalah musuhku sejak masih SMA”.
“Masalahnya dimana?”
“Kita masih bertemankan seharusnya jika kamu memilih wanita lain.. Tapi mana bisa jika kamu menikahi Ruby?” ketus Raissa.
“Maksud kamu apa?” tanya Nemo.
“Kamu tahu kalau aku dan Ruby sejak SMA tidak cocok”.
“Aku masih banyak pekerjaan.. Nanti saja kita lanjutkan pembicaraan..”
“Ok, aku harap kamu merubah keputusanmu,” Raissa meninggalkan Nemo dengan wajah kesal.
“Raissa.. Tidak jadi vaksin?” tanya Nemo sambil mengikuti Raissa.
“Mood ku sedang jelek!” Raissa keluar dengan membawa pet cargo.
“Waduh..” kata Jessika. “Marah besar dia..”
“Ingatkan nanti dia untuk jadwal vaksin Rocco..” Nemo meninggalkan tempat itu.
“Baik dokter..”
Amanda memandang Jessika yang tersenyum sambil geleng kepala.
“Kenapa?” tanya Amanda.
“Ada yang ngambek dokternya mau nikah..” Jessika tertawa.
“Kamu ini..”
“Ini akan seru sekali.. Kita jadi penonton,” kata Jessika sambil tertawa kecil.

Book Comment (141)

  • avatar
    CandraLeo

    10000

    6d

      1
  • avatar
    SopyansyahAndre

    terima kasih

    8d

      0
  • avatar
    UlfaNaysa

    bgus bgt 💐

    13d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters