logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7. Kasus Baru

Part 9
Kasus baru
"Apaaa! Kamu bisa melihat hantu Andrew ini?"
Tangan kiri menunjuk ke arah Andrew, sedangkan tangan kanan menutup mulutku agar tidak keras suara yang keluar.
Lagi-lagi, gadis itu mengangguk.
"Jadi kamu hantu juga, ya?" tanyaku penasaran.
Gadis kecil itu menggeleng.
"Lalu?"
Aku berjalan menghampiri gadis kecil itu, kemudian menanyakan semua tentang dirinya.
"Dek, namamu siapa?"
"Salsa."
"Iya, itu nama kakak," ujarku.
"Namaku Salsa juga, kak," jawabnya.
Aku kembali terkejut. Kepala seketika terasa berputar, mata mulai berkunang-kunang dan berharap aku segera pingsan. Lalu saat sadar semua kembali seperti sediakala.
Namun, keinginan itu tidak terwujud. Aku tidak bisa pingsan. Bahkan Andrew dan gadis kecil itu mentertawakanku.
"Kenapa kalian mentertawakanku?" tanyaku sewot.
"Soalnya Kak Salsa lucu. Emangnya nama Salsa itu nama kakak doang. Hihihihi ...."
Gadis itu mulai tersenyum, senyum yang sangat manis. Aku berhasil membuatnya tersenyum dengan sifat konyolku.
Kemudian aku duduk didekat gadis itu, di tepi tempat tidur.
"Kakak serius nanya nih, nama kamu siapa?"
Dengan sedikit perasaan tenang, aku mulai bertanya lagi.
"Namaku Salsa, Kak."
"Kamu juga arwah gentayangan kayak Andrew?" Aku mengulangi pertanyaan yang baru saja aku tanyakan.
"Gak, Kak." Salsa kecil menggeleng.
"Lalu, kenapa kamu bisa melihatnya?"
"Aku bisa berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata, Kak."
"Oh, kamu indigo, ya. Udah lama?"
"Sejak berusia dua tahun, Kak."
"Kalau kamu indigo, ada makhluk apa aja di sekitar sini?" tanyaku mulai iseng.
"Cuma Kak Andrew."
"Gak ada pocong atau apa gitu?"
Aku mendekatkan wajahku ke wajah Salsa kecil. Dia hanya tersenyum.
"Kok senyum? Pasti ada, nih." Aku mulai ketakutan."
"Ish, yang bisa lihat hantu, kok, bisa ketakutan," ejek Andrew.
Wajahku hanya cemberut menatap Andrew.
"So, kok kamu balik lagi? Kan, kamu udah di makamkan secara layak," tanyaku pada Andrew.
"Aku gak bisa ninggalin kamu."
Andrew menatap lekat wajahku dan membuatku jadi tersipu malu.
"Ih, ge'er. Hahahaha ...." Andrew pun langsung menghilang.
Si-al, Andrew membuatku jadi salah tingkah dengan ucapannya.
"Andreeeeeewwww ...."
Aku pun berteriak tanpa sadar sehingga membuat teman kost berhambur menuju kamarku.
"Salsa ... ada apa? Siapa Andrew?" tanya mereka khawatir.
"Kamu ngigau, ya?" tanya yang lainnya.
Aku hanya terdiam dan hanya bisa ternganga melihat mereka tiba-tiba masuk. Dengan secepat kilat, aku langsung menguasai situasi.
"Gak apa, teman-teman." Aku hanya cengengesan.
"Ini, perkenalkan adiknya temanku Andrew itu," ucapku berbohong.
Salsa kecil memahami situasi sekitar.
"Hai, kakak-kakak," sapanya.
"Hai, juga." Mereka membalas sapaan Salsa kecil.
"Ih, cantik dan imut, sih, kamu," ucap temanku lainnya.
"Andrew temanmu yang mana, sih, Sa?"
"Temanku satu kampung, dia nitip adiknya sebentar." Aku mulai gugup.
"Ya udah. Kalian semua balik ke kamar. Aku mau istirahat dulu, capek, baru pulang." Aku usir mereka semua.
Kini hanya ada aku dan Salsa kecil. Sedangkan Andrew, entah pergi ke mana dia. Kini kesempatanku bertanya semua tentang Salsa kecil itu.
"Dek, kata kamu tadi orang tuamu sudah meninggal, meninggal karena apa?"
"Iya, kak. Kakak harus bantu aku, ya!"
"Bantu apa?"
"Bantu temukan pembunuh ayah dan ibuku."
"Hah, dibunuh? Kenapa gak lapor ke kantor polisi saja?"
"Aku 'kan masih kecil, Kak. Mau lapor, tapi jasad orang tuaku gak ada?"
"Kok, kamu tahu kalau mereka dibunuh?"
"Kan aku indigo, kak."
"Iya juga sih," pikirku.
"Kenapa tidak langsung kamu lapor, Dek."
"Kak, aku gak tahu, kenapa bisa gini. Aku indigo, tapi gak bisa mundur melihat langsung kejadian seperti kakak."
Perkataan Salsa kecil itu membuatku tidak mengerti.
"Maksudnya?"
"Kakak menemukan jasad dan pembunuh Kak Andrew karena dia bisa membawa kakak di saat kejadian itu dan ada buktinya pula," terang Salsa kecil.
"Kalau aku, hanya bisa melihat hantu dan makhluk lainnya. Tetapi, rohku tidak bisa dibawa ke tempat saat kejadian itu," lanjutnya lagi.
"Terus, aku harus apa?" tanyaku.
"Kak, bantu aku menemukan pembunuh orang tuaku dan juga menemukan jasad mereka."
"Baiklah. Mana hantu mereka? Ups, maksud kakak roh orang tuamu." Aku pun menutup mulut dan menepok jidat.
Aku lupa, gadis yang berada di depanku ini baru saja kehilangan orang tuanya, tetapi aku asal ceplos aja.
"Maaf atas perkataan Kakak barusan, Dek." Aku meminta maaf terlebih dulu sebelum gadis kecil itu tersinggung.
"Iya, Kak. Gak apa." Salsa kecil tersenyum.
"Nah, apakah orang tuamu ada di sini?" tanyaku lagi.
"Mereka ada di sini, Kak."
"Hah! Tapi aku tidak melihat mereka," ucapku.
Salsa kecil tertunduk. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Apakah dia pikir aku tidak mau membantunya untuk menemukan jasad dan juga pembunuh orang tuanya.
"Dek, maaf, aku tidak berbohong kok. Benaran, aku tidak melihat orang tuamu di sini." Aku menjadi serba salah dengan reaksi Salsa yang hanya terdiam.
Aku juga kebingungan, kok tidak bisa melihat roh orang tua Salsa kecil? Bukankah barusan aku masih bisa melihat hantunya Andrew.
Aku pun mencoba melihat sekeliling kamar, berusaha menemukan roh orang tua Salsa kecil agar bisa menanyakan tentang pembunuhan yang terjadi. Berusaha pula supaya bisa membuat Salsa tenang dengan menemukan jasad orang tuanya.
Aku menjadi galau sendiri dan merasa bersalah. Apa yang telah terjadi padaku? Bagaimana aku bisa membantu, kalau tidak bisa melihat hantu orang tua Salsa kecil?

Book Comment (242)

  • avatar
    zulizalzul

    I don't have wanna say this is so scary and good novel

    11d

      0
  • avatar
    Rainiee

    ini menurutku bagus dann plot twist bgtt,kerenn dehh bagus bgtt

    13d

      0
  • avatar
    Rosadlin Lin

    bestt gilaa

    14d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters