logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 5. Ditemukan

Part 7
Di temukan
Melihat mobil itu jatuh ke jurang, AKP Said memerintahkan agar diberi garis police line. Berhubung hari sudah malam, maka pengangkatan bangkai mobil akan di lakukan besok pagi.
Ada sedikit kelegaan, karena pembunuh itu sudah tewas terpanggang dalam mobil tersebut. Sekarang kami hanya mencari jasad Andrew dan anaknya untuk bisa dikebumikan secara layak.
Kami akhirnya pulang dan beristirahat. Di perjalanan menuju pulang, AKP menyusun rencana untuk mencari jasad korban.
Pertama yang akan didatangi adalah rumah kediaman di mana terjadi pembunuhan itu. Mereka ingin menginvestigasi tempat itu. Mencari barang bukti lainnya seperti kapak yang digunakan untuk menghabisi korban.
Sesampai di rumah, istri Pak Said sudah menyiapkan makan malam. Sedangkan si kecil sudah tertidur di kamarnya.
"Yuk, Mas, Salsa, kita makan dulu. Setelah itu baru beristirahat."
"Terima kasih banyak, Bu. Ibu dan Pak Said bersedia menerima saya di sini."
"Itu hal yang biasa, karena kamu adalah saksi," ucap Bu Said.
Setelah makan, aku memasuki kamar yang telah di sediakan Bu Said. Saat membuka pintu kamar, aku begitu terkejut melihat Andrew sudah duduk di samping ranjang tidur.
"Andrew, kok kamu ada di sini?" Segera aku menutup pintu dan duduk di samping Andrew.
"Aku merasa masih belum tenang, Sa."
"Maksudmu?"
"Entahlah, aku juga tak mengerti perasaan ini."
"Besok kami akan mencari jasadmu. Bisakah kamu merasakan di mana jasadmu itu."
Andrew menggeleng lemah. Saat dia memegang tanganku, tiba-tiba aku sudah berada di rumah tempat pembunuhan itu lagi. Kali ini aku berada di halaman.
Kulihat sebuah mobil terparkir di sana dengan mesin yang sudah menyala. Tak berapa lama, keluarlah Lukman dan Shinta dengan membawa koper besar.
Melihat pintu mobil yang terbuka, dengan segera aku masuk ke dalam mobil tersebut.
Lukman dan Shinta menaruh koper itu di jok belakang tepat di sampingku. Jelas mereka tak melihatku, karena aku hanya berwujud roh.
Setelah meletakan koper, mereka terburu-buru masuk ke mobil dan meluncurlah mobil membelah jalan menuju sebuah kota.
Sekitar dua jam mobil sudah berada di tempat tujuan, di sebuah taman. Tetapi, mereka tidak segera turun. Karena hari masih terang.
Tunggu, bukankah ini taman tempat pertama kali aku bertemu dengan Andrew? Apa maksudnya ini?
Tidak berapa lama, mobil kembali berjalan menuju sebuah pemakaman di kota tempat aku tinggal sekarang. Mereka memperhatikan sekitar makam. Tapi mereka urung, karena banyak warga yg sedang menghadiri pemakaman yang ada di situ.
Mobil kembali lagi berjalan dan berhenti di sebuah rumah makan. Lukman dan Shinta turun, kemudian memasuki rumah makan tersebut.
Begitu lama mereka di dalam, sehingga hari menjelang petang dan sebentar lagi gelap. Saat itulah mereka keluar dan kembali melajukan mobil menuju taman.
Suasana sekitar sangat sepi, bahkan suara binatang malam pun tak terdengar. Lukman keluar dan mengambil cangkul di bagasi belakang mobil.
"Mau ngapain Lukman membawa cangkul menuju taman?" gumamku lirih.
Ya ampun, aku baru sadar. Ternyata Lukman menggali lubang di daerah taman itu untuk menguburkan jasad Andrew. Saat aku mencoba untuk turun, tiba-tiba saja tubuhku sepertinya tersedot angin yang sangat kencang.
Saat sadar aku sudah berada di kamar, di rumah Pak Said.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar," ucap Bu Said.
"Apa yang terjadi, Bu?" tanyaku.
"Tadi malam, ibu dengar kamu terjatuh. Setelah ibu tengok, tenyata kamu pingsan."
"Pak Said di mana, Bu?"
"Pak Said ada di luar bersama anggota lainnya. Katanya mereka akan mengangkat bangkai mobil para pembunuh itu."
"Saya ingin bertemu mereka. Ada hal penting yang ingin saya beritahu."
Aku dan Bu Said pun langsung menuju ke luar. Pak Said dan anggotanya terkejut melihatku.
"Lho, udah sadar. Gak pusing kamu, Mbak?" tanya salah satu anggota.
"Ada info penting, Pak. Saya sudah tahu di mana jasad Andrew dikubur."
Mendengar itu semua, mereka terkejut dan berdiri serentak.
"Di mana, Mbak?"
"Di sebuah taman, kota tempat saya tinggal sekarang."
"Ayo, kita segera ke tempat yang di maksud" AKP Said Umar memberi perintah.
Kami semua berangkat menuju tempat TKP, di mana jasad Andrew dan anaknya di kubur. Dua buah mobil bersama kami, dan yang lainnya mengangkat bangkai mobil yang jatuh ke jurang.
Dua jam perjalanan terasa sangat lama sekali. Sebelumnya, AKP Said sudah memberitahu kasus ini pada kantor polisi kota setempat.
Setelah sampai di perbatasan kota, Pak Said memintaku memberitahu alamat taman tersebut. Kami semua langsung meluncur ke arah taman.
Di taman, terlihat banyak sekali orang-orang berkumpul di sana. Para polisi terlihat mencari sesuatu dengan memakai anjing pelacak. Yang lebih anehnya, kok anjing-anjing itu tidak menemukan barang yang dicari.
Setelah kami turun, aku langsung menuju bangku taman tempat di mana Andrew duduk. Sedangkan Pak Said dan yang lainnya, mengikuti dari belakang.
"Pak, di sini jasad Andrew mereka kubur." Aku menunjuk bangku panjang itu.
Tanpa komando lagi, para penggali yang sudah siap, langsung menggali tempat yang aku tunjuk. Ada dua orang penggali yang sudah disiapkan.
Aku sangat gelisah menunggu mereka menggali untuk menemukan jasad Andrew. Penggalian yang cukup dalam, tapi sangat rapi dalam penutupannya. Sehingga tempat itu tak mencurigakan dan tidak cepat terlacak.
"Kami menemukannya," ucap salah satu penggali dari dalam galian.
Terdengar lolongan anjing saling bersahutan, membuatku sedikit merinding.
Sebuah koper besar keluar dari lubang galian itu. Koper itu persis seperti apa yang kulihat.
"Cepat periksa koper itu!" perintah AKP Arjun Pramudya. Kepala kepolisian di kotaku tinggal.
Tiga orang anggota segera membuka koper tersebut. Dan benar, di dalamnya di temukan jasad Andrew dan anaknya yang sudah dimutilasi.
Aku langsung terduduk lemas melihat semuanya. Ini pertama kali aku melihat jasad Andrew secara nyata.
"Maaf, Mbak. Apakah benar jasad ini yang anda maksud yang bernama Andrew itu?" tanya AKP Arjun.
"Benar, Pak," ucapku lemas.
Terlihat AKP Said dan AKP Arjun berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang pasti, aku merasa teriris melihat jasad Andrew yang terbelah beberapa bagian.
Setelah penemuan mayat itu, tempat pun diberi batas police line. Agar tidak ada yang melintas tempat tersebut.
"Mbak Salsa ...." AKP Said memanggilku.
"Iya, Pak."
Dddrrrtttt ....
Tiba-tiba, ponsel Pak Said berdering.
"Sebentar, saya angkat telpon dulu. Ini dari jajaran yang mengangkat mobil pembunuh itu," ujar Pak Said.
"Halo ...."
Hanya itu yang keluar dari mulut Pak Said. Kuperhatikan mimik wajahnya yang begitu serius menanggapi si penelpon. Setelah itu ....
"Apaaa ...!"
________________

Book Comment (242)

  • avatar
    zulizalzul

    I don't have wanna say this is so scary and good novel

    11d

      0
  • avatar
    Rainiee

    ini menurutku bagus dann plot twist bgtt,kerenn dehh bagus bgtt

    13d

      0
  • avatar
    Rosadlin Lin

    bestt gilaa

    14d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters