logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Keanehan

Pikiranku tak henti-hentinya memikirkan kejadian yang kualami hari ini. Setelah mengatakan sesuatu yang bagaikan sebuah mimpi, Kyo benar-benar mengantarkanku sampai ke rumah. Aku bersyukur karena ibu masih bekerja sehingga dia tidak melihat penampilanku yang berantakan. Jika ibu melihatnya, entah jawaban apa yang harus aku berikan padanya. Selama ini aku tak pernah menceritakan perlakuan teman-teman di sekolah pada ibu, aku tak ingin membuatnya sedih atau khawatir. Setiap kali ibu menanyakan hubunganku dengan teman-teman di sekolah, aku selalu berbohong padanya.
Aku sungguh tidak bisa memercayai perkataan Kyo tadi, aku yakin dia sedang bercanda denganku. Seorang pria yang sangat populer di sekolah dan seorang siswa yang sangat nakal di mataku, bagaimana mungkin menawarkann diri untuk menjadi pelindungku? Bagiku hal ini terdengar tidak masuk akal.
“Permisi, Nona. Haloooo ...”
Seketika itu pun aku terperanjat dan segala yang memenuhi pikiranku buyar ketika kusadari seseorang tengah memanggilku. Seorang pria berdiri di depanku dengan beberapa belanjaannya yang sudah berada di mejaku.
“M-Maafkan aku,” pintaku sambil berulang kali menundukkan kepala. Pria itu hanya tersenyum melihat kepanikanku. Aku pun segera melanjutkan pekerjaan setelah tadi sempat bersantai hingga sampai melamun karena kondisi yang sepi, tak ada pelanggan yang menghampiri mejaku untuk membayar belanjaan mereka.
Sebenarnya untuk membantu ibu, setiap sepulang sekolah aku bekerja paruh waktu di sebuah mini market yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku bekerja sebagai kasir di mini market ini. Sudah sekitar satu tahun aku bekerja di sini. Ya, semenjak aku duduk di bangku senior high school. Aku tidak ingin terlalu merepotkan ibu sehingga aku pikir bisa memegang uang saku dari gajiku. Dengan uang gaji ini pula aku bisa membeli keperluan sekolah.
“Sepertinya kau melamun sejak tadi?” tanya pria itu dengan ramah. Sebenarnya aku sudah sering bertemu dengan pria ini karena dia sering sekali berbelanja di mini market tempatku bekerja ini.
“Iya, maafkan aku.”
Dia hanya tersenyum menanggapi permintaan maafku. Setelah selesai membayar belanjaannya, dia pun pergi setelah sebelumnya melempar senyum yang begitu ramah. Hah, katakan aku beruntung karena tertangkap basah sedang melamun oleh pelanggan yang baik hati seperti pria itu. Aku tak sanggup membayangkan bagaimana jika kegiatan melamunku tadi tertangkap oleh pelanggan yang ketus, mungkin dia akan memarahiku.
“Kenapa, Hanna? Apa yang Irie katakan padamu?”
Seorang wanita yang penampilannya memperlihatkan dia lebih dewasa dariku, tiba-tiba menghampiri. Dia rekan kerjaku di tempat ini. Namanya Higurashi Akane dan usianya dua tahun lebih tua dariku. Aku cukup dekat dengannya. Aku bahkan sudah sering menceritakan semua masalahku padanya. Sebenarnya dibandingkan teman, aku lebih menganggapnya sebagai kakak.
“Tidak ada,” jawabku singkat sambil menggelengkan kepala berulang kali.
Kak Akane mendengus, “Bohong. Tadi aku lihat dia bicara denganmu. Dia juga tersenyum padamu. Ayo, katakan apa yang dia katakan tadi?”
Aku hanya tersenyum mendengarkan perkataannya yang terkesan merajuk ini. Aku tahu persis Kak Akane mengagumi pria tadi yang kuketahui bernama Yukihiro Irie. Aku mengetahui namanya tentu saja dari Kak Akane. Pria yang bernama Irie itu memang terlihat dewasa dan ramah. Dia selalu memberikan senyumannya setiap kali bertemu denganku. Meskipun sepertinya dia selalu bersikap ramah pada semua orang. Dia juga cukup tampan, meskipun tak setampan Kyo. Kyo ... hari ini entah mengapa nama dan wajahnya selalu terbayang di kepalaku?
“Hei, jawab dong, Hanna.”
Kak Akane terlihat mulai kesal dengan kediamanku.
“Dia hanya bertanya, apa aku sedang melamun.”
“Lalu kau jawab apa?” Tanya Kak Akane begitu antusias. Kedua matanya berbinar seolah tak sabar menunggu jawabanku.
“Aku bilang tidak sedang melamun. Hanya itu yang kami bicarakan, Kak.”
Kak Akane menatapku penuh selidik, membuatku terdiam untuk sesaat.
“Memang apa yang kau pikirkan, Hanna? Aku juga melihat sejak datang ke sini kau melamun terus.”
Aku kembali terdiam, dilema antara harus menceritakan kejadian yang kualami hari ini atau tidak pada Kak Akane. Tapi aku teringat selama ini tak bisa menceritakan masalahku pada ibu yang terlalu sibuk di tempat kerjanya, karena itu kepada kak Akane-lah biasanya aku berkeluh kesah dengan semua masalah yang kuhadapi. Hingga pada akhirnya aku memilih menceritakan semua yang menimpaku hari ini di sekolah termasuk perkataan Kyo yang aneh itu.
“Waah, aku rasa pria bernama Kyo itu menyukaimu, Hanna.”
Itulah kalimat yang pertama kali keluar dari mulut Kak Akane setelah aku menyelesaikan cerita.
Seketika aku gugup dan salah tingkah. “I-Itu tidak mungkin. Pria sepopuler dia, mana mungkin menyukaiku. Lagi pula, dia bisa mendapatkan siapa pun yang dia inginkan. Di sekolah saja banyak wanita cantik yang mengidolakannya,” gumamku, menampik semua pemikiran Kak Akane yang mustahil menurutku.
“Kau juga cantik, Hanna. Aku yakin dia menyukaimu.”
Aku menggeleng tegas berulang kali, “Tidak mungkin, itu mustahil. Sekalipun yang dia katakan benar, dia pasti hanya merasa kasihan padaku.”
Aku yakin pemikiranku inilah yang masuk akal. Seorang pria setampan Kyo, mustahil menyukai wanita sepertiku yang sama sekali tidak sebanding dengan wanita-wanita cantik yang mengidolakannya.
“Kau selalu merendahkan dirimu, Hanna. Aku tetap yakin dia menyukaimu. Mau bertaruh?” Tanya Kak Akane sambil mengedipkan sebelah mata yang membuatku dengan segera menggelengkan kepala, tentu saja menolak tawarannya.
“Kau sudah mengucapkan terima kasih padanya?”
Pertanyaan Kak Akane itu telah membuatku menyadari sesuatu. Benar, aku belum berterima kasih padanya tadi.
“Pasti belum, kan?”
Aku mengangguk, “I-Iya.”
“Kalau begitu, besok kau temui dia. Ucapkan terima kasih karena dia telah menyelamatkanmu hari ini, sekaligus tanyakan pada dia maksud perkataannya tadi, OK?”
Kak Akane pergi begitu saja setelah menepuk cukup kencang bahuku, meninggalkanku sebelum aku menanggapi perkataannya. Tidak! Aku tidak mungkin menanyakan hal itu pada Kyo. Tapi aku sudah bertekad besok akan menemuinya, bukan untuk menanyakan maksud perkataannya melainkan untuk berterima kasih padanya atas semua kebaikannya hari ini.
***
Pagi-pagi sekali, aku sudah tiba di sekolah. Tidak seperti biasanya dimana aku akan langsung pergi ke kelas sesampainya di sekolah. Hari ini dengan sengaja aku berdiri tak jauh dari gerbang. Pintu gerbang nyaris tertutup dan aku belum melihat sosok Kyo. Mungkinkah dia tidak masuk sekolah hari ini? Aku yang sejak tadi menunggu di dekat gerbang, akhirnya memutuskan untuk berjalan ke kelas. Tinggal sepuluh menit lagi pelajaran akan segera dimulai.
Meskipun berada di dalam kelas, tatapanku masih tertuju ke arah gerbang sekolah yang memang terlihat dari sini. Aku masih tetap kecewa karena tidak melihat Kyo menampakan diri. Aku semakin yakin dia tidak masuk sekolah hari ini karena bel tanda pelajaran dimulai, baru saja terdengar. Kelas yang sejak tadi ramai tiba-tiba hening ketika salah seorang guru terlihat memasuki kelas kami.
Tatapanku lurus ke depan papan tulis ketika entah mengapa aku ingin kembali menoleh ke arah gerbang. Dan betapa leganya aku begitu melihat seseorang yang memakai jaket dan helm merah baru saja memasuki gerbang sekolah dengan menaiki sebuah motor sport berwarna merah pula. Aku jadi berpikir mungkinkah orang itu begitu menyukai warna merah karena semua benda yang melekat di tubuhnya hanya berwarna merah.
Tidak salah lagi, orang itu pasti Kyo. Namun, sebuah pemikiran aneh mengganjal di dalam kepalaku. Tertulis jelas di mading, salah satu peraturan sekolah ini yaitu siswa yang terlambat maka tidak akan diizinkan masuk. Begitu pintu gerbang tertutup, maka tidak akan dibuka lagi kecuali jika jam pulang telah tiba. Bagi siswa yang terlambat sebanyak tiga kali, maka akan dikeluarkan dari sekolah ini. Tapi tadi ... jelas aku melihat penjaga sekolah membuka pintu gerbang begitu Kyo datang, padahal dia sudah sangat terlambat. Ini benar-benar aneh menurutku.
Mencoba mengabaikan semua keanehan itu, aku pun kembali menatap ke arah papan tulis dan kuputuskan untuk tak memikirkan keanehan ini sekarang. Tapi, mungkin kelak aku akan menyelidikinya dan aku sekarang yakin akan menemui Kyo di jam istirahat siang. Aku akan mengikuti saran Kak Akane untuk berterima kasih padanya. Ya, hanya mengucapkan terima kasih, tidak lebih.

Book Comment (14)

  • avatar
    cutieenana

    sumpah ini novel keren banget , btw aku org malaysia , aku sangat menyukai novel kamu <333 !! alur ceritanya sangat bagus bahkan bisa bikin aku nangis terisak-isak ... sukses selalu kak , jangan stop menulis novel , aku akan sentiasa mendukungmuu <333 i will look forward to your next novel ! hehe much love from malaysia 💓

    10/07/2023

      0
  • avatar
    SaniyahSalwa

    ceritanya bagus bangett

    08/04/2023

      0
  • avatar
    TASYA ANASTASYA

    mmtp bgt

    01/12/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters