logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Alasan Membenci

“Iyakah Nona? Hanya karena itu?“ Hisyam kembali memastikan.
“Memang kamu maunya Aku menjawab apa? ketus Maysha melirik sinis pemuda itu .
“Saya tidak…
“Kamu tidak akan menemukan jawaban lain selain itu, bagi saya kamu tetaplah si udik yang kampungan” Maysha menghentikan mobilnya lalu mata lentik itu menatap Hisyam tajam.
“Kamu tau? Andai bukan karena permintaan Mama, Aku tidak akan pernah mau datang ke bandara untuk menjemput kamu. Kamu tidak lebih dari parasit yang hanya numpang di kehidupan kami” cerca Maysha dengan sorot mata yang tidak terbaca.
Parasit?
Hisyam tertawa miris mendengar narasi yang keluar dari bibir gadis itu, sebelah tangannya mengepal.
Tidak.
Dia bukanlah marah pada pada anak kandung Ibu Hanna tersebut. Hanya saja ia malu pada dirinya sendiri yang sudah menjadi beban keluarga angkatnya itu.
“Baiklah saya paham, Nona.“ Hisyam memilih diam karena itu lebih baik bagi kesehatan hatinya.
Mata elang pemuda itu menatap tajam jalanan. Ternyata spekulasinya salah. Maysha tetaplah Maysha gadis yang tidak akan mungkin melembutkan sikap apalagi padanya.
Mobil melaju kembali membelah jalanan, setelah ungkapan hati Maysha tadi, mereka kini kembali pada mode hening. Maysha dengan pikiran yang tidak terbaca dan Hisyam dengan sejuta perasaan yang berkecamuk.
*
*
*
Ibu Hanna telah menunggu kepulangan Hisyam dengan perasaan membuncah. Sungguh wanita yang sudah tidak muda lagi itu begitu tidak sabar menanti kedatangan putra angkatnya itu
Beberapa kali ia mendongakan kepala melihat gerbang, barangkali saja Hisyam dan Maysha sudah tiba.Tapi sayang,batang hidung kedua anaknya itu belum terlihat.
Daripada bosan, Ibu dari Maysha itu menjadikan tontonan yutubi sebagai hiburan di sela dirinya menunggu.
Sejam
2 Jam.
3 Jam.
Yang ditunggu belum datang juga padahal mata Ibu Hanna sudah terlihat sayu. Demi menyambut kedatangan Hisyam wanita itu menahan diri dari kantuk yang menyerang tapi apalah daya rasa kantuk lebih mendominasi. Akhirnya wanita paruh baya itu terlelap dengan ponsel yang sudah terlepas dari tangannya.
Di sisi lain Hisyam dan Maysha baru saja menapaki kakinya di ruang tamu. Raut wajah keduanya tampak tidak bersahabat terutama Maysha.
Pandangan mereka terpaku pada sosok yang tengah tertidur pulas di atas sofa. Tanpa sadar keduanya menyunggingkan senyum tipis, tidak di pungkiri terbersit rasa bersalah di hati mereka berdua.
Hisyam berjalan mendekati wanita yang berada di sofa.Namun, baru selangkah ia bergerak seseorang menahan lengannya.
Ia pun menoleh dan mendapati Maysha memegang lengan kirinya.
Ini merupakan kontak fisik pertama mereka sejak 8 tahun lalu. Maysha mengernyit lalu tersadar dan melepaskan tangannya.
Salah tingkah, Maysha menghalau dengan memasang tampang jutek andalannya dan jangan lupa tatapan tajam yang menjadi ciri khasnya.
“Ingat,jangan katakan apa-apa pada Mama tentang keterlambatan kita” peringat Maysha .
Hisyam meringis dalam hati, haruskah ada kebohongan pada pertemuan pertama dengan Ibu angkatnya?
“Nona tenang saja ” jawab Hisyam memilih aman.
Flashback On
Setelah terjadi keheningan beberapa saat lalu, suara handphone Maysha berdering memecah kesunyian yang ada. Gadis itu segera mengambil handphonenya dari dashboarb mobil. Senyum gadis itu terbit melihat Id pemanggil.
Eduardo😍 Calling…
Dengan cepat ia mengangkat panggilan dari nomor itu.
“Ya hallo”
----
“Iya,Sayang”
----
“Jadi dong. Sharelock saja”
------
“Love you too”
Panggilan berakhir menyisakan senyum di bibir mungil Maysha.
Hisyam?
Tentu dirinya tidak tuli.
Pria itu jelas mendengar semua pembicaraan mereka.Ada yang sesak di hatinya tapi ia sendiri tidak mengerti kenapa.
Dan kini mobil Range Rover hitam itu berhenti di sebuah kafe ternama di Kota Brushh.
Maysha turun dan mengedarkan pandangan mencari keberadan sang kekasih. Tidak lama kemudian ia melambaikan tangan pada pria yang juga melambaikan tangannya dari arah balkon.
Di dorong rasa penasaran, Hisyampun mengikuti arah pandang Maysha.
Deg.
Eduardo!
Pacar Maysha Eduardo?Kok bisa?
Beberapa pertanyaan bergelayut di benak Hisyam.Untuk saat ini biarlah dia menjadi pengamat,lain waktu ia akan mencari tau lebih lanjut tentang hubungan mereka.
“Itu pacar. Non…
Hisyam menggantung ucapannya, gadis yang di ajak bicara ternyata menghilang dari hadapannya.
Maysha ?
Gadis itu sudah menghampiri kekasihnya sejak beberapa menit yang lalu. Sepertinya ia lupa ada Hisyam yang datang bersamanya.
Bagi Hisyam itu tidak jadi soal. Demi mengefisienkan waktu di sela menunggu pertemuan Maysha dan kekasihnya selesai ,Ia membuka situs gelap dari gawai canggihnya.
“Ternyata mereka sudah mulai bergerak”gumamnya memperhatikan informasi yang didapatkan dari situs gelap tadi.
Menyadari kedatangan Maysha,Hisyam segera menyimpan kembali handphonenya dan berpura-pura menutup mata.
'Ternyata dia tidur” gumam Maysha nyaris tak terdengar.
Hisyam pikir setelah duduknya Maysha di kursi kemudi, mereka akan segera pulang. Tapi nyatanya mobil itu masih diam tidak bergerak sama sekali.
“Maafkan Aku” dengan suara tercekat Maysha memandang lekat wajah manis di depannya.
Tentu mendengar kalimat itu, Hisyam terpaku.Lebih tepatnya ia tidak menduga akan mendengar kalimat sakral itu keluar dari mulut Maysha.
Kira-kira ada apa dengan Maysha ya?
Hanya Authorlah yang tau.
Flashback Off
Ibu Hanna menggeliat, tidurnya terusik.Alam sadarnya merasakan kehadiran orang di sekitarnya membuka mata, hal pertama yang di lihatnya adalah senyum lebar dari sosok yang di rindukannya selama ini.
“Hisyam? Kamu sudah pulang, Nak?“Mengucek matanya, Ibu Hanna terlonjak, ia merasa ini seperti mimpi.
Saking senangnya, tanpa sadar Ibu Hanna memeluk Hisyam. Pelukannya begitu erat sarat akan kerinduan. Bagaimana dirinya tidak rindu? 4 Tahun lamanya hanya bisa melihat wajah anak angkat yang sudah di anggap anak kandung itu melalui video call. Bukan tidak punya kesempatan untuk bertemu, namun pertengkaran beberapa tahun lalu dengan anak dan suaminya membuat semuanya berubah.
“Drama banget” gumam Maysha tidak suka
Ibu Hanna terkekeh melihat wajah masam anaknya. Bersyukur Maysha bisa sedikit lunak di bandingkan 4 tahun lalu. Ia melepaskan pelukan dari Hisyam dan beralih memeluk Maysha.
“Terimakasih, Sayang” bisiknya mengeratkan pelukan.
“Sama-sama, Ma” Maysha tersenyum tipis bahkan sangat tipis sehingga tidak di sadari oleh mereka.
“Ayo kita makan siang!kalian pasti laparkan? Ibu Hanna melepas pelukan lalu beranjak menuju meja makan di ikuti Maysha dan Hisyam dari arah belakan.
Di meja makan mereka tampak makan dengan tenang, sesekali terjadi obrolan di antara mereka, lebih tepatnya obrolan antara Ibu Hanna dan Hisyam sedangkan Maysha sendiri memilih untuk diam menyantap makanannya.
“Kapan wisudamu, Syam” Wanita paruh baya itu ingin tahu karena berencana akan menghadiri wisuda tersebut.
“Sebulan lagi, Bu”
“Berarti sebentar lagi kamu akan jadi sarjana dong !" pekiknya berbinar senang
“Yah begitulah, Bu.“ Hisyam tersenyum, matanya melirik Maysha sekilas. Mencari tau bagaimana tanggapan gadis itu. Tapi sayang tidak ada ekspresi apapun dari wajah cantiknya selain ekspresi datar seperti biasanya. Pria itu tersenyum miris.
“Apa Ibu bisa datang di hari wisuda Saya?“ Hisyam ingin memastikan kedatangan Ibu angkatnya itu sebab dia begitu mengharapkan kehadirannya di hari bahagianya nanti
“Tentu, Ibu pasti datang” Ibu Hanna meyakinkan Hisyam.
Mengapa dia tidak harus datang di hari bahagia tersebut? Melihat Hisyam meraih gelar sarjana merupakan mimpinya sejak dulu. Jadi saat Hisyam memberitahukan tentang wisudanya, Ibu satu anak itu begitu excited .
“Terimakasih, Bu”
“Sudah seharusnya, Nak”
“Ibu akan datang bersama Maysha nanti” Ujar Ibu Hanna tiba-tiba.
Sontak Maysha tersedak mendengar pernyataan Ibunya. Apa-apaan ibunya ini. Mengapa tidak bertanya lebih dulu saat berkata pada Hisyam akan mengajaknya.
“Apa-apaan sih, Ma. Maysha sibuk, 3 Minggu lagi Maysha ikut traine di perusahan Digital Express, jadi Maysha tidak akan datang. Buat apa juga.“ Berkata sinis Maysha menolak ajakan Ibunya.
“Maysha…
Hisyam buru-buru memegang tangan Ibu Hanna,Ia menggelengkan kepala sebagai isyarat agar Ibu Hanna tidak perlu menanggapi ucapan Maysha.
“Tidak apa-apa jika Nona tidak bisa datang” Lebih baik di iyakan saja, bisa panjang urusannya jika Ibu Hanna menanggapi lebih jauh ucapan putrinya.
Ibu Hanna menghela napasnya kasar. Putrinya memang benar-benar menyebalkan tapi tenang dia masih punya cara lain untuk membuat Putrinya ikut. Memikirkan ide,Ibu Hanna tersenyum-senyum sendiri sampai tidak menyadari kedua Anaknya mengernyitkan dahinya heran melihat tingkah Ibu mereka.
“Mama tidak kesambetkan? Maysha bertanya dengan mimik menyebalkan.
Tidak terima, Ibu Hanna memukul pundak Maysah pelan.
“Enak saja. Mama masih waras ya.“ Ibu Hanna mengeram tidak terima.
“Habisnya Mama senyum-senyum sendiri sih. Apalagi kalo bukan kesambet”
“Memangnya Mama senyum-senyum sendiri apa? “Ibu Hanna sangsi dengan ucapan Putrinya membuat Hisyam yang duduk di sampingnya tertawa kecil.
“Emang. Mama nggak sadar ? Demi apapun Maysha heran dengan tingkah Mamanya ini.
“Ya enggak” Ibu Hanna tertawa lebar.
Dirinya sebenarnya tahu tapi berpura-pura tidak sadar untuk menarik atensi Putri bandelnya itu. Suasana kakupun mencair tanpa di sadari oleh Maysha.
Portartica,Negara A.
Markas Green Marvey
Beberapa jam yang lalu, Hisyam mengabarkan tentang dugaan bahwa Eduardo terlihat di negara I, membuat Beni yang di hubunginya terpaksa menunda liburannya dan bergegas menuju markas .
Markas terlihat sepi.
Setelah melakukan serangkaian prosedur keamanan, Beni bergegas menuju ruang penyimpanan data. Pria jangkung itu mengotak-atik sesuatu layar monitor.
Beberapa Monitor di depannya itu menampilkan data dari agen rahasia yang mereka tempatkan di daerah selatan.Sesaat kemudian Ia mengernyitkan dahinya.
“Shittt..ternyata mereka mengelabuhi Kita” Umpatnya menggemplak meja.
Monitor di depannya itu menampilkan data dari agen rahasia yang mereka tempatkan di daerah selatan. Data yang membuat Beni gusar dan merasa kecolongan. Ia mengingat-ngingat hal apa yang dilewatkannya kali ini. Tapi nihil semuanya berjalan sesuai rencana yang telah mereka atur.
Apa yang salah. Pikirnya.
Beni meremas rambutnya kesal. Mengambil handphone di sakunya, Beni berencana untuk menelpon Hisyam, tapi baru saja mengetik nomor sahabatnya itu, Ia menghentikan gerakan tangannya.
“Hisyam pasti sedang melepas rindu dengan keluarga angkatnya itu, kalau Aku menelpon sekarang Ia akan terganggu” Monolognya dalam hati.
Akhirnya Beni memutuskan akan menyelidiki penemuannya tersebut dengan beberapa rekan yang lain. Memberikan waktu untuk Hisyam menghabiskan waktunya dengan keluarganya. Beni tau, dari dulu Hisyam mendambakan pertemuan ini.
🌺🌺🌺

Book Comment (13)

  • avatar
    Nurhaida Gultmz

    bagus

    13/04

      0
  • avatar

    good

    01/03

      0
  • avatar
    YatiRandiyati

    suka dengan ceritanya

    03/07/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters