logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Part 5

“Dorrr!” teriak Ari di telinga Serena, membuat Serena melompat kaget, meskipun mereka telah putus namun mereka tetap saling berkomunikasi sebagai teman sekarang.
“Bisanya bikin orang kaget!” sentak Serena mengusap dadanya yang berdegup kencang karena terkejut dengan ulah Nanda ditambah teriakan Ari ditelinganya.
“Kenapa bengong lihatin si Nanda kayak gitu?”
“Dia bukannya sudah nikah sama Lisa ya?”
“Astaga jadi kamu belum tahu?” tanya Ari, Serena menggeleng dengan pandangan mata penasaran.
“Mereka enggak jadi nikah, enggak tahu juga alasannya apa? Yang jelas habis itu Lisa enggak bisa dihubungin sama sekali. Sama paraatasan juga sudah dicari ke alamat kostnya tapi Lisa enggak ada kayak ditelan bumi aja, si Nanda yang ditanya malah cuek aja, tuh jadi playboy lagi dia.”
Serena hanya mengangguk tanda mengerti, mungkin Nanda sangat sedih sehingga meluapkan kekecewaannya dengan main perempuan. Serena membalikkan tubuhnya hendak pergi hingga Ari memegang pundaknya dan mencoba menghentikan langkah kakinya.
Pria yang sudah beberapa bulan ini putus darinya memandangnya lekat dengan sorot mata yang tampak sedih sekaligus bingung. Sesuatu mendorongnya untuk mengatakan hal yang mencekat di tenggorokannya yang ditahan sekian lama. Sebagai orang yang pernah dekat dengan Serena, dia merasa perlu menyampaikan hal ini.
“Kenapa Ri?”
“Aku enggak tahu apa yang ada di pikiran Kamu Ser? Kamu tahu kan Pras sudah menikah kenapa masih aja kamu deketin? Beberapa hari lalu juga Nanda dan teman yang lain minta aku sampaikan ke kamu kalau gosip kedekatan kamu dengan Pras sudah tersebar, Kamu enggak takut karma?” Serena melepaskan pegangan Ari pada pundaknya dan tersenyum misterius.
“Terima kasih ya atas perhatian kamu dan yang lain, tapi aku punya alasan tersendiri kenapa aku dekat sama Pras dan belum waktunya aku ungkapin ini.” Serena bergegas meninggalkan Ari, akhirnya dia tahu kenapa banyak yang berbisik ketika tak sengaja berpapasan atau melihatnya.
Serena tidak mau orang-orang tahu jika Pras, kakaknya, merupakan anak yang lahir dari hubungan terlarang. Cukup dia dan keluarganya saja yang tahu, toh dia dan Pras cukup nyaman dengan kedekatan mereka, Pras memang menyayanginya layaknya kakak pria yang menyayangi adiknya. Begitu pula Serena dan Viana yang menyayangi dan menghargainya. Hubungan mereka dengan istri dari Pras pun sangat baik bahkan terkadang mereka bertiga pergi ke salon yang sama, dengan disponsori Pras tentunya.
Serena kembali ke ruang kerjanya dengan langkah yang sedikit diseret, hatinya terasa sedikit sakit. Mengingat kejadian yang baru saja terjadi, tentang Nanda yang dengan mudahnya mengecup pipi seorang wanita di tempat umum.
Mengambil air dari kulkas kantornya, dinginnya air memang mampu mendinginkan tenggorokan namun tidak dengan hatinya yang terasa panas. Serena jadi teringat hari itu, ketika dia mengantar Nanda ke rumah orang yang mengaku kembaran Lisa.
Saat berada di boncengan motor Nanda, dia merasa detak jantungnya berpacu dengan cepat, namun dia menepis perasaan aneh itu karena dia masih berstatus kekasih Ari. Dia mencoba mengabaikannya dan mencari kesibukan lain, tak mau memupuk perasaan itu.
Namun kini ... hatinya berkecamuk. Ada rasa sesak di dadanya, rasa cemburu, dan ... sedikit rindu. Serena awalnya menyangka bahwa mungkin karena dia merasa kesepian, hubungannya sudah cukup lama berakhir dengan Ari. Hatinya yang kosong mungkin memberi sinyal untuknya mempersiapkan hubungan baru dengan orang lain. Tetapi lama kelamaan dia semakin sadar bahwa perasaan untuk Nanda, rupanya lebih dari itu.
***
Akhir bulan merupakan saat-saat yang menyibukkan bagi Serena, dia terpaksa lembur lagi malam ini, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun dia baru keluar dari ruangannya. Seharusnya dia pulang dengan Pras, namun karena anak Pras tiba-tiba jatuh sakit, jadinya dia terpaksa pulang sendiri dia berharap masih ada angkutan umum.
Akan tetapi sudah lima belas menit menunggu tak juga ada angkutan umum yang lewat, malam semakin sepi dan angin dingin pun mulai bertiup membawa butiran air hujan. Sejak tadi dia juga mencoba memesan ojek online namun sudah beberapa pengemudi membatalkan pesanannya.
Serena terpaksa berlari kembali ke dalam kantor, setidaknya dia akan terlindung dari hujan yang semakin deras. Loby kantor memang selalu terbuka selama dua puluh empat jam, karena memang ada beberapa divisi yang bekerja shifting seharian. Dan ada petugas keamanan yang berjaga di sana, Serena menyandarkan tubuhnya di sofa. Tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh tinggi ikut duduk di sampingnya dan menyandarkan diri juga di sofa, serena melirik laki-laki itu tentu dia mengenalinya. Laki-laki yang selama beberapa minggu ini menyapanya dalam mimpi. Nanda!
Nanda tersenyum dengan begitu manisnya, dia menatap wajah Serena dengan tatapan intens, membuat Serena salah tingkah. Pria yang selama dua bulan ini mengganggu perasaannya, namun tak jua membuat Serena berniat mengungkapkan perasaannya karena dia merasa tidak pantas bersanding dengan laki-laki berwajah tampan itu. Juga ... karena dia yakin Nanda tengah menjalin hubungan dengan wanita lain, wanita yang pernah dilihatnya di studio beberapa bulan lalu itu.
“Ada apa sih ngelihatinnya gitu banget?” cibir Serena, berpura merajuk meskipun jantungnya berdetak dengan sangat cepat.
“Kamu semakin cantik.” wajah Serena tersipu mendengar pujian dari Nanda, pria yang ditaksirnya.
“Masa sih?”
“Mau jadi pacar aku?” tanya Nanda secara tiba-tiba, Serena seolah lupa menarik napas karena terlalu terkejut dengan pertanyaan Nanda yang tanpa basa basi.
“Ada apa sih? Enggak biasa-biasanya?” tanya Serena yang menaruh curiga. Bukankah tahapan berpacaran itu biasanya pendekatan dahulu, lalu menjalin status?
“Mau enggak?” Nanda tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang putih rapih.
“Harus jawab sekarang?” Nanda pun mengangguk.
“Baik, aku mau,” ucap Serena sok acuh, padahal hatinya senang bukan kepalang, meskipun dia tak tahu alasan dibelakang pernyataan Nanda.
“Pacar aku memang banyak, tapi tenang aja aku akan berusaha adil, yang penting sekarang kita jadian,” ucap Nanda, tangannya menggenggam jemari Serena dengan erat, membuat jantung Serena terasa ingin lari dari tempatnya namun ucapan Nanda seolah menyadarkannya. Dia menarik tangan itu dari genggaman Nanda.
“Maksud kamu apa?”
“Kita punya waktu pacaran selama seminggu, sampai aku bisa nentuin siapa yang akan jadi pacar aku sebenarnya.” Nanda menatap wajah Serena dengan tajam, dia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Serena, ingin mengecup bibirnya, namun dia mengurungkannya, sambil tersenyum dia mengecup kening Serena dengan lembut. Mereka saling diam dengan pikiran masing-masing, sementara tangan mereka kembali saling terpaut.
Serena sebenarnya merasakan hatinya yang sakit seolah tercubit ketika Nanda mengatakan itu, seolah dia tidak memiliki harga diri untuk menerima hubungan dengan pria yang juga menjalin hubungan dengan wanita lain. Namun hati kecilnya meminta dia bertahan, sungguh dia sudah jatuh terlalu dalam pada pesona Nanda yang membuat akal sehatnya menjadi sedikit tidak waras. Dia ingin setidaknya membuat kenangan dengan pria itu, meski pun mungkin nanti bukan dia yang dipilih untuk menjadi pendamping hidupnya.
Tepat pukul sebelas malam hujan pun reda, hingga akhirnya Nanda bisa mengantarkan Serena pulang ke rumah, namun dia tak masuk ke dalam karena sudah terlalu malam, Nanda berjanji besok akan datang ke rumahnya, karena hari libur dan mereka akan kencan ke dunia fantasi yang terletak di Jakarta.
Sungguh Serena sangat senang hari ini, orang yang selama ini dia taksir akhirnya menjadi pacarnya, meskipun hanya seminggu, Serena yang telah buta akan cintanya merasa tak masalah akan hal itu. Tak masalah jika memang Nanda hanya main-main kepadanya, toh dengan bersamanya saja sudah membuat dia senang bukan kepalang. Cinta itu memang buta kan?
***
Serena menghabiskan waktu seharian ini dengan Nanda, sebagai sepasang kekasih. Dia masih merahasiakan dari Pras mengenai hubungannya dengan Nanda, yang terkenal playboy itu. Mereka selalu bergandengan tangan dengan ceria. Sesekali Nanda membalas pesan-pesan di ponselnya mungkin untuk pacarnya yang lain, sesaat Serena merasa cemburu namun dia tahan, tak ingin ditunjukkan ke Nanda karena dia tau konsekuensi berpacaran dengan seorang player seperti Nanda.
Jam sepuluh malam mereka sampai rumah, namun Nanda tak juga masuk ke dalam seperti kemarin malam, padahal tadi pagi ketika menjemput Serena dia terlihat sangat sopan, menyalami kedua orang tua Serena dan juga berkenalan dengan Viana yang kecentilan dan berkali-kali menyikut Serena meminta penjelasan karena mempunyai kekasih yang sangat tampan.
Sampai di dalam, Serena dikagetkan oleh kehadiran Pras dengan Istri dan anaknya yang bernama Rezky. Serena hampir lupa bahwa besok mereka sekeluarga akan jalan ke taman Safari. Jadi Pras memutuskan untuk menginap bersama istri dan anaknya, untungnya Rezky sudah sembuh.
“Lho Rezky kok belom bobo?” sapa Serena sembari memeluk keponakan lucunya itu. Rezky pun membalikkan badan dan berjalan tertatih ke arah ibunya yang duduk di sofa.
“Lho kak Nandanya mana? Kok enggak ikut masuk?” tanya Viana sambil celingukan mencari sosok Nanda, beberapa kali Serena mengedipkan mata ke Viana, namun Viana yang tidak tahu kode itu tetep saja tak peka bahwa Serena sedang menyembunyikan hubungannya.
“Sudah malam, dia langsung pulang, aku masuk dulu ya capek.” Serena berjalan ke kamarnya di lantai atas yang langsung diikuti oleh Pras. Serena merasa kakaknya itu pasti akan bertanya macam-macam, mengingat reputasi Nanda di kantor. Karenanya dia merebahkan dirinya di ranjang, kepalanya terasa berdenyut-denyut efek naik Tornado dan Hysteria tadi bersama Nanda.
Badannya terasa mengambang sekarang. Pras duduk di ranjangnya dan mengusap kepala adiknya itu dengan lembut, Serena yang semula memunggunginya karena tak ingin menjawab pertanyaan sang kakak pun terpaksa membalikkan tubuhnya karena sikap lembut Pras yang justru ditunjukkan kepadanya.
***

Book Comment (46)

  • avatar
    SintaNeng

    sangat seru

    06/08

      0
  • avatar
    RaAnggra

    lumayan juga

    20/07

      0
  • avatar
    RibetRibot

    senang skali

    09/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters