logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Part 2

Sepulang kerja, Serena sudah menunggu di tempat kemarin dia dilabrak Marco, dia akan membalas dendam ke Pras. Terlihat Pras berjalan dengan Marco ke arah pintu ke luar. Dan Serena segera menghadangnya, dengan tatapan tajam seperti menahan amarah yang memuncak. Memang dia sangat kesal seharian ini, tak lagi dipedulikan wajah Ari, sang kekasih atas tingkahnya yang mungkin memalukan. Dia hanya benar-benar ingin melampiaskan emosinya.
“Bisa bicara sebentar, BAPAK Pras?” tanya Serena, menekankan pada kata “Bapak” di ucapannya.
“Bicara saja di sini,” potong Marco dengan gaya angkuhnya. Lihat saja sebelah alisnya terangkat dengan mata yang mendelik. Sementara Pras seperti menahan tawa atas tingkah konyol sahabatnya itu.
“Baik, saya hanya ingin menjelaskan ke BAPAK PRAS, bahwa anda jangan kegeeran! Kemarin saya beberapa kali melihat anda karena saya merasa wajah anda familiar! Oh ya asal anda tahu, anda pun bukan tipe saya, pertama, saya enggak suka pria pakai anting kayak perempuan!
“Yang kedua kulit anda terlalu putih seperti mayat hidup dan yang ketiga mata anda so soggy (kuyu), jadi jangan pernah bermimpi untuk disukai oleh saya. Dan dari semua itu saya paling enggak suka sama orang yang PENGECUT seperti anda, jelas!!!” tunjuk Serena ke dada Pras dan dia pun pergi meninggalkan Pras dan Marco yang masih ternganga persis yang dia lakukan kemarin.
Karyawan yang lewat tentu mendengar semuanya karena mereka terlihat berkumpul dan terkekeh melihat aksi itu. Pras memang sudah lama kerja di sini, usianya sekarang sekitar 30 tahun dan dia bekerja sejak lulus kuliah jadi hampir delapan tahun Pras kerja, sehingga hampir semua karyawan mengenalnya.
Serena merasa puas, puas sekali. Dia sudah membalas perbuatan si Soggy ups maksudnya Pras kepadanya. Serena pulang dengan hati yang senang sekali kejengkelannya seharian ini sudah terbalaskan dia tak perduli apa langkah yang akan dilakukan Pras terhadapnya? Yang dia tahu dia sudah merasa lega sekarang.
***
“Jadi begitu ceritanya?” tanya salah satu teman Ari. Ari, Serena dan beberapa teman Ari sedang kumpul bersama di kantin, karena kehebohan kemarin, Ari dicecar oleh teman-temannya untuk menceritakan hal itu dan dia pun memutuskan agar Serena sendiri yang menceritakan ke teman-temannya dengan detail.
Serena menyesap kopi capuccino di gelasnya. Di hadapannya ada seorang pria keren dengan rambut agak berdiri, pria itu bernama Nanda, salah satu teman kerja Ari. Ya sejak masuk kantor ini tak bisa dipungkiri Serena mengagumi Nanda, cowok tinggi itu terlihat sempurna dan mapan, bukan hanya itu saja pria tersebut juga pintar dan usianya terpaut empat tahun dari Serena. Sepertinya tak hanya Serena yang mengagumi pria tampan dengan tubuh proporsional itu, mungkin juga sebagian besar wanita di kantor ini menjadi pengagumnya. Namun yang membuat mereka sedih bahwa kabarnya sebentar lagi dia akan menikah dengan karyawan di sini juga, wanita yang bernama Lisa. Karyawan bagian Advertising.
Nanda terlihat muram, sesekali dia menatap Serena dan ketika Serena balas menatapnya dia membuang pandangannya ke sembarang arah dan terkadang tersenyum bersama teman-temannya. Serena memang beberapa kali kumpul dengan teman Ari, meskipun hanya sebentar hingga dia pun mengetahui Lisa dan dia pernah dikenalkan oleh Ari ke Lisa.
“Lagian jadi cowok songong banget, sok kegantengan,” kekeh Serena, mengenang aksi yang katanya heroik itu. Dan ternyata banyak perempuan korban patah hati Pras mendukung dan senang dengan aksi Serena, mereka berharap setelah ini Pras dan Marco tidak berbuat sesuka hati lagi mematahkan hati orang lain dengan kata-kata kejam mereka.
“Ternyata kamu pendendam yah?” celetuk Ari seraya memandang kekasih di sampingnya.
“Aku bukan pendendam, tapi aku suka balas dendam hahaha!” Dan mereka semua pun tertawa lagi. Termasuk Nanda, namun tak bertahan lama Nanda muram kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Eh kenapa kamu bengong aja?” tanya salah satu teman Ari, menyikut Nanda yang kembali melamun.
“Lagi mikirin pernikahan palingan!” goda Ari.
“Arghh rese kalian semua!” jawab Nanda sok merajuk padahal dia tertawa, Serena hanya tersenyum kecut dan mengaduk capuccinonya sementara Ari menggeleng-gelengkan kepalanya sesaat setelah melihat ekpresi Serena.
***
Di weekend yang cerah ini Serena memutuskan untuk main ke rumah sahabatnya Alea, sahabatnya itu sudah menikah tiga tahun lalu dan kini sudah dikaruniai putri kecil yang lucu berusia dua tahun. Serena asik makan rujak kesukaannya. Sesekali dia terkekeh melihat aksi genit dari anaknya Alea. Sebuah motor melaju pelan di hadapan Serena. Dia melihat dengan jelas penumpang motor itu, wajahnya persis sekali dengan Lisa namun kenapa dia dengan lelaki lain, dan astaga di depannya ada anak kecil juga, seorang anak cowok yang usianya sekitar usia taman kanak-kanak.
“Lihatin apa sih kamu?” tanya Alea melihat ke arah yang dituju Serena.
“Itu siapa?”
“Kenapa? Kamu kenal?” Alea mengambi mangga dan mencolekkan sambal lalu memakannya.
“Mirip sama temen aku di kantor.” Serena mengerutkan alisnya, apakah Lisa memiliki kembaran?
“Oh itu Lisa, dia sudah dua tahunan tinggal di sini sama suaminya dan anaknya, tapi aku enggak tahu Lisa kerja di mana? Yang suami aku tahu Lisa hanya pulang saat weekend saja.”
“Lisa? Kok namanya bisa sama ya?” Serena melihat ke arah motor itu berhenti,tepat beberapa rumah sebelah rumah Alea. Dia masih tak habis pikir ada wajah dan bentuk tubuh yang sama, wanita itu terlihat cantik dan terawat, tubuhnya tinggi dan langsing kulitnya putih dan rambutnya keriting gantung.
“Sama? Sama siapa?”
“Tunangan temen Ari, eh aku boleh minta tolong enggak?” Alea mengernyitkan keningnya mendengar instruksi dari Serena. Mereka sibuk berdiskusi dan sesekali Alea terlihat keberatan namun Serena membujuknya kembali, entah apa yang mereka rencanakan. Yang jelas ketika Serena sudah penasaran oleh sesuatu, sampai matipun dia akan terus memikirkannya dan mencari tahunya.
***
Setelah mendapatkan informasi dari Alea, Serena segera menghubungi nomor Ari dan menanyakan keberadaan Nanda, dan ternyata mereka semua sedang berkumpul di studio satu untuk membereskan pekerjaan mereka. Serena pun langsung bergegas ke studio satu. Dia membuka pintu dan terlihat Nanda sedang mencopot kamera yang baru saja selesai dipakainya.
“Nan, boleh aku ngomong sama kamu?” Serena sangat gugup, ini kali pertamanya mereka berbincang secara personal.
“Oh sebentar ya aku taruh ini dulu.” Nanda tersenyum, senyum maut yang bisa membuat siapa pun yang melihat akan klepek-klepek. Tak berapa lama Nanda kembali ke studio satu dia mengajak Serena duduk di kursi tamu yang telah disediakan di ruangan itu. Di studio satu banyak karyawan yang lalu lalang dengan kesibukan sendiri.
“Ada apa? Kayaknya penting?” tanya Nanda, dia mengambil tempat duduk di samping Serena. Matanya melirik ke arah Ari yang ada di salah satu sudut ruangan sedang membereskan barang-barang, namun Ari terlihat biasa saja kekasihnya duduk berdua dengan temannya.
“Ini tentang Lisa.”
“Lisa? Tunangan aku?” Serena mengangguk.
“Beberapa hari lalu aku ke rumah teman aku dan lihat orang mirip banget Lisa, tapi dia sudah menikah dan punya anak, aku tau ini impossible banget mengingat dia juga sudah lama kerja di sini dengan status single, tapi enggak ada salahnya kalau kamu mau lihat dia untuk memastikan.” Nanda terlihat ragu, dia sangat mencintai tunangannya dan rasanya tidak mungkin jika tunangannya berbohong, namun dia juga butuh kepastian mengenai hal ini.
“Aku boleh minta alamatnya, atau kalau enggak kamu temenin aku ke rumahnya saja sekalian?” ucap Nanda, Serena menganggukkan kepalanya dan mereka sepakat bahwa weekend ini mereka ke rumah Lisa untuk memastikan.
Serena segera kembali ke ruangannya karena sekarang memang bukan jam istirahat. Dia meninggalkan Nanda yang masih termenung sendiri dengan pikiran yang berkecamuk. Pikiran yang selama ini selalu dia tepiskan namun tetap saja mengganggunya.
***

Book Comment (46)

  • avatar
    SintaNeng

    sangat seru

    06/08

      0
  • avatar
    RaAnggra

    lumayan juga

    20/07

      0
  • avatar
    RibetRibot

    senang skali

    09/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters