logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 Pengakuan Yang Mengejutkan

Aku masih membatu, hatiku terus berkata jika aku salah mendengar. Berulang kali aku meyakinkan hatiku jika yang kudengar adalah tidak benar, hanya ilusi. Namun tangis Exel yang pecah begitu saja dalam pelukanku menjawabi kegundahanku, jika cerita itu memang benar adanya. Ya Tuhan, selama ini kupikir dia bahagia, dia baik-baik saja setelah aku tinggalkan, maafkan aku Exel, maafkan aku. Lirihku dalam hati.
“Aku mencari teman untukku bersandar, Liana. Tapi temanku sudah pergi, dan kini, setelah peristiwa itu aku mulai merasakan hal aneh pada batinku, aku kerap menonton beberapa video vulgar, bahkan hasratku untuk berhubungan semakin memburuku, hingga pada titik seperti sekarang ini.”
Ketika Exel tenggelam dalam dekapan dan rintihan sedihnya, mataku mengedar ke seluruh ruangan, mencari sesuatu yang membawaku pada keadaan Exel beberapa waktu lalu. Sekali lagi manik mataku menangkap susunan kaset di rak televisinya. Dan beberapa gambar tidak senonoh memajang di cover kaset itu. Tampaknya di ruangan inilah, Exel melakukan semua hasrat biologisnya.
“Exel, aku … aku akan membantu menyembuhkanmu. Asalkan kamu bersedia dan berjuang melawannya, seperti yang pernah kita lakukan beberapa waktu lalu.”
“Aku kehabisan tenaga, Liana. Dan aku akan menjadi gusar jika aku tidak mendapatkan kepuasan batin.”
“Kau harus melawannya, Exel. Aku yakin kau bisa. Aku akan membantumu. Aku sudah di sini, menjadi istrimu. Aku akan membawamu kembali kepada Exel yang dulu, aku janji.”
Exel menatapku intens, aku tahu dia sedang berpikir betapa bodohnya aku. Aku tahu dia pasti berpikir jika aku hanya membual. Tak ingin mengubris ketidak percayaan dirinya, aku pun berinisiatif melepas semua yang ada pada tubuhku, tanpa rasa canggung. Toh dia kini suamiku. Siapa pun dia di masa lalu dan seperti apa pun dia saat ini di hadapanku, yang ku tahu dia seorang pasien. Aku mungkin bukan dokter tapi aku berharap dari kenangan masa lalu kami dan rasa yang tertinggal, bisa menjadi obat bagi penyakitnya.
“Kenapa kau ….” Aku membekap mulut Exel, aku tidak ingin mendengar apapun saat ini. Aku hanya ingin melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak dulu, mengganti kenangan yang hilang dari kisah kami. Kami memang tidak pernah menyatakan cinta satu sama lain, tapi bahasa tubuh dan lisan kami cukup mewakili perasaan itu, dulu dan sekarang.
Aku terus menuntun Exel pada sensasi biologis seperti yang pernah kami lakukan sebelumnya. Kali ini pun aku lebih mendominasi. Tak mengapa, demi Exel, demi waktu yang hilang, demi rasa yang pernah kuhancurkan, dan demi kembalinya Exelku yang dulu.
Malam itu aku berjanji pada diriku, akan menjadi malam kami berdua, tanpa kelainan, tanpa penyiksaan, dan tanpa keraguan dalam hati. Semakin lama, aku merasakan Exel semakin bisa menguasai dirinya, dan kini ia terasa seperti pria normal lainnya. Aku tidak tahu, tapi pada pertengahan hubungan kami, ia kini mendominasiku tanpa menyakiti. Malah yang terus ia dengungkan adalah namaku, Liana.
Keyakinanku semakin kuat, jika Exelku bisa kembali seperti sediakala. Angin malam itu mencoba menggoda kami, namun pertautan cinta kami tak menyurut dan semakin memburu. Sudah berapa lama kami berada di ruangan itu. Exel melirik arloji yang memajang di atas meja kerjanya, ia pun segera menuju kamar mandi yang tersedia di ruang pribadinya. Aku masih membungkus diri dengan selimut yang ternyata sudah tersedia di sana. Lelah, sudah pastilah. Karena itu mata beratku enggan untuk terbuka.
“Liana, aku berangkat ke kantor dulu, tapi nanti sekitar jam sebelas kau bersiap-siaplah, aku akan membawamu keluar.” Pesan Exel saat berpamitan kepadaku. Aku masih malas di tempatku, hanya sebuah kecupan ringan yang mendarat di keningku yang kurasa ketika itu. sungguh mataku terasa sangat berat.
*****
“Liana, apa yang sedang kau lakukan di sana?” suara anak lelaki berusia dua belas tahun kepadaku ketika itu. Aku duduk di halaman samping memeluki bekal makananku. Exel yang menemukanku bersedih itu kini berhasil menangkap basah diriku. Padahal aku sudah berjanji pada diriku untuk tidak menangis di depan lelaki itu.
“Boleh kau membagi bekal makan siangmu, Dizzel? Aku lapar. Mommy dan Daddku sedang bertengkar, jadi kami tidak sarapan bersama hari ini.” Dustanya.
“Ini makanlah, aku sedang tidak berselera. Ini masakan Mommyku, Iga Asam manis, kau pasti menyukainya.” Exel segera menerima kotak berisi menu yang sudah kusebutkan tadi. Matanya tampak berbinar-binar melihat isi kotak bekalku. Ia pun dengan lahap dan tanpa jeda menghabiskan bekalku sampai tidak ada yang tersisa.
Dalam hati aku bahagia, karena dia menyukai masakanku, namun jika mengingat apa yang sudah kudengar pagi ini, aku kembali murung. “Rhiana, tanggal pertunanganmu dengan Exel sudah ditetapkan.” Kalimat Daddyku pagi ini ketika menyampaikan berita membahagiakan itu. Seharusnya aku bahagia, karena kakakku akan menemukan jodohnya, tapi kenapa aku justru tak rela. Aku tak rela jika lelaki itu Exel. Padahal hubunganku dengan Exel bukanlah hubungan yang istimewa, kami hanya ….
“Dizzel, apakah kau tidak bisa memasak selezat masakan Aunt?” suara Exel yang membuyarkan lamunanku.
“Asal kau tahu, Gordon. Masakan yang kau makan tadi itu adalah masakanku. Aku baru pertama membuatnya pagi ini. Tentunya dengan petunjuk dari Mommyku.”
“Benarkah, jika demikian berjanjilah padaku satu hal, Dizzel.”
“Apa itu?”
“Apapun yang terjadi, kita harus selalu bersama. Dan kau harus membuatkan Iga Asam Manis ini untukku. Aku tidak akan pernah makan jika aku tidak memakan Iga buatanmu.”
“Dasar bodoh. Mana bisa kau akan memakannya setiap hari, kau akan bosan, dan lagi pula rumah kita berjauhan, apakah kau tidak tahu malu setiap hari numpang makan di rumahku?”
“Kalau begitu, bawakan untukku ke sekolah, dan sebelum aku masuk kelas, aku akan memakannya meski hanya sedikit, lalu aku habiskan nanti setelah jam istirahat.”
“Baiklah, Exel.”
“Janji kelingking?”
“Janji kelingking.”
Kami mengaitkan kelingking kami dan menciumu ibu jari kami satu sama lain. Setelah hari itu aku merasa sangat bahagia. Dan selama bersamanya, aku tidak pernah lupa membawakan masakan Iga Asam Manis buatanku. Entah kenapa aku menjadi terbiasa dengan menu dan kebiasaan kami itu. (Mimpi berakhir)
Aku terbangun, ketika kisah masa kecil itu berakhir dengan satu kebiasaan kami. Aku segera bangkit dan mencari keberadaan jam dinding, “Astaga! Sudah jam sepuluh!” pekikku menakup kepalaku. Seketika aku beranjak ke kamar mandi dan mengenakan jubah mandiku lalu berpindah ke kamarku.
Seakan terbimbing begitu saja, aku bahkan lupa jika aku menghafal lorong menuju kamarku. Setiba di sana, aku langsung mengganti pakaianku. Setelah semua rapi, sebuah ketukan pintu terdengar dari luar, “Ada apa Demmed?” tanyaku melihat lelaki tua itu sudah membungkuk hormat kepadaku.
“Tuan berpesan, dia akan menjemput anda sepuluh menit lagi, mohon Nyonya bersedia di depan menunggunya. Tuan tidak suka menunggu terlalu lama.”
“Iya, aku tahu Demmed.” Belumlah aku berbalik, tiba-tiba aku menghentikan langkah Demmed, karena aku baru teringat sesuatu, “Eh, Demmed, maaf tunggu sebentar, aku ingin bertanya.”
Lelaki itu berbalik lagi dan berdiri dengan raut tenangnya menghadapku.
“Eh, apakah sebelum aku menikah dengan Tuan, dia sering makan di rumah?” lelaki tua itu membuang pandangannya ke satu titik fokus, seakan mencoba mengingat sesuatu yang sudah lama berlalu, “Tidak, Nyonya. Sejak Tuan pindah kemari, dia tidak pernah makan di rumah. Makan malam bersama anda semalam adalah yang pertama kali terjadi.”
“Bagaimana dengan di rumah kediaman Benertho?” sidikku lagi.
“Setahu saya tidak pernah, Nyonya. Karena Tuan sangat pemilih dalam hal menu. Beliau selalu meminta dibuatkan Iga Asam Manis, saya pernah mencoba membuatkan, begitu juga dengan Nyonya besar, tapi, Tuan tidak suka. Katanya, tidak enak.”

Book Comment (389)

  • avatar
    Nadiraumairaa

    ceritanya bagus banget thor😍😍 di lanjut dong season 2 nya, beneran ga sabar nih nunggu nyaaa

    22/06/2022

      1
  • avatar
    rahmandaniMeta

    kisahnya bagus bermanfaat.bagus di baca buat kakain buruan bacaaa sekranggggg

    25/01/2022

      0
  • avatar
    AndreanoFarhan

    200

    29d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters