logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Mengintip

"Siapa yang mau macam-macam dengan perempuan yang ngiler di bantal!" jawab Ethan gugup, mengingat perbuatannya semalam. Hah, ngiler? tanpa sadar Anna langsung membersihkan mulutnya dengan lengan baju.
"Ish, ga ada apa-apa!" seru Anna marah karena dibohongi.
"Kenapa aku disini lagi, tasku dimana?" tanyanya mendekati Ethan. 'Anna tidak mengatakan apa-apa lagi mengenai semalam, berarti dia benar tertidur', pikir Ethan lega.
"Aku sudah berulang kali membangunkanmu, ternyata Pesanggrahan Indah ada banyak, aku tidak tahu alamatmu," jawab Ethan sambil meletakkan piring di meja dapur.
Mata Anna langsung membesar ketika melihat makanan di hadapannya, 'Wah ternyata Ethan ternyata baik sekali mau memasakkan makanan untukku, pikirnya dalam hati. Anna langsung mengambil pisau di sebelahnya dan mengoleskan mentega dan memasukan roti hangat itu ke mulutnya, nikmatnya.
"Pesanggrahan Indah Raya," ucapnya sambil mengunyah roti panggang.
"Itu makananku," ucap Ethan separuh kesal separuh senang karena dia menyukai masakkannya.
'Oh tidak, aku pikir dia membuatnya untukku, jangan menghayal Anna, mana mungkin dia mau memasak untukmu, pikir Anna merasa bersalah, ingin rasanya memuntahkan roti yang sudah kumakan.'
"Oh, aku pikir ini untukku soalnya kamu taruh di meja." jawabnya bergaya santai lalu mengambil garpu untuk mulai makan.
"Aku... akan buat baru," ucapnya kembali membuat telur orak-arik. Anna segera tertawa di dalam hati lalu menikmati sarapan dan juga pemandangan di hadapannya. Rambut Ethan yang agak panjang masih basah sedikit, dia mengenakan kaos putih polos tipis yang memperlihatkan otot tubuhnya samar-samar.
"Aku tak pernah membayangkan orang seperti kamu memasak," ucapnya memperhatikan Ethan masak.
"Aku tidak suka banyak orang masuk ke rumahku." jawabnya ambil mematikan kompor lalu duduk di hadapan Anna. Dia segera mengalihkan pandangannya dari tubuh Ethan
"Jadi kamu yang bersihkan sendiri?" tanya Anna cepat sambil mengangkat sebelah kakinya ke atas bangku. Ethan menghela napas mencela melihat perbuatannya.
"Kenapa? ga boleh angkat kaki? Makan ga seru kalau kaki ga naik satu, coba deh!" ucapnya sambil mengarahkan roti panggangnya kepada Ethan. 'Cih apa enaknya makan dengan kaki naik satu, dasar wanita aneh!' pikir Ethan tetap melanjutkan makannya tanpa menanggapinya.
Anna memperhatikan Ethan sesekali, dia makan dengan santun sekali, lengkap dengan pisau, garpu dan serbet di sampingnya, berbanding terbalik dengannya yang makan dengan tangan dan menggunakan garpu hanya untuk menyendok telur. 'Cih, gaya makan orang kaya memang berbeda sekali, pikirnya dalam hati.'
Tiba-tiba Ethan memperhatikannya dengan seksama sehingga Anna merasa jengah.
"Kamu ga mungkin pakai baju itu ke pemakaman Opa." Ethan mengamati bajunya. Kaus polo Anna sudah pudar warnanya, bahkan kerahnya agak kekuningan di ujungnya, wanita itu terkejut lalu melihat bajunya.
Anna ingin segera mencium bau badannya segera, tapi malu karena Ethan masih memperhatikannya.
"Yah sudah antar aku pulang, nanti aku pinjam baju Mama, mudah-mudahan Mama punya baju hitam lain, ini juga punya mama," jawabnya menahan malu sambil menyendok telur.
"Kenapa kamu memakai baju Mamamu? kemarin, yang robek itu juga punya Mamamu?" tanya Ethan penasaran, yang langsung dia sesali, 'buat apa aku bertanya'. Anna semakin malu, karena teringat Ethan telah melihat badannya saat bajuku yang robek.
"Iya, dan kamu merobeknya, pokoknya kamu harus ganti rugi," serunya cepat dengan wajah memerah. Ethan mengangkat telepon dan menghubungi Daniel.
"Daniel, kirim beberapa gaun hitam buat Anna, ukuran kamu pikirlah ukuran anak-anak mungkin cukup," ujar Ethan dengan nada mengejek.
"Ukuran sepatumu berapa?" tanya Ethan, Anna terbelalak kaget karena pria itu serius menanggapi ucapannya.
"Ga usah, aku pulang saja ganti baju," ujarnya, menolak menerima pemberiannya, nanti Ethan bisa ngomong macam-macam, Anna tidak sudi hutang budi dengannya.
"Daniel menunggu," ucap Ethan tidak menerima penolakannya.
"Biar saja menunggu," jawabnya seenaknya, Ethan melihat kebawah untuk mengira-ngira ukuran kakinya, mungil, ukuran wanita ini semua mungil.
"Dari ukuran paling kecil sampai 3 keatas, warna hitam." jawab Ethan lalu mematikan telepon.
"Apa-apan itu tadi?" Mata Anna membulat karena marah.
"Ukuran sepatumu, pasti paling kecil sama seperti badanmu yang seperti anak kecil, rata. '' Dia memandangnya dengan penuh penilaian, memandang ke arah dada Anna.
'Ish... dia lama-lama semakin menyebalkan, apakah dia tadi serius memperhatikan ukuran dadaku, dasar mesum!' Anna menatap Ethan marah dan langsung menutupi dadanya.
"Daripada tutupi dada rata, mandi sana sebentar lagi kita berangkat," ucap Ethan geli lalu berdiri mengangkat piring kotor mereka, tapi Anna masih menyilangkan tangannya di dadanya dengan curiga.
"Aku mau pulang!" jawabnya keras kepala.
"Rumahmu jauh, nanti kita telat," balas Ethan tak peduli, sambil mencuci piring.
"Ada kamar mandi di kamarku."
Anna menatap bagian belakang tubuh
Ethan, lalu menghela napas, sepertinya penjelasannya masuk akal, mereka tidak boleh terlambat ke pemakaman Opa. Anna kembali ke kamar Ethan dan menuju kamar mandinya yang mewah.
Tidak lama berberapa baju kiriman dari Daniel datang, Ethan meletakkannya di atas kasur dan langsung menuju kamar baju.
Ethan pun bersiap dan menatap bayangannya di kaca, tapi seketika fokusnya berpindah ke sesosok tubuh yang hanya mengenakan handuk. Anna keluar dengan takut-takut melirik kanan, kiri sebelum mengambil salah satu stel baju di atas kasur, lalu kembali ke kamar mandi.
Ethan terpana, dia salah mungkin karena tertutup baju yang selalu kebesaran, badan Anna berkesan seperti anak-anak, tetapi ternyata dadanya penuh, dan bagian belakangnya juga. Tubuh Anna bukan seperti anak-anak tapi seorang wanita dewasa. Wanita dewasa yang sungguh menggoda
Ethan tahu seharusnya dia mengalihkan pandangannya tapi naluri laki-lakinya melampaui logika. Dia maju lebih dekat dan bersembunyi di balik pintu kamar pakaian. Ethan melihat Anna masuk kembali ke kamar mandi sambil mengambil salah satu setelan baju secara asal.
Ethan mengulang pemandangan indah tadi di kepalanya, air masih menetes dari rambutnya membasahi pundaknya putih dan jenjang. Dadanya tidak serata yang Ethan pikir, ukurannya pas untuk tubuhnya yang mungil. Perutnya rata dengan bagian bokong yang penuh, hatinya penuh rasa bersalah mengintipnya seperti itu, tapi ada rasa puas juga di hatinya.
Saat Anna sudah masuk ke kamar mandi lagi, Ethan segera keluar dari kamar pakaian tapi tiba-tiba Anna keluar lagi saat dia sudah di dekat pintu.
"Kamu! mau apa kamu?" jeritnya kaget. Ethan berusaha mengalihkan perhatiannya, tapi sungguh itu hal yang sulit. Bagaimanapun dia tetap lelaki normal. Anna sangat sexy di hadapannya. Dia masih mengenakan handuk walau terlihat dia sudah mengenakan BH hitam di balik handuknya.
"Keluaaar!" jeritnya lagi. Ethan tersenyum miring lalu segera keluar dari kamar. Jika setiap hari dia melihat itu sepertinya dia tidak akan keberatan, dia mendengus geli.

Book Comment (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    10d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters