logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 23 Surat Hutang Mama

"Ayo!" Ethan menarik tangannya. Kertas kecil bukti pembayaran tadi langsung jatuh berterbangan ke lantai.
"Eh… mau kemana!" pekiknya kaget. Ethan tidak dalam emosi yang baik, kepalanya terasa berputar dan berdenyut ngilu, dia juga bisa marah.
Ada seorang perempuan gempal datang menghalangi kami, dengan muka bundar yang memerah karena marah, tapi Ethan tak peduli dia terus menarik Anna, semua pandangan mata menuju mereka sambil berbisik-bisik. Daniel keluar dari ruangan kepala pabrik, yang langsung hormat kepada Ethan serta memarahi ibu cerewet tadi. Ethan mendapat kepuasan ketika melihat ketakutan di wajah wanita bertubuh penuh itu, walau kepalanya terasa seperti terus menerus dipukul oleh palu, perutnya juga mulai terasa mual.
Anna hanya diam mengikuti, Ethan yang terlihat sangat emosi, dia entah kenapa tidak bisa menghilangkan perasaan bersalahnya telah meninggalkan Ethan semalam. Ethan menatapnya sekilas, Wanita itu sempat-sempatnya mengambil tas bodohnya yang robek talinya. Anna terseret karena Ethan berjalan cepat.
Pergelangan tangan Anna terasa panas karena tarikan tangan Ethan yang kasar. Anna kini duduk bersamanya di bagian belakang mobil. Daniel menyetir di depan. Suasana di mobil begitu hening dan mencekam, Anna menatapnya, napasnya masih memburu, dia menatap keluar ke arah jendela, sehingga Anna tidak dapat melihat wajah tampannya, tiba-tiba dia merasakan getaran dari dalam tasnya, Anna segera meraih handphonenya, ternyata Raka.
"Halo," ucapnya menjawab telepon. Ethan menoleh dan langsung memperhatikan Anna dengan emosi tidak menentu.
"Kamu dimana? seluruh kantor ngomongin aneh-aneh tentang kamu, masa katanya kamu yang punya pabrik? Aneh banget kan?" tanya Raka tertawa gugup.
"Iyah, nanti aku ceritain deh, sekarang lagi nggak bisa," jawab Anna berbisik, menatap ke jendela agar Ethan tak dapat melihatnya, Pria itu mendengus.
"Oh… kamu ternyata masih bareng dia ya, oke deh kalau begitu?" Suaranya begitu kecewa sehingga Anna ingin menghiburnya, dia kembali bimbang.
"Iya, nanti aku telepon ya Ka," ucap Anna dengan lembut, Raka tertawa terpaksa.
"Hati-hati kamu, jangan makan aneh-aneh lagi," ucapnya juga kini ikut lembut.
"Raka sayang ya?" dengus pria di sebelahnya. Ethan ternyata terus mendengarkan telepon Anna. Dia menatap Anna sedemikian rupa dengan matanya yang menghina, sehingga di hati Anna terbesit rasa bersalah.
"Iya, dia kaget aja, aku tiba-tiba pergi sama kamu," jawab Anna singkat. Dia mendengus marah lagi lalu memandang keluar lagi, wajahnya tadi agak aneh, dia lebih pucat dari biasanya, dan berkeringat. Rambut belakangnya sudah melebihi kerah kemejanya, bergelombang, dan gelap karena keringat, padahal udara di mobil cukup sejuk.
"Cih, kenapa dia harus kaget, itu kenyataannya kok," ucapnya dingin, sambil menyentuh pelipisnya.
Ethan kembali merasa cemburu, bisa-bisanya dia mengangkat telepon pria lain saat dia bersamanya? Kepala Ethan semakin bertalu-talu, pusingnya membuat dia ingin muntah. Walau dipijat, pusingnya tidak mau hilang-hilang.
Anna menatap Ethan, ini adalah pertemuan mereka pertama kali setelah pertengkaran kemarin, namun Ethan tidak mengucapkan apapun tentang kemarin.
Anna takut dengan apa yang ada di dalam pikiran Ethan, apa yang dia sedang rencanakan ya? Anna tidak percaya mama berhutang sebanyak itu, namun kini keraguan mulai menyusup dihatinya.
Mobil tiba-tiba berhenti, Anna menatap keluar dan baru sadar kalau kami sudah berada di daerah rumahnya. Daniel turun lalu membukakan pintu untuk Ethan dan Anna Dia menunduk hormat kepadanya, sehingga Anna merasa jengah.
"Kamu kembali ke kantor, dan atur masalah tender dengan PT Schuberg. Kita seharusnya bisa kerjasama dengan mereka kali ini. Pimpinan mereka sudah ganti," ucap Ethan memberikan instruksi kepada Daniel. Pria pendiam itu menunduk hormat lalu kembali ke mobil.
Ethan mengulurkan tangannya kepada Anna, dan tanpa sadar dia berlari menghampirinya dan segera menggandeng tangannya seakan itu hal alami yang mereka lakukan, sesuatu yang wajar. Tangannya terasa hangat, hati Anna terasa bergetar menggandeng tangannya sambil berjalan ke arah rumah.
Setelah beberapa lama dia berjalan, Anna baru menyadari, mengapa dia begitu antusias menyambut uluran tangannya? Anna lalu langsung berusaha melepaskan pegangan tangan Ethan di tangannya Namun Ethan langsung menggenggam erat tangan Anna ketika menyadari Anna mau melepaskan tangannya. Sebenarnya Ethan yang sedang butuh tuntunan Anna kali ini.
Seperti biasanya, mamanya Anna lupa mengunci pintu gerbang, Ethan langsung mendorong pintu besi yang sudah keropos itu.
"Maaah, ada Ethan!" Anna takut mamanya hanya mengenakan pakaian seadanya. Karena biasa hanya mereka berdua di rumah. Mama berlari keluar dengan terkejut.
"Apaan sih kamu teriak-teriak!" Anna dengan heran memperhatikan mama yang tumben berpakaian rapi, rambutnya tersisir rapih membentuk sebuah sanggul kecil di belakang, wajahnya tidak terlalu pucat hari ini. Ethan menunduk hormat, dan mengikuti mama yang langsung mengajaknya masuk.
Saat Anna masuk, Ethan dan mama duduk di meja makan, sambil membaca sebuah dokumen. Hatinya mencelos, apakah itu dokumen kemarin yang sempat sekilas dia baca? Anna segera duduk di samping Ethan, dan menarik dokumen itu, seperti yang dia takutkan, ini adalah surat hutang yang kemarin.
"Anna, yang sopan." Mama Maria mengerutkan keningnya kepada Anna dengan kesal. Anna kembali membaca dengan cepat, kertas berisi daftar transaksi bank Opa Jacob, semua ditransfer secara teratur ke Mama, sampai bulan ini pun masih ada.
"Mama,... Ini bohong kan?" tanya Anna dengan takut, meletakkan dokumen itu di meja. Mama menunduk menghindari tatapan matanya.
"Kita butuh uang Anna, Mama terpaksa," jawabnya lirih, hati Anna mencelos, jadi semuanya benar, Ethan mendengus senang, senyum tipis muncul di bibirnya dengan menyebalkan.
"Mama kan kerja, Mama bilang ada deposito papa juga?" tanya Anna panik. Ethan semakin mendengus mengejek.
"Mama bohong, semua yang mama buat itu mama kirim ke rumah Opa. Deposito papamu, habis untuk rumah ini." jawab mama dengan lugas sehingga Anna tidak ada kata-kata balasan untuk membantahnya. Tubuh kurus mama Maria duduk dengan tidak nyaman, bahunya melengkung dan kepalanya masih menunduk. Mama terlihat malu dan kalah.
"Jadi… bagaimana, kita harus membayarnya mah?" pekik Anna bingung. Ethan menyangga kepalanya dengan tangan, senyumnya semakin lebar, memandang Anna yang sedang panik.
"Ya, sudah pasti kamu harus membayar," ujarnya dengan senyuman yang semakin mengembangkan, giginya yang rapi terlihat mengintip dibalik bibirnya yang tebal. Dia membalik kertas hutang mama, dan memberinya sebuah kertas baru.
"Dengan ini menyatakan bersedia menikah… selama tiga tahun… akan memiliki anak… tinggal serumah." Anna menatap kertas itu dengan horor, lalu menyadari ini persis seperti yang ada di surat warisan Opa. Ethan memaksa Anna untuk menikahinya dengan ancaman surat hutang mama. Anna memandang mama yang masih menunduk, meminta tolong, namun mamanya hanya diam saja.
"Tanda tangan di situ. Besok kita menikah," ucapnya memberi Anna pulpen.

Book Comment (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    8d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters