logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 22 Aku Kesepian

"Daniel, apakah ada penjaga atau orang lain di rumah tadi?" Pria itu menatap Anna melalui spion.
"Tidak ada Nona," jawab Daniel singkat, mengkonfirmasi kalau memang Ethan akan sendirian malam ini.
Sesaat sampai di rumah, Anna menoleh untuk menanyakan pertanyaan yang dari tadi tercekat di lehernya
"Dan, kamu kembali ke rumah itu?" Entah kenapa hatinya berat memikirkan Ethan yang sendirian di sana? Daniel memandangnya sebentar, lalu mengangguk.
"Saya harus sikat mobil tuan," jawabnya lalu menunduk lagi dan meninggalkan Anna dengan wajah memerah karena malu. Sepertinya dia memang benar-benar muntah di mobil Ethan, apakah berarti apa yang dia ceritakan jujur apa adanya?
Hatinya mencelos, bisa-bisanya dia berkata seperti itu tadi padanya?
"Kamu baru pulang, Na?" tanya Raka tiba-tiba, saat aku melamun di pintu gerbang rumah. Dia sepertinya baru pulang dari kantor juga. Dia menatapnya dan mengerutkan dahinya sambil memarkirkan motor yang dia tuntun.
"Kamu pakai baju siapa?" tanyanya lagi mendekati Anna sambil memperhatikan baju yang dipakainya, Anna sama sekali lupa kalau dia masih mengenakan baju Ethan.
"Ah... tadi aku sakit jadi muntah, bajuku kotor semua, jadi pinjam baju orang," jawabnya, berbohong sedikit, karena apa tanggapan Raka kalau tahu tadi dia mabuk, tapi kemudian Raka mengagetkannya dengan tiba-tiba menyentuh dahinya
Deg... deg...deg, jantungnya langsung berdebar kencang. Dia lalu memegang rahangnya dan berkata lembut
"Kamu nggak demam, kenapa bisa sakit?" Jantungnya berdebar tidak karuan, jarang-jarang Raka menyentuhnya seperti ini, matanya yang teduh menatapnya dengan khawatir.
"Eh...aku tadi salah makan, rasanya aneh sekali jadi gue muntah," jawab Anna tergagap. Raka melepaskan tangannya yang hangat lalu tersenyum, saat melakukan itu matanya mengecil dan berkerut-kerut lucu. Dia menyentuh ujung hidung Anna sekilas.
"Makanya ati-ati makan, kamu nggak biasa makan makanan orang kaya, mereka suka makan yang aneh-aneh, bekicot aja mereka makan!" ujarnya menebak dengan tepat dengan siapa Anna makan. Dia masih berdiri di hadapannya, dia lalu menunduk agar mata kami sejajar. Jantungnya berdebar semakin kencang.
"Anna, aku benar-benar menyesal, seharusnya kita tidak seperti ini ya?" ucapnya dengan suara penuh penyesalan. Anna terkejut akan ucapannya itu apakah dia memikirkan hal yang sama seperti dia pikirkan? Dia menahan napasnya lalu menyentuh dagunya. Astaga... apakah Raka akan menciumnya, ... berdasarkan pengalamannya, Ethan selalu begitu sebelum menciumnya, eh... kenapa Anna jadi memikirkan dia, bodoh sekali! tapi Raka mendengus sedih lalu mengurungkan niatnya dan tegak kembali, bodohnya, apakah dia tahu kalau barusan Anna memikirkan pria lain?
Ethan memandangi kursi putih itu terpaku sesaat akan kisah di belakangnya, lalu menghela napas dan kembali menutup pintu. Waktu itu Papa sedang bersama dengan pacarnya entah yang keberapa. Kaki kecilnya berlari ke bawah dengan panik. Ethan tahu tak seharusnya mamanya melayang di udara seperti itu. Dia berlari segera menuju dapur tempat biasa para pengasuhnya berkumpul, air seninya mengalir sepanjang jalan sehingga membuat jejak panjang yang berbau pesing.
Dengan panik para pengasuh segera menenangkannya dan menghubungi papa dan opa. Opa Jacob segera datang, dan mengurus semua, sedangkan baru keesokan paginya papa dapat dihubungi dan datang hanya untuk berpura-pura meratap di peti mati mama. Ethan tidak pernah percaya papa pernah sedetikpun mencintai mama, walaupun setelah itu papa tampak begitu terpukul dan terdiam sepanjang waktu.
Sejak itu papa berubah, dia menjadi pribadi yang lebih kaku dan tertutup, dia hanya bekerja terus, dan lagi-lagi Ethan harus tumbuh sendirian bersama berbagai pengasuhnya. Saat-saat terakhirnya Ayahnya hanya selalu memandang Ethan sekilas, dan tersenyum sedih lalu mendorong Ethan menjauh lagi saat dia mencoba mengajak bicara.
Maka saat tiba-tiba ayahnya menyusul mama dengan cara meminum obat tidur, Ethan tidak pernah mengerti, bukankah dia dulu yang memperlakukan mama dengan begitu buruk, lalu mengapa selama 13 tahun berikutnya dia tiba-tiba menjadi suami yang setia yang selalu membelikan mama bunga segar di pusaranya? Semua itu percuma, mama tidak dapat lagi melihat semua itu.
Ethan melangkah pelan menuju kamarnya di bawah dan mendengus kesal saat melihat kamarnya yang sudah rapi. Wanita itu sudah mengerjakan tugasnya dengan baik. Emosi Ethan kembali menggelora, mengingat tubuhnya yang seperti bayi tadi tidur disini, lalu sakit hatinya karena penolakannya. Anna sudah melakukan tugasnya mengganti sprei dengan baik, kini dia harus melakukan tugasnya yang lain, yaitu menjadi istriku, meski dia tidak mau.
Ethan melihat tumpukan sprei kotor tadi di atas kasur, sebenarnya tidak ada bau muntah sama sekali, dia hanya ingin Anna ada untuk masih berada disini bersamanya. Bodohnya, Ethan tahu dia tak seharusnya terlena dengan segala perasaan di hatinya. Dia harus menghentikan itu semua, semua hanya bisnis. Hidupnya ini hanya untuk bekerja. Sepertinya malam ini Ethan tidak akan tidur lagi.
Pada pukul jam 8 tepat, Ethan sudah berada di kantornya dan berusaha menyelesaikan pekerjaan yang tak pernah habis. Untunglah ada pekerjaan yang dapat mengalihkan perhatian. Hanya saja para pegawai Ethan sepertinya yang tidak dapat mengikuti kecepatannya dalam bekerja, mereka banyak melakukan kesalahan. Saat menjelang istirahat makan siang, Ethan membanting dokumen amburadul yang diberikan bagian riset.
Kepalanya mulai berdenyut, dan pandanganku berbayang. Dia berdiri goyah dan hampir jatuh jika tidak disanggah oleh Daniel. Pria itu bisa tiba-tiba muncul dan memegang lengannya dengan kuat. Setelah dia melihat Ethan sudah stabil dia melepaskan pegangan tangannya lalu menunduk mundur dalam diam. Daniel masih memperhatikannya ketika Ethan berjalan menuju mejanya. Dia membersihkan lehernya dengan batuk pelan.
"Maaf pak, ini surat … Penagihan hutang untuk ibu Maria Federica." Dia berkata pelan.
"Dan,...ini untuk dokumen pendukungnya." Dia meletakkan lagi setumpuk bukti di mejanya. Lalu mundur selangkah. Kepala Ethan masih terasa berputar, kenapa dia menjadi pusing seperti ini? Ethan terus memaksa tubuhnya bergerak, jika dia duduk pusingnya semakin terasa. Ethan segera berdiri, dan Daniel mundur selangkah lagi. Kadang dia ingin berbicara pada Daniel, namun pria berwajah kaku itu terlalu diam, bahkan seperti saat ini saja dia hanya diam saja seperti patung.
"Ayo, kamu ikut saya," ucap Ethan merasa tubuhnya semakin tidak enak. Lebih baik kali ini dia diantar oleh Daniel. Pria itu mengangguk lalu keluar dari ruangan untuk menyiapkan mobil. Tanpa aku katakan kemana aku hendak pergi, Daniel sudah tahu kemana Ethan ingin pergi.
Dalam sekejap Ethan sudah sampai ke kantor Anna. Seperti biasa pria kaku itu seperti bisa membaca pikirannya. Ethan segera turun di lobi kantor, sementara Daniel parkir.
Petugas keamanan segera menahan dan meminta kartu karyawan. Dengan kepala pusing berputar, Ethan mengatakan kalau dia pemilik kantor ini, dia tidak butuh kartu karyawan, tapi petugas itu tetap menahanku. Tak lama, Daniel datang dan memperlihatkan kartu pegawainya dan petugas itu memohon maaf dan mempersilahkan mereka masuk.
Setelah masuk dan berjalan melewati banyak kubikel, mata Ethan langsung segera melihat dirinya, Anna mengenakan seragam yang sama seperti yang dia sudah buang kemarin. Di dalam kubikelnya yang sempit dia bekerja dalam diam.
Buat apa dia masih bekerja remeh seperti ini? Dia masih belum menyadari kehadirannya, dia masih sibuk menelaah kertas-kertas kecil bukti pembayaran. Lalu tiba-tiba dia menoleh dan menatap Ethan seperti dia sudah menantikan kedatangannya. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Tatapan matanya seperti menusuk hatinya
"Ethan,...?" panggilnya mendesah dengan suaranya yang lirih itu, matanya yang coklat muda itu mulai membius Ethan, dia cantik sekali.
"Ngapain kamu ada disini?" ucapnya kaget. Ethan kembali teringat akan alasannya kemari.

Book Comment (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    8d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters