logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 21 Terlupakan

"Jangan!" teriak Anna saat Ethan memeluknya erat.
"Lepaskan aku Ethan!" jeritnya lagi, tapi di telinga Ethan, dia malah seperti memanggilnya untuk memeluknya lebih erat, Anna tidak mengizinkannya untuk menciumnya tapi Ethan masih berusaha mencium dia mendorong Anna dengan sekuat tenaga.
"Kenapa kamu menghindar, tadi kamu menciumku duluan, kamu bilang bibirku berbahaya, lalu menciumku mesra." Bola mata Anna membesar dengan kengerian yang nyata, dia tidak percaya kalau dia mengatakan itu, Ethan juga tidak percaya saat dia mendengarnya kemarin namun itu kenyataannya.
Ethan menyentuh pipi Anna dengan lembut untuk merasakan kelembutan kulitnya tapi malah dia bergidik dan mencoba menghindari sentuhan Ethan.
Jantung Anna berdebar kencang, dia segera menghindari apapun yang mau Ethan coba lakukan. Ciuman hari ini adalah kesalahan, baik saat ada Leona, maupun di kantornya, dia harus bisa melawannya, Ethan tidak bisa seenaknya mencium Anna seperti itu
Seketika hati Ethan terasa panas, mengapa dia kini menolaknya, semua yang dia katakan itu nyata. Ethan tidak berbohong. Mata Ethan yang gelap menatap Anna dengan penuh emosi, napasnya hangat memburu mengenai wajah Anna lalu dia tiba-tiba melepaskan pelukannya sehingga Anna terlempar ke atas tempat tidur, lalu Ethan meninggalkannya sendirian di kamar dengan penuh amarah
Ethan langsung mengambil handphone dan menelpon Daniel. Dalam beberapa menit saja Daniel datang.
"Antar Anna pulang, lalu siapkan dokumen untuk penagihan hutang," Daniel menatap Ethan sebentar dengan pandangan bertanya, tapi lalu mengangguk cepat.
"Besok panggilkan pembersih rumah lagi. Anna muntah, oh mobilku juga perlu dibersihkan, lebih baik besok pagi, bawa mobil yang baru. Itu saja." Emosi Ethan benar-benar memuncak, jantungnya masih berdebar kencang, Ethan tidak percaya kalau Anna bisa menolaknya
"Baik, segera saya laksanakan," jawab Daniel sambil mencari Anna.
"Dia,... dia ada di kamarku," jawab Ethan pelan. Daniel kembali diam sebentar lalu mengangguk lalu berjalan menuju kamar Ethan.
Setelah terhempas di kasur begitu saja, entah kenapa Anna langsung merasa bersalah. Suara di kepalanya tiba-tiba menyalahkan dirinya. Wajahnya tadi begitu marah, bagaimana kalau Ethan jadi marah dengannya? Anna termenung sesaat, lalu berpikir, memangnya kenapa kalau dia marah? pikirannya seperti terkena racun. Sudah sepantasnya dia marah.
Anna tidak tahu yang terjadi apa, dan Ethan malah berbohong, tapi... sebenarnya Anna tidak tahu apa-apa yang telah terjadi, jadi sebenarnya Anna tidak tahu apakah dia berbohong atau tidak, tapi Anna tidak mungkin berkata seperti itu, apalagi membuka baju sampai seperti itu... sangat... sangat...tidak... masuk diakal! pikirku dalam hati, tapi kenapa perasaannya jadi berantakan seperti ini ya?
Seperti robot, Anna lalu melanjutkan pekerjaannya, mengganti sprei dan sarung bantalnya, dan menata selimut yang tadi dia sudah bawa. Sekarang Ethan dimana ya? Anna harus menepati janjinya untuk menyikat mobilnya. Namun saat Anna masih termenung, Daniel masuk dan memberi hormat kepadanya.
"Selamat malam, maaf saya di suruh Pak Ethan untuk mengantar anda pulang," ucapnya di depan pintu.
Anna menoleh ke pria kaku itu. Hatinya mencelos menyadari kalau Ethan bahkan sudah memanggil Daniel, sepertinya dia benar-benar mengusirnya. Anna menghela napas dan berdiri mendekati Daniel.
"Dia dimana?" tanyanya pelan sambil mencarinya dengan memandang ke sekeliling rumah. Rumah besar itu tampak kosong dan dingin. Dindingnya berwarna putih dengan furnitur lain berwarna gelap, benar-benar berkesan kaku. Ada foto keluarga besar di belakang sofa, ada wajah opa waktu lebih muda di sana.
Dia melangkah mendekati foto besar itu, ini adalah foto keluarga tersuram yang Anna pernah lihat. Tidak ada senyum, bahkan senyum tipis pun tidak ada. Anna menatap mama Ethan yang dia sempat singgung. Sangat cantik, rambutnya panjang sepinggang, matanya bulat dan hidungnya tinggi, tapi sangat terlihat sedih. Ada apa dengan keluarga ini? Daniel tidak menjawab dia hanya menatap tangga. Oh Ethan ada di atas ya?
Anna lalu melihat tasnya di sofa, mengambilnya lalu mengikuti Daniel keluar menuju halaman luar.
Ethan langsung menuju kamar atas, ke kamarnya saat dia masih kecil. Kamar itu masih sama, penuh dengan berbagai poster luar angkasa tertempel di dinding. Ornamen-ornamen luar angkasa berjejer rapi diatas rak, dulu itu semua adalah harta karunnya.
Dia membanting pintu dengan kesal, dasar wanita bodoh, memangnya dia siapa, bisa-bisanya menolak Ethan Samuel? lihat saja nanti akan dia buat Anna bertekuk lutut di hadapannya.
Ethan duduk di atas ranjang sambil menatap isi kamar masa kecilnya. Dia hampir tidak pernah berkunjung ke kamar ini, tetapi kamar ini bersih.
Ethan memandang ke arah jendela, apakah wanita itu sudah pergi? Dia segera keluar ke beranda. Anna pergi dengan bingung mengikuti Daniel, dia menatap ke belakang, ke arah rumah seakan mencari sesuatu yang ketinggalan, tidak ada yang ketinggalan, Ethan sudah meletakkan semua barang-barangnya di sofa, tak mungkin dia tidak melihatnya.
Udara di luar mulai dingin, semilir angin juga bertiup menerpa wajah Anna, sepertinya akan hujan, Anna terus menoleh kebelakang masih berharap muncul Ethan muncul, walau dia tidak mengerti mengapa dia mengharapkan itu, tapi kekecewaan meresap di hatinya ketika Ethan tidak ada.
Air hujan mulai membasahi bumi, tepat sekali hujan datang saat perasaan Anna berantakan seperti ini. Anna memandang langit yang mulai menangis, tanpa sengaja Dia melihat sesosok hitam di beranda atas. Hatinya segera bergetar, diakah itu, Ethan? Wajahnya tidak terlihat jelas, hanya gelap karena tertutup dengan poninya yang panjang, lalu dia bergerak seakan menyadari kalau Anna berusaha untuk melihatnya, mereka saling bertatapan untuk beberapa lama.
'Panggil aku Ethan, dan aku akan berlari menujumu?' suara aneh muncul di kepala Anna, seakan mengajaknya agar kembali kepada pria kasar itu.
Rambut Anna terbawa angin, melambai ke belakang tubuhnya, angin agak kencang, sepertinya malam ini akan hujan. Jantung Ethan seketika berdebar lebih kencang. Mengapa wajah Anna seperti itu? Mengapa dia terlihat sedih, Ethan hanya melakukan apa yang dia mau. Anna lalu masuk ke dalam mobil.
Ethan menghela napas panjang dan seketika itu juga dia merasa sepi. Rumah yang besar ini menjadi hening. Dia dengan sedih kembali masuk ke dalam kamarnya.
Anna, mengapa dia bisa melupakan apa yang terlah terjadi? hatinya tidak bisa menerimanya, bisakah orang benar-benar melupakan apa yang dia lakukan saat mabuk? Ethan selalu mengingat semuanya, bahkan yang seharusnya dia lupakan tetap dia ingat.
Tanpa sadar Ethan berjalan melalui lorong itu, lantai kayu ini berderik saat dia berjalan. Ethan menaiki tangga lagi, menuju lantai tiga, lantai dimana Ethan hampir tak pernah kunjungi dalam beberapa tahun ini, namun hari ini kakinya melangkah sendiri ke sana, menuju kamar itu.
Ethan membuka pintu kayu, bunyinya yang berderit memecahkan keheningan malam, hanya ada bunyi petir yang menyambutnya. Dan Ethan kembali melihatnya, wanita bodoh itu tergantung di sana, dengan lehernya yang putih jenjang bertekuk aneh. Matanya tertutup seperti menatap Ethan, ujung jarinya membiru, kakinya yang tergantung kaku membengkak.
Ethan mengerjapkan matanya dan bayangan itu sekejap menghilang. Ruangan itu nyatanya kosong dan gelap, hanya cahaya petir yang memberikan cahaya untuk menyinari sebagian dari ruangan. Saat hendak menutup pintu ruangan itui matanya kembali terpaku pada kursi putih yang mamanya gunakan. Kursi itu masih ada di pinggir ruangan.
Di mobil Anna memperhatikan hujan deras yang akhirnya turun, pikirannya kembali ke rumah besar namun sepi itu. Buat apa rumah sebesar itu jika berakhir kesepian?

Book Comment (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    9d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters