logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 20 Haruskah Kamu Pergi

"Tapi sebaiknya kamu mandi, kamu bau!" ucap Ethan lalu keluar dari kamar.
Ah... kalau terjadi sesuatu diantara mereka, tidak mungkin dia seketus itu, Anna menatapnya keluar sambil mencibir.
Anna lalu segera membungkus tubuhnya dengan selimut dan mengambil baju Ethan tadi ke kamar mandi dan segera membersihkan dirinya, rasanya benar-benar lengket dan memang dia bau sekali. Berarti dia tadi menggendongnya dan membawanya ke tempat tidur, padahal dia bau seperti ini. Seketika Anna menjadi malu sekali.
Saat memeriksa, Anna menemukan baju dalamnya dimasukan diantara bajunya, lagi-lagi mukanya terasa panas, cih! dasar mesum, bisa-bisanya pria itu sampai melepas pakaian dalamnya, sepertinya semuanya dalam keadaan baik, Anna segera mengenakan pakaian Ethan yang sangat besar.
Ethan segera membuat sup sederhana dengan bahan beku instan, dan memasak nasi. Sehabis mabuk sebaiknya perut diisi dengan makanan hangat.
Saat Anna keluar dari kamarnya, wangi makanan sudah menguar dan segera membuat perut Anna bergetar, Anna berjalan pelan lalu duduk di balik meja dapur. Lagi-lagi dia disuguhkan dengan punggung Ethan yang sempurna. Saat Ethan berbalik, Anna segera memandang ke sekeliling rumah.
Ethan menatap Anna yang terlihat lucu dengan kaosnya yang seperti gaun pendek untuknya.
"Sebentar, nasinya belum jadi," ucap Ethan menatap Anna yang mengangguk diam, seketika dia kembali merasa malu. Ethan menaruh mangkuk di tengah meja dapur dan segera menuang supnya. Anna memandangnya, walau sederhana sup ini terlihat lezat. Saat Ethan mengambil piring dan mangkuk, Anna segera mengambilnya dari tangannya, setidaknya dia harus melakukan sesuatu.
"Biar aku saja," ucapnya lirih lalu segera menyusunnya di meja dapur. Suasana sangat canggung karena dia hanya diam saja, tapi Ethan pun bingung untuk memulai pembicaraan. Anna merasa sangat malu, di kepalanya banyak sekali pertanyaan berkecamuk, tapi dia terlalu takut dan malu untuk bertanya. Bagaimana kalau yang dia takutkan telah terjadi?
Anna menatap Ethan sekilas. Bagaimana cara dia harus bertanya ya? Tidak mungkin dia langsung bertanya, hai Ethan, apakah kita sudah tidur bersama? Hatinya mencelos, astaga mengapa hal ini bisa terjadi padanya? Mereka makan dalam diam, Ethan pun sibuk dengan pikirannya sendiri. Kali ini Anna makan dengan lambat, sehingga Ethan selesai duluan. Saat dia berdiri mau mencuci piring, Anna menahannya
"Jangan, biar aku saja," ucapnya lalu buru-buru menyelesaikan makannya dan menghampiri Ethan. Dia mengambil piringku dan mulai mencuci. Berdiri di dekatnya membuat Ethan dapat mencium bau shampoo dan sabun mandinya. Ethan menahan dirinya agar tidak merengkuh Anna dalam pelukannya.
Anna pun juga menahan dirinya, dia bisa merasakan hembusan napas Ethan yang hangat di belakangnya, yang membuat lututnya lemas. Tak lama Ethan segera menyingkir lalu pergi ke ruang tengah dan duduk di sofa.
Anna melirik jam dinding, sudah hampir jam 9 malam, sebaiknya dia pulang dulu karena memikirkan bagaimana harus bertanya kepada Ethan sepertinya membutuhkan pemikiran yang matang.
"Ethan..., aku mau pulang," ucapnya berdiri di ujung sofa. Ethan sedang duduk dan memegang handphonenya.
"Haruskah kamu pulang?" tanya Ethan sebelum dia sempat menahan diri terkejut.
Bodoh, kenapa dia bertanya itu? umpat Ethan dalam hati, mata Anna membulat terkejut atas pertanyaannya, jelaslah dia harus pulang.
"Maksudku, ... kamu belum mengganti seprai, semua bau muntah itu, aku tidak akan kuat menggantinya karena terlalu bau!" sambung Ethan segera membela diri. Ternyata Anna diam saja dari tadi karena hanya mau segera pulang, Ethan menjadi marah, dia belum rela melepasnya pulang.
Dia berdiri lalu kembali ke kamarnya. Anna mengikutinya dengan kesal. Ethan segera memberi Anna setumpuk sprei linen polos berwarna abu-abu. Dia sendiri membawa selimut.
Anna mencibir dengan kesal, apakah dia begitu menjijikkannya sampai Ethan harus menggantinya semua? Anna lalu mulai melepaskan selimut dengan hati mendongkol, kalau dia begitu menjijikkan, kenapa Ethan membawanya kembali ke rumahnya? Kali ini tidak ada alasan, Ethan tahu rumahnya dimana kok.
"Kenapa mulutmu seperti itu?" Ethan memandang Anna dari seberang tempat tidur.
"Ga apa-apa." Anna mendengus sambil melepaskan sarung bantalnya. Ethan mendekatinya dan meletakkan selimut di tempat tidur.
"Ada apa?" tanyanya menarik pundak Anna dengan kasar, suaranya mulai meninggi, pundak Anna terasa sedikit sakit karena tarikannya yang kasar.
"Ya sudah, aku ganti!" pekik Anna marah. tapi Ethan tidak puas dengan jawabannya lalu mencari-cari tugas lain untuk Anna
"Selain ini kamu harus sikat mobilku juga!" Anna segera memandangnya dengan terkejut, Ethan menatapnya kembali dengan gaya menantang.
"Kenapa lagi?" Anna tidak mau menyikat mobil tengah malam begini.
"Kamu lupa? kamu muntah di seluruh mobilku, entah bagaimana besok aku ke kantor!" ucap Ethan dingin membulatkan matanya. Anna mengerutkan keningnya, dia muntah di mobilnya, kenapa dia tidak ingat sama sekali! Pastinya karena minuman itu, yang dia minum setelah makan darah beku.
"Siapa suruh kamu kasih aku makan darah beku!" ucapnya marah, Ethan sesaat berpikir.
"Darah beku? Hati sapi itu pilihanmu sendiri!" hardiknya kesal. Anna tidak mau kalah, memang sih dia yang pilih sendiri, namun itu karena dia yang mengajaknya kesana. Itu separuh salahnya juga, pikir Anna konyol.
"Kamu kenapa nggak menghentikan aku minum wine!" ucap Anna, pokoknya Anna tidak mau disalahkan.
Ish... bagaimana Ethan bisa menghentikannya, botol itu Anna peluk seperti memeluk bayi, sudah berhasil merebutnya saja Ethan seharusnya diberikan selamat.
"Kamu yang minum sendiri, tuang sendiri, sampai aku harus tarik botol dari kamu? kamu sama sekali tidak ingat ya? Kamu memuntahkan semua ayammu dan ayamku ke badanku!" Mata coklat muda Anna yang tadi melotot seketika meredup mendengar perkataan Ethan.
Dia menunduk kembali, menyibukkan dirinya dengan membuka sarung bantal yang dia tiduri tadi. Sejak kapan dia makan ayam! ayam Ethan juga? Ada apa dengan kepalanya sih, kenapa dia sama sekali tidak ingat? Anna baru menyadari kalau dia muntah di badan Ethan? Sepertinya dia sangat menyusahkannya.
"Oke, nanti aku sikat," ucap Anna menunduk lalu kembali melepaskan sarung bantal yang lain. Pertanyaan itu terganjal di tenggorokan, Anna menggigit bibir bawahnya. Dia menatap Ethan sesaat seakan hendak bertanya sesuatu tapi mengurungkan niatnya, jemarinya yang kecil menarik bantal keluar dari sarungnya.
"Apa?" tanya Ethan lagi. Anna mendiamkannya, Ethan masih bersemangat untuk berdebat. Ucapkan apa yang kamu mau tahu, Ethan sangat penasaran dengan apa isi kepala Anna saat ini. Tapi wanita ini malah sok sibuk dengan sarung bantal yang lain.
"Kenapa lagi?" tanyanya ulang, Anna menghela napas sambil mulai melepaskan seprai. Ethan segera mencengkram kedua pundak Anna, sudah tak sabar memaksanya untuk menatapnya. Anna menatap ke bawah masih menolak untuk menatapnya, rambutnya bergoyang ketika Ethan mengguncangnya.
"Kenapa kamu membuka bajuku! semuanya!" teriak Anna marah, dia malu sekali. Ethan terperangah dan menatap Anna dengan bingung. Dia segera melepaskan pegangan tangannya. Anna benar-benar tidak ingat, wanita itu masih menatap ke arah kasur.
"Kamu benar-benar tidak ingat?" tanya Ethan lebih mendekat kepadanya, dia sama sekali tidak ingat apa saja yang dia katakan kepadanya? Seketika hati Ethan terasa pilu.
Mendengar pertanyaan Ethan, hati Anna mencelos, mengapa suaranya menjadi seperti itu? apa yang telah terjadi? Anna menoleh dan menatap Ethan dengan wajah polosnya, bibir Anna yang berwarna merah muda mulai menggoda Ethan konsentrasinya terpecah, berulang kali dia malah memperhatikan bibirnya itu.
"Apa yang terjadi? Aku sama sekali tidak ingat!" Ethan memandangnya, muncul senyum tipis di wajahnya. Terbersit pikiran nakal di kepala Ethan, karena Anna tidak ingat sama sekali, jadi...jika mengarang cerita apapun, dia tidak akan tahu kan?
"Kamu benar-benar tidak ingat, Anna? mengapa kamu membuka bajumu? Semua itu kamu yang lakukan sendiri, tanpa aku menyuruhmu." Ethan sebenarnya tidak bohong, memang Anna yang melakukan semua itu, bahkan dia sudah membuka sebagian kancing kemejanya di depan bang Ucup.
Tapi Anna tidak perlu tahu kalau dia melakukannya tanpa Ethan lihat. Ethan tersenyum senang sambil menyentuh dagunya dengan lembut. Anna mundur pelan, seketika perutnya terasa mulas.
"Apa... memang kita... memang aku berbuat apa?" Ethan tertawa pelan. Anna tergagap membuatnya semakin yakin kalau Anna lupa.
"Kamu berbuat ini." Ethan meraih pinggangnya yang ramping dan langsung mencium bibir Anna yang terus menggodanya dari tadi. Wanita itu terkejut dan menerima ciumannya sesaat sebelum dia memberontak dalam rangkulan Ethan.

Book Comment (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    9d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters