logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 18 Ada Yang Mabuk

"Makanlah, tadi kan lapar?" Ethan menatap Anna yang masih memperhatikan Trudy pergi dengan memicingkan matanya.
"Dia itu... pacarmu disini ya?" ujarnya akhirnya mengalihkan perhatiannya kepada Ethan.
"Siapa? Trudy?" Konyol sekali dia berpikir wanita seperti itu adalah pacarnya? Melihatnya mungkin boleh, karena Ethan tetap lelaki normal tapi dia tak mungkin menjadikan wanita model seperti itu menjadi pacarnya.
"Oh Trudy namanya?" Anna akhirnya menatap makanannya dan mengerutkan keningnya, kecurigaan Ethan tadi kalau Anna asal tunjuk, terkonfirmasi, sekarang melihatnya memakan hati sapi akan menjadi pemandangan yang menyenangkan bagi Ethan.
"Iya, dia karyawan lama disini, Trudy maskot restoran ini, banyak yang datang kesini hanya untuk melihatnya," jawab Ethan sengaja memuji-muji Trudy untuk memanasi Anna.
"Oh begitu," balas Anna sok tidak peduli, dia mengambil pisau dan garpu lalu mulai memotong sepotong daging itu. Saat Ethan mengambil garpu dan pisau, Anna melirik ke arah makanannya.
"Ada apa?" tanya Ethan sambil melihat Anna yang sudah memotong dagingnya tapi belum juga memakannya.
"Kenapa hatimu ga enak?" Ethan melirik ke piringnya, tapi sepertinya Anna berpikir yang lain.
"Kenapa hatiku, hatiku ga apa-apa," ucapnya memegang dadanya sambil menatap Ethan dengan defensif. Ethan mengerutkan keningnya sambil menunjuk ke piring Anna.
"Hati itu, makananmu... kenapa belum dimakan? aku ga ada urusan dengan hatimu," jawab Ethan tak bisa menahan cengiran di bibirnya.
Anna sangat malu, wajahnya kembali memerah, memandang Ethan karena menyadari kesalahannya, lalu kembali melihat piringnya. Aish, kenapa dia ini!
"Sepertinya enak," ujarnya lalu memasukan suapan pertamanya.
Anna mengunyah pelan mencoba makan hati sapi itu, karena Ethan sepertinya tidak akan berhenti memperhatikannya kalau dia tidak memakannya,
Tapi, begitu masuk ke mulutnya, Anna langsung mual. Rasanya seperti makan darah beku, darah beku yang digoreng. Astaga apa yang barusan dia masukkan ke dalam mulutnya ini?
Ethan menuang segelas anggur merah yang sebenarnya cocok dengan hidangan hati. Anna segera merebut gelas itu dan menghabiskan langsung.
"Kenapa, bukannya kamu suka?" tanya Ethan tertawa terbahak-bahak, kali ini Ethan tidak bisa lagi menahan tawanya, wanita ini benar-benar lucu. Anna dengan kesal memutar bola matanya.
"Tukar saja!" Ethan menatap Anna dengan khawatir saat melihatnya menuang gelas kedua dan menghabiskannya, apakah tubuhnya sanggup menghadapi minuman itu sampai dua gelas?
Anna menyukai minuman itu, rasanya memang pahit di awal tapi rasanya enak di belakangnya, tapi Anna kembali mual, rasa darah dari hati tadi muncul lagi, Dia segera menuang dan meminum cairan merah itu lagi. Kini perutnya terasa panas, Anna dalam hati berpikir apa yang telah dia minum?
Ethan masih mentertawakan Anna yang langsung mendorong makanannya. Anna memperhatikan lesung pipinya yang dalam segera muncul, tampan sekali, Aneh perasaannya menjadi lebih ringan, restoran ini menyenangkan, pemandangannya juga enak
"Rasanya aneh sekali!" Anna protes sambil memicingkan matanya, Ethan lalu memberikan piringnya kepadanya.
"Nih ayam." Anna menatap Ethan dengan curiga, seperti ada perdebatan dalam kepalanya ingin menolak tapi tak bisa melanjutkan untuk memakan hatinya. Akhirnya Anna menarik piring Ethan dan menyerahkan piringnya.
"Aku nggak mau makan itu!" ucap Ethan menolak, mencium baunya dia sudah mual. Ethan segera memencet tombol di pinggir meja.
"Makanlah, perut kosong kalau minum itu nggak baik." Ethan menunjuk botol, mata Anna mengikuti arah telunjuknya.
"Tapi aku nggak akan mabuk, dulu Raka pernah memberikanku bir, aku kuat minum dua kaleng." Anna bercerita dengan bangga. Ethan mendengus dengan kesal mendengar nama orang itu.
Anna merasa kepalanya menjadi ringan, dia merasa agak melayang, lalu mulai memakan ayam panggang Ethan dengan lahap, dan bahkan berani untuk menuang segelas anggur lagi.
Ethan memperhatikannya, mungkin memang dia kuat minum minuman keras.
Tak lama, makanannya datang dan mereka segera makan dalam diam. Dalam sekejap makanan Anna habis, pipinya agak merah, Anna tiba-tiba jadi senyum-senyum begitu. Ethan melirik ke gelas yang sudah kosong di sebelah Anna. Dia sudah minum gelas ketiga, sudah pasti dia agak mabuk.
"Eh kamu nggak mau ayammu? buatku ya?" lalu tanpa menunggu jawaban Ethan dia langsung mengambil ayam itu dan memakannya segera.
"Ayamnya enak, dia tersenyum memperlihatkan seluruh isi mulutnya, matanya sayu. Ethan mendengus kesal, Apanya yang kuat? minum baru 3 gelas wine sudah mabuk. Ethan tersenyum kepadanya.
"Kamu tuh jangan senyum-senyum begitu." Anna menunjuk Ethan setelah menelan potongan ayam terakhir. Dia lalu mau menuang anggur lagi namun tumpah, dia tertawa, Anna benar-benar mabuk sekarang.
"Yah... tumpah," ucap Anna lalu segera meminum sisa anggur yang ada di gelasnya, Ethan mencoba menarik botol dari tangannya, sudah cukup dia minum hari ini.
"Jangan, ternyata rasanya enak ya ini." Dia tertawa terkikik sendiri, Ethan tak bisa menahan senyumnya. Wanita ini lucu sekali kalau mabuk. Anna jadi lebih banyak tertawa, lebih terbuka dan yang Ethan paling suka adalah, pandangan matanya yang selalu menatap dirinya, dia tertawa, tersenyum, melirik, hanya untuknya.
"Sudah, kamu sudah cukup minumnya," Ethan menarik botolnya sambil tersenyum kepadanya. Anna mengangkat telunjuknya lalu menunjuk Ethan, dia lalu menekan pipinya dengan ujung jarinya.
"Jangan senyum-senyum, lesung pipimu terlalu menggemaskan," ujarnya sambil menggigit bibir bawahnya. Anna semakin mencondongkan dirinya sampai wajahnya berada di depan wajah Ethan, jantungnya langsung kembali berdebar kencang. Mata Anna yang kecoklatan menatapnya sayu, lalu dia berdiri dan menatap pria di sebelahnya.
Ethan langsung menjaga Anna agar dia tidak jatuh. Ternyata Ethan baik juga, pikir Anna kagum, dia lalu menunduk dan memperhatikan wajah Ethan yang sempurna.
"Kamu tahu kan, kalau kamu tuh ganteng," ucapnya mendesah, Anna semakin meracau, dia memandang Ethan lalu memegang wajahnya dengan kedua tangannya namun badannya mulai goyah. Ethan segera berdiri dan meraih tangannya dan segera menariknya ke mobil. Kalau dia sampai tertidur disini, jarak antara meja ini dan ke mobil cukup jauh, membayangkan harus menggendongnya lagi sudah membuatnya letih.
"Eh kita mau kemana? Dadah Trudy?" seru Anna melambai kepada Trudy yang terkejut karena Ethan segera membawanya ke mobil.
Anna melihat wanita itu tersenyum masam kepadanya, ada kepuasan tersendiri muncul di hatinya, hehehe Ethan miliknya, tak seharusnya kamu menggodanya, dia itu tunangannya loh, tunangan dari bayi, kamu tuh ga ada kesempatan.
Ethan membawa Anna. ke mobilnya dan mendudukannya kembali di kursi penumpang.
"Kamu kalau mabuk bawel yah!" seru Ethan kesal. Anna terkikik,'ih siapa bilang aku mabuk, aku sadar kok,' Ethan lalu menyalakan mesin tapi segera mengumpat pelan ketika teringat Anna belum memakai sabuk pengaman. Dia segera melepaskan sabuk pengaman dan mendekatinya untuk memasangkan sabuknya.
Anna memandang Ethan yang semakin mendekatinya, apa dia mau menciumnya lagi, ah Ethan nakal, hari ini kita sudah ciuman dua kali loh, tapi Anna juga masih mau cium dia lagi. Anna lalu menyentuh wajah Ethan yang sangat dekat dengannya, menelusuri rahangnya yang kokoh dengan jari telunjuknya, lalu bibirnya, bibir Ethan yang sangat menggairahkan.
"Tunanganku ganteng sekali," Anna menarik Ethan untuk merasakan bibirnya. Rasanya Lembut dan kenyal, Anna meraih rambutnya yang panjang yang dari tadi membuat Anna gemas. Hidungnya yang mancung beradu dengan hidung Anna.
Awalnya Ethan terkejut karena ucapannya, barusan, tapi sekarang dia terlalu sibuk memikirkan betapa lembut bibir Anna yang bergairah menciumnya. Mata Anna segera menutup dan berserah pada ciuman Ethan yang melumat bibirnya, ah nikmat sekali.
Ciuman Ethan membuat Anna semakin melayang. Anna menarik kerah baju Ethan, agar dia bersandar kepadanya, Anna merasa panas, bahkan desahan napas Ethan membuatnya sangat bergairah. Berciuman dengannya membuatnya merasa seksi sekali.
Anna terus mencium Ethan dengan mesra, ciumannya benar-benar berbeda, tanpa ada batas, dia benar-benar mencurahkan dirinya hanya untuk Ethan. Bibir Ethan mulai menjelajahi leher dan tengkuk Anna. Ia mengerang, menikmati ciuman Ethan di lehernya yang jenjang. Anna tertawa geli saat Ethan menyesap pangkal lehernya mengacak-acak rambutnya.
"Bibirmu berbahaya," desahnya tertawa lalu dengan gemas menggigit pelan bibir bawah Ethan. Dia yang berbahaya, Ethan begitu bergairah sehingga sepertinya dia tak bisa menahan dirinya lagi. Tapi tiba-tiba Anna mual, dan dia langsung mendorong Ethan dengan kasar tapi tidak sempat sehingga Anna memuntahkan semua makan siangnya ke kemeja dan celana Ethan.

Book Comment (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    9d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters