logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 12 Di Dalam Pelukannya

"Ah... aku,... itu ada nasi, aku... ya sudah aku cuma mau bantu." Seketika Anna langsung menyesali perbuatannya. Anna segera mencuci piring, dan dia berdiri terpaku di sebelahnya tanpa berkata apa-apa. Anna lagi-lagi tidak mengerti kenapa setiap hal yang dia lakukan membuatku kikuk, tangan Anna sebenarnya tidak sesakit itu, tapi dia begitu terkejut dengan gerakan kasarnya kepadanya.
Sepertinya Anna menjadi marah, perasaan Ethan seketika menjadi tidak karuan, mungkin dia terlalu kasar kepadanya. Anna hanya diam melanjutkan mencuci piring. Ethan tidak tahu harus bagaimana, sehingga hanya diam di sebelahnya. Keheningan menyiksanya, dia harus berbicara sesuatu, apa saja…
"Kamu sih tiba-tiba," ucap Ethan membela diri tapi Anna tidak berkata apa-apa. Dia hanya melanjutkan mencuci piring dengan diam. Ethan masih berdiri dengan kepala tertekuk di sebelah Anna dengan canggung.
"Tanganmu ga apa-apa kan?" tanya Ethan lagi setelah memutar otak, tapi Anna tetap saja diam. Anna kesal dan malu sekali. Saat Anna menaruh piring di tempatnya, Ethan menarik Anna dengan tidak sabar menghadapnya.
"Ga usah marah, gitu aja marah." Anna semakin kesal karena malah dituduh marah. Anna sedari tadi diam. 'dia yang bicara terus kok!'
Anna melepaskan dirinya dari pegangan Ethan lalu keluar dari dapur. Ethan segera mengejarnya. Sesampainya di ruang tengah Anna segera mengambil tasnya dan bersiap ke kantor, tiba-tiba ada rasa ketakutan masuk dalam hati Ethan, Anna akan meninggalkannya juga, seperti Opa.
Ethan segera menariknya kali ini begitu kencang sehingga Anna terpelanting masuk kedalam pelukannya dengan kasar.
'Jangan pergi, jangan... kamu jangan tinggalkan aku juga.' Alam bawah sadar Ethan berkata.
Tangan Anna agak sakit karena tarikannya yang kasar, tapi anehnya jantungnya berdebar sangat kencang
"Maaf," ucap Ethan sambil mengelus rambut Anna dengan lembut. dia mendekap tubuh mungilnya dalam pelukannya. Anna terdiam dalam pelukannya, dia menghembuskan napasnya yang tertahan.
Ethan begitu mengejutkan, Anna terpana sesaat dalam pelukannya, dan menghirup aroma tubuhnya yang mulai Anna hafal.
Jantung Anna berdebar kencang sekali sampai mau lepas rasanya.
"Ih apaan sih!" ucapnya dengan wajah memerah, dia segera mendorong tubuh Ethan dan menjauhinya. Ethan juga bingung mengapa dia jadi begitu emosional. Ethan seperti menjadi bukan dirinya karenanya.
"Mah, aku pergi yah!" teriak Anna tiba-tiba, sengaja untuk menghilangkan kecanggungan yang ada. Mamanya segera muncul dengan baju bagian bawah separuh basah, dia tersenyum kepada Ethan.
"Bagaimana, suka nggak masakan tante, kalau kamu suka datang sering-sering yah." Dia mendekati dan menepuk punggung Ethan yang segera menghindari tepukkannya. Anna menatap dengan kesal. Ethan heran mengapa semua orang di rumah ini senang menyentuh orang lain.
"Terima kasih," jawab Ethan dengan sopan
"Baik, kami permisi," ucap Ethan seraya mendorong Anna keluar. Dia langsung menghindarinya dan berjalan lebih cepat ke depan.
"Anna!" panggil Ethan, rambutnya berayun dimainkan angin karena dia berjalan cepat meninggalkan Ethan di belakang. Tiba-tiba ada motor besar menghampirinya di pinggir jalan, Ethan segera mempercepat langkahnya.
Pria itu memberikan helm kepada Anna, hatiku tak enak, saat Ethan sampai di sebelahnya, dia segera menarik Anna menjauhi pria itu dengan posesif. Ethan memandang pria berhelm itu, sepertinya ini Raka, pria yang ada fotonya di handphone Anna. Pria itu terkejut atas kedatangan Ethan. Dia menarik kembali helm yang dia sodorkan tadi.
"Apaan sih kamu!" teriak Anna marah, matanya membulat menatap Ethan. Tapi Ethan mengacuhkannya.
"Kamu berangkat kerja bersama aku, kita butuh bicara." Ethan menatap Anna mengancam namun sebenarnya hatinya berharap dia memilihnya.
"Oh, kamu dah ada yang antar, oke kalau. begitu aku pergi duluan ya," ucap pria itu lalu melaju dengan motornya itu dengan cepat sebelum Anna sempat berkata apa-apa.
"Raka!" panggil Anna dengan percuma, lalu dia menatap Ethan dengan kesal. Ethan memandangnya kembali tanpa rasa bersalah. Ethan sudah mengatakan dari tadi kalau dia mau bicara, lagi pula, Ethan tidak suka dia bersama lelaki itu. Ethan lalu segera menariknya ke mobil, tapi Anna bertahan.
"Ayo!" Ethan menarik tangan Anna lagi.
"Mau ngomong apa sih, disini aja!" dia menghentakkan tangannya yang Ethan pegang.
"Ada, ... kita masuk mobil dulu deh," ujarnya sambil menggiring Anna masuk mobil. Dia menatap Ethan sebentar tapi kali ini menurut.
"Ada apa? aku harus kerja." Dia mengenakan sabuk pengamannya. Ethan tidak menjawab tapi langsung menyetir meninggalkan daerah perumahannya.
Anna sendiri tampak sederhana dalam seragam kantornya, atasannya berwarna biru muda, celana panjangnya berwarna biru tua. Ethan tidak pernah menyangka, jika baju seragam sederhana seperti ini bisa membuatnya tampak cantik tanpa berusaha.
"Ada apa?" tanya Anna merasa risih karena pandangan Ethan yang menyelidik terus menerus.
"Apanya?" Ethan menjawab sambil membuang mukanya.
"Kamu, ...kenapa terus melihat ke arahku?" Anna kini yang memperhatikan Ethan, pria itu hari ini terlihat lebih pucat, di bawah matanya berwarna gelap, poninya selalu menutupi sehingga Anna gemas ingin menepisnya. Tapi hidung mancungnya dan bibirnya selalu membuat Anna terbius saat menatapnya.
"Ih, ngapain!" dia melirik tajam. Anna tahu dia melihat ke arahnya, dari tadi dia memperhatikannya dari spion.
"Di belakang, ada tas mu." Anna segera melihat ke belakang dan mengambilnya.
"Kok putus?" tanyanya dengan ketus.
"Ketarik." Ethan menjawab asal.
"Kok bisa?" Dia memandang dengan sedih tasnya yang rusak, lalu segera mengambil handphone-nya.
"Yah dah mati," ujarnya sedih begitu melihat handphonenya yang mati. Ethan dalam hati bersyukur karena dia jadi tak bisa menghubungi Raka-nya itu.
"Eh kita mau kemana? aku harus kerja!" ulang Anna lagi.
"Kamu sekantor ya... sama yang tadi?" tanya Ethan kesal karena Anna terus menyebutkan kerja, seperti hanya dia yang harus ke kantor.
"Iya, makanya kami biasa berangkat bareng, kalau ga ada kamu tadi sok ngelarang," ucapnya kesal.
"Aku kan mau bicara!"
"Ya udah bicara, dari tadi bilang mau bicara tapi nggak bicara-bicara." balasnya ketus. Ethan kesal karena ternyata Anna masih memikirkan pria yang tadi. Apa hebatnya pria tadi sih?
Anna merasa bersalah dengan Raka, seharusnya dia langsung naik tadi, dan tidak membiarkan pria ini menariknya naik ke mobil. Anna menggertakkan giginya dengan kesal.
"Ga bisa di mobil begini, kamu harus tanda tangan sesuatu," ucap Ethan juga mulai kesal.
"Tanda-tangan apa lagi?" tanyanya dengan suara semakin tinggi.
"Warisan!" hardik Ethan kesal.
Anna menatapnya kesal, kenapa dia jadi membentaknya? Ethan yang datang tiba-tiba ke rumah, memaksanya masuk ke mobil, dan sekarang saat dia bertanya Ethan malah marah-marah, dasar menyebalkan!
"Apa kamu bilang?" tanya Anna menatap Ethan bingung.
"Warisan, tanda-tangan warisan!" jawab Ethan ketus. Anna bingung mengapa dia harus ikut tanda-tangan? Apakah ini maksudnya dia mendapat warisan dari Opa Jacob?

Book Comment (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    10d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters