logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Sitija Dan Yadnyawati

Kayangan ekapratala tempat tinggal Batara Ekawarna dan putrinya Dewi Pratiwi. terletak di sebelah utara Gunung Jamurdipa atau kayangan suralaya tempat bersemayamnya para dewa dan dewi. tampak sangat indah terlihat dari kejauhan diselimuti oleh pohon -pohon besar dan banyak jenis tumbuhan dan hewan bermukim disana
Tiba -tiba ada sesosok bayangan seperti seekor burung raksasa memutari kawasan hutan ekapratala.burung elang sebesar gajah terlihat diatas langit. dipunggung sang burung duduk dua sejoli yang memadu kasih dengan mesra
Tak terasa matahari tenggelam langit yang semula cerah berubah menjadi merah semu. menandakan hari akan gelap. Sitija dan Wilmuna sudah sampai di istana ekapratala. Burung raksasa itu mengepak -ngepakkan sayapnya sambil memekik kencang mendekati pintu gerbang istana. tampak dua orang wanita cantik menunggu di depan pintu masuk. yang satu berusia separuh baya dan yang satunya masih sangat muda. keduanya memakai pakaian laksana seorang ratu dan putri seorang raja. mereka berdua adalah Ibu dan adik kandung dari Raden Sitija. Dewi pratiwi dan Rara siti sundari
"Ngger segera kandangkan Wilmuna....."perintah Dewi pratiwi kepada Sang anak laki -laki semata wayangnya itu
Wilmuna mendarat persis di depan sang ibu dan sang adik lalu sitija bergegas turun dari punggung sang burung kesayangannya sembari bersimpuh dan menyatukan kedua tangannya seraya menghormat
"Sendiko dawuh kanjeng ibu..."
sang ibupun mendekati Sitija dan menepuk bahu nya sembari mengangkat tubuh sang anak dengan memegang kedua lengannya. dan mengusap rambut putra kesayangannya itu
"kandangkan Wilmuna Ngger ada Ramamu di dalam istana, lalu bersihkan tubuhmu ada seorang tamu penting yang datang dari jauh ingin menemuimu.."
"Siapa dia kanjeng Ibu?"
"Sudah....sana pergi"kata sang dewi sambil mencubit pipi putranya dan memberi tanda dengan ayunan tangannya
sang putrapun tersenyum sembari menyatukan kedua tangannya lagi. ..
"Ayo Wilmuna. ..."katanya sambil menepuk nepuk leher elang raksasa itu
"kau istirahat dulu..."
Burung itu mengikuti langkah tuannya sambil mengangguk -anggukkan kepalanya dan bersuara seperti burung tekukur. ..
setiba di sebuah istal istana yang merupakan kandang dari Wilmuna. Sitija dikejutkan oleh seseorang berpakaian serba hitam dengan lambang bintang kejora didadanya dialah Gatotkaca yang berdiri menghadang Raden Sitija
"Rupanya Bangsat ini tamu istimewanya!"bentak Sitija
"Aku kesini disuruh menemui kau bajingan"kata gatotkaca
"begitu rupanya Guritno si bangsat....datang sludar sludur pulang dari rumah orang tanpa pamit....!"
"aku pamit sama Bibi Dewi bajingan...!"kata Gatotkaca yang dipanggil dengan nama kesayangan dari sang ibu
lalu tanpa terasa tawa terbahak -bahak keduanya pun pecah
lalu merekapun saling berpelukan sambil terus tertawa cekikikan
"kau tetap seperti dulu Si bangsat guritno...Hhha...hha..hha"ucap Sitija sambil tergelak
"jangan kau pura -pura datang kemari barusan"
"kau juga suka pura-pura datang ke istanaku sambil bertanya yang aneh-aneh pada kanjeng ibuku"jawab gatotkaca sambil tersenyum terkekeh -kekeh
"kakang Sitija aku hanya bisa tersenyum dan tergelak bila bersamamu"sambungnya
"aku mau bertanya padamu adi guritno?"
"ada perlu apa kanjeng ramaku datang bersama kamu?"
"aku tidak bisa bercerita sekarang biarkan paman narayana sendiri yang berbicara dengan kakang"
"apakah itu sangat penting?"
"nanti saja kakang"
"ternyata dari dulu sampai sekarang kau tidak berubah Dimas kau selalu suka menyimpan rahasia"
"Kakang jangan mempermasalahkan masalah yang lalu"
"Hha.....hha.....Ha....apakah kau pernah punya masalah denganku Dimas"
"Tidak "
"Aku hanya mengerjaimu.....Hha.....hha....hha"kata. sitija sembari menampar halus pipi gatotkaca
Gatotkaca merasa aneh dengan pipinya dia menyentuh dan membauinya
"Keparat bajingan Sitija...ini Tai wilmuna"lalu mereka berdua berkejaran seperti anak kecil. Wilmuna yang ada dibelakangnya juga berjingkrak -jingkrak mengikuti seakan juga merasakan kegembiraan keduanya
Tampak dari kejauhan Sri khrisna bersama Dewi Pratiwi tersenyum "Mereka berdua setiap kali bertemu tidak akan pernah menjadi dewasa padahal yang satunya sudah menjadi narendra bahkan punya momongan"kata sang dewi dengan merebahkan kepalanya di bahu sang narayana
"biarkan saja Dinda toh mereka tetap saudara"jawab sang narendra narayana tersenyum sembari mengajak istri pertamanya masuk ke peraduan .....langit pun mulai redup bintang -bintang bertebaran bulan keluar dari peraduannya menunggu matahari tiba esok hari
...
Setiap pagi hari Raden sitija selalu berada dikandang Wilmuna dia membawakan daging Rusa hutan segar. dan dia juga selalu membawa makanan buat sarapan bersama sahabat burung raksasanya itu. tapi hari ini berbeda dia juga mengajak Guritno atau Raden Gatotkaca makan di dalam kandang
"hei Wilmuna apa kau sudah lapar...!!"teriak Sitija ketika baru Masuk di pintu istal.
"Aku bawa makanan untukmu"sambungnya sambil menghempaskan Rusa hutan besar didepan Wilmuna. dan Wilmuna hanya mengangguk -angguk mengeluarkan suara seperti burung tekukur. ..lalu mencabik -cabik isi perut sang Rusa. disebelahnya Raden Sitija dan Raden Guritno terduduk mereka membawa bekal yang mereka ambil di ruang makan istana.
"apa dia setiap hari makan daging rusa?"kata Raden guritno
"iya memang Wildata makan apa, ?"
"kasihan kalau Kakangmu setiap hari makan rumput Wilmuna....dia tidak akan jadi Garuda yang gagah seperti kamu, apa kau buat kakak Wilmuna jadi burung pipit raksasa"
"Hha.....hha.....ha....ya tidak kakang,"
"lalu kau beri makan apa?"
"daging kuda....."katanya sambil berbisik
"memang dapat dari mana daging kuda. pringgodani itu tempat para raksasa.....bukan tempat peternakan kuda..."
"lah memang ekapratala juga bukan peternakan Rusa"
"itu rusa hutan"kata sitija sambil melahap paha ayam bakar kesukaannya
"aku beternak di halaman istana"sahut guritno tak mau kalah
"berapa banyak kudamu? "
"10Ekor....."
"itu kan buat sepuluh paling tidak limabelas hari"
"kadang sisanya aku nyolong di kademangan jodhipati....."
"kamu nyolong kuda milik bawahan kanjeng ramamu?"
guritno atau raden gatotkaca mengangguk
"bagus....."kata Sitija sambil memberi jempol pada. adik sepupunya itu
"kapan-kapan ajak aku ya...bangsat guritno"
"iya sang bajingan Sitija"
guritno mengangguk lagi lalu mereka berdua tertawa cekikikan. .....
"ngger kalau kalian sudah makan pergi ke aula utama "ada suara perempuan yang ternyata dewi pratiwi sudah berada di depan pintu istal istana
"baik ibu"
"baik bibi"jawab Sitija hampir bersamaan dengan guritno. .
"cepat ngger eyang kakung,dan kanjeng ramamu menunggu"kata sang dewi sambil berlalu meninggalkan mereka.
"sebaiknya aku segera pamit kakang"ujar gatotkaca
"ada apa adi guritno,kenapa kau selalu buru-buru"
"karena sebentar lagi ada rombongan dari kerajaan jangkarbumi menuju suralaya..."
"apakah ada adi anantareja disana"
"iya bersama eyang anantaboga....."
"baiklah adi ku yang bangsat pergi saja dan jangan pernah kesini lagi"
"baiklah kakangku yang bajingan...."sahut Gatotkaca sambil tersenyum dan berlalu dari Sitija dan sesekali dia berhenti dan mengelus -elus leher Wilmuna
"hei Wilmuna kau punya Tuan yang brengsek dan lagi seorang bajingan....hhha....hha...hha"katanya sembari terbang melesat tinggi. ...
"dasssaarrrr..... adik bangsat...awas kau"jawab Sitija sambil mengepalkan tangannya kearah gatotkaca
sementara gatotkaca masih terbang dengan terkekeh-kekeh. ...terlihat dari kejauhan dia menghormat pada dewi pratiwi lalu melintas, melesat meninggalkan ekapratala. .
"setiap hari ketika bibi habis mandi di air terjun aku selalu menjemput bibi....."ungkap sang lelaki
" Sitija kenapa kau selalu menggodaku..."jawab sang perempuan sambil menggelayutkan tangannya dan mengusap pipi laki -laki yang dipanggil Sitija itu
"karena aku suka melihat kecantikanmu....bibi yadnyawati..."
"Tunggu bibiku sayang aku akan menghentikan perjalanan ini dulu kita beristirahat sebentar"
"Wilmuna Turunkan kami didekat air terjun itu...!!"
itu ternyata Nama Burung Raksasa tunggangan mereka Burung itu lalu memekik dan menukik seraya berputar -putar menurun menuju arah yang ditunjukkan oleh Sitija setelah menurunkan kedua sejoli itu. Sitija lalu memberi tanda agar Wilmuna pergi untuk berburu rusa hutan kesenangannya. lalu mereka berdua bermain diatas air yang beriak seperti dua orang anak kecil. sampai lelah menghampiri keduanya hingga mereka terduduk berdua sambil berpegangan tangan
"Sitija aku. ....sebetulnya aku juga mencintaimu tapi apakah kita sadar bahwa perbuatan kita ini tercela dan akan ditentang oleh semua penghuni kayangan"
"aku tidak perduli bibi suatu sa'at nanti aku akan melamarmu di depan Eyang. Batara Guru..."
"Tapi ibuku tidak menentangnya..."
"Ya aku paham jika Kakang mbok pratiwi tidak menentang hubungan kita, tapi aku selalu menghindar dari kakang mbok urwasi, kakang mbok warsiki dan para bidadari lainnya...hanya untuk menemuimu"jawab yadnyawati sambil matanya berkaca -kaca sembari memeluk Sitija. Sitija menghembuskan nafasnya dalam -dalam sambil mengelus rambut kekasihnya itu.
"Sitija seandainya seluruh Dewa tidak merestui hubungan kita, berjanjilah padaku apa kau mau tetap mencintaiku. ... meskipun aku menunggumu nanti di swargaloka"
"iya bibi yadnyawati aku berjanji "jawab Sitija
Tiba terdengar pekik wilmuna telah kembali hinggap diatas Batu besar di dekat air terjun
"Hei Muna apa kau melihat semuanya....."
"apakah kau sudah kenyang?"
Burung Raksasa itu hanya mengangguk -anggukan kepalanya sambil sesekali mengeluarkan suara seperti Burung tekukur
lalu Dewi yadnyawati melepaskan pelukannya sembari mengusap air matanya
"ayo kita pulang..."kata Sitija sambil menarik tangan kekasihnya seraya berlari kecil dan membopong tubuh kekasihnya menaiki Burung elang Raksasa yang bernama Garuda Wilmuna. ..lalu mereka bertiga pun terbang meninggalkan tempat itu. .....
"aku akan mengantarkan bibi di tempat biasanya?"
Dewi yadnyawati hanya mengangguk manja sambil terus memeluk kekasihnya itu
sang garuda melesat terbang dengan kecepatan tinggi menuju Gunung jamurdipa hingga sampai di sebuah tempat yang ditumbuhi banyak tanaman merambat lalu mereka bertiga berhenti disana
dan Sitija turun terlebih dahulu kemudian kembali membopong turun tubuh kekasihnya.
"aku pamit sitija"ujar yadnyawati
"tunggu dulu,aku lupa sesuatu "Kata Sitija sambil mengeluarkan sesuatu dari balik belakang celananya yang ternyata adalah sepucuk mawar hutan yang sudah tak bertangkai panjang
"biarkan aku menyelipkan ini disela-sela rambutmu bibi"
lalu Sitija menyelipkan mawar hutan itu diantara rambut disela -sela telinga kiri kekasihnya.
"sudahlah sayang aku mau pergi"
"iya pergilah. ...."kata Sitija sembari tersenyum dan beranjak dari tempat itu lalu menaiki punggung wilmuna
dan yadnyawati melangkah kedepan tanaman rambat itu lalu dia menyatukan kedua tangannya sambil mengucap mantra tapi terdengar sangat lirih tiba -tiba tanaman rambat itu membuka dengan sendiri terlihat semacam pintu kembar lalu sang dewi masuk didalamnya sembari melambaikan tangannya. Sitija membalas lambaian tangan kekasihnya sampai akhirnya tanaman itu menutup kembali.
"Ayo, Wilmuna Kita pulang sekarang...."seru Sitija sambil menepuk leher Wilmuna. Dan Wilmuna pun Terbang melesat tinggi meninggalkan Jamurdipa menuju ekapratala.

Book Comment (487)

  • avatar
    ChannelM.H.S

    Terimah kasih

    06/08

      0
  • avatar
    YansyahArdi

    bener an bisa di tarik gaess

    29/07

      0
  • avatar
    Marina Nurasyifah

    sangat bagus ceritanya

    29/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters