Malam ini, Derrick berhasil membuka sebuah pameran perhiasan dari perusahaan yang dikelolanya. Tentu, bukan hal yang mudah mencapai pada titik tersebut. Dan Sean bangga dengan orang kepercayaannya itu. Banyak tamu yang hadir dan tak sedikit yang ingin membeli perhiasan-perhiasan didalam kotak kaca disana.
"Congratulation, Mr. Derrick." Bangga Sean menaikkan sedikit gelas anggurnya sebagai penghormatan. Senyum lebar pun terukir di wajah tegas Derrick. "Semua ini karena anda, Mr. Sean." Jemari-jemari Sean yang menggenggam gelas anggur itu, mengangkat jari telunjuknya dan berkata. "Emph-emph. Aku tidak melakukan apa-apa. Semua ini karena kerja keras mu. Good job." "Terima kasih." "Kamu harus mentraktir ku minum kali ini." Canda Sean membuat Derrick tersenyum lebar. "Tentu. Apapun yang anda inginkan." Jawab Derrick penuh rasa hormat. Ditengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba ada suara yang cukup mengejutkan keduanya, khususnya Derrick. "Romeo?" Tegur Juliet tanpa ragu memanggil Derrick dengan sebutan itu. Tentu saja, seketika mata Derrick membulat ketika melihat Juliet berjalan mendekat kearahnya. Sementara Sean dengan rasa penasaran memperhatikan gadis itu lalu berganti menatap Derrick. Setelah Juliet berdiri tepat dihadapan mereka berdua, Sean kian penasaran sebab gadis tersebut menatap Derrick dengan mata berbinar-binar. "Hai." Sapa Juliet, namun Derrick tidak merespon, ia justru terlihat acuh dan dingin. Juliet tidak mempermasalahkan sikap itu, ia pun malah dengan percaya diri bertanya. "Apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu ingin membelikan ku salah satu perhiasan disini juga?" Juliet blak-blakan tanpa ada filter. Ingin sekali rasanya menarik tangan gadis itu dan mengusirnya dari sini. Tetapi itu tidak mungkin. Apalagi ada Sean disini. Ia pun hanya bisa menarik napas dalam-dalam dengan tatapan menahan emosi. Mendengar pertanyaan tersebut membuat Sean menjadi penasaran dan ingin tahu siapa gadis yang membuat Derrick tidak berkutik sama sekali. Lalu ia menoleh kearah Derrick dan bertanya. "Apa kamu mengenal gadis ini, Mr. Derrick?" Oh God. Sepertinya situasi sudah tidak bisa dikendalikan lagi karena bos-nya sudah angkat bicara. Tentu, Derrick tidak bisa diam jika Sean yang bertanya dengannya. Kemudian dengan canggung Derrick menundukkan kepala sekali. "Ya." Jawabnya singkat dengan melirik kesal kearah Juliet. Senyum tipis yang tak terbaca itupun terukir di wajah tampan Sean. Dan Derrick sadar akan hal tersebut. Melihat ada yang bertanya tentang dirinya kepada Derrick, Juliet pun langsung memperkenalkan diri kepada Sean dengan senyum manisnya. "Maaf. Saya belum memperkenalkan diri. Saya Juliet." Tangan kanannya menjulur ke depan berniat mengajak Sean berjabat tangan. Mata Sean sesaat melihat uluran tersebut, lalu membalasnya dengan baik. Sementara gadis itu semakin melebarkan senyumnya. "Sean." Balasnya memperkenalkan diri sembari melirik Derrick dengan penuh rasa penasaran. "Halo, Mr. Sean." Sapa Juliet kemudian melepas jabatan mereka. Matanya melihat Derrick lalu berkata. "Dan dia, Romeo ku." Tanpa sungkan, Juliet memperkenalkan Derrick dengan sebutan tersebut. Sean seketika menengok kagum melihat Derrick yang justru langsung melempar pandangan tidak sukanya. "Romeo, huh?" Tanya Sean dengan senyum misteriusnya. Derrick berniat memprotes tetapi Juliet sudah dulu mengeluarkan suaranya. "Yes, Mr. Sean. My Romeo." Nada Juliet seolah-olah sudah mengeklaim bahwa itu benar. "I am not Romeo." Tekan Derrick dengan nada yang tertahan. Sementara Juliet tidak menggubrisnya, ia malah tersenyum manja disana. Melihat situasi yang tidak serasi ini, Sean kemudian menepuk pelan salah satu bahu Derrick sembari memperjelas lekuk bibirnya yang berkata 'Its ok' tanpa bersuara. Mungkin maksud sikap Sean untuk meredam emosi yang tertahan dalam diri Derrick. "Katakan padaku, Juliet. Dengan siapa kamu datang kesini?" Sean mencoba mencairkan suasana. "Papi ku." Jawab Juliet cepat. Sean manggut-manggut sembari sesekali melirik Derrick yang tak merespon sama sekali. "Dimana sekarang dia?" Juliet menengok ke kanan kiri lalu menjawab. "Mungkin papi sedang sibuk mencari kado untukku. Anda tahu, lusa ulang tahunku. Jadi, papi ajak aku kesini untuk mencarikan kado yang cocok untukku." Bibir Sean membentuk huruf O sebelum akhirnya melirik Derrick yang masih saja acuh disampingnya. "Aku ucapkan selamat, Juliet." "Tapi Mr. Sean, saya ada sedikit masalah." Sela Juliet "Katakan." Sean seolah-olah sangat berantusias mengorek-ngorek lebih dalam tentang gadis didepannya ini. "Apa dia tipe cowok yang tidak menepati janji?" Juliet melirik kearah Derrick yang diikuti Sean.
"Of course not." Jawab Sean jujur. "Tapi kenapa dia tidak mengajakku kencan? Padahal dia sudah janji denganku." Tandas Juliet begitu pintar mengendalikan situasi. Oh, dasar. Gadis tukang cari kesempatan. Geram Derrick dalam hati yang sudah bersumpah serapah didalam sana. Mata Sean seketika menatap penasaran Derrick. "Kencan?" "Mr. Sean, ini tidak seperti yang anda pikirkan, dia-" "Janji tetap janji, Mr. Derrick." Potong Sean membuat Derrick mati kutu. "Ok, Juliet. Sebagai permohonan maaf atas perlakukan Mr. Derrick. Apa yang bisa aku lakukan untuk gadis secantik kamu?" Tawar Sean begitu sopan. Juliet tidak langsung menjawab. Kesempatan emas ini benar-benar tidak akan di sia-siakan. Ia harus berpikir matang-matang tentang hal apa yang paling ia inginkan sekarang. Dan setelah beberapa detik kemudian barulah ia mendapat ide. "Aku ingin dia datang ke pesta ulang tahun ku." Serunya begitu bahagia. Dan tanpa banyak berpikir, Sean pun setuju. Lalu ia menengok kearah Derrick yang sedang menatap kesal kepada Juliet.
"Kamu dengar itu Mr. Derrick." "Tapi Mr. Sean, itu-" "Apa salahnya datang ke pesta ulang tahunnya?" Potong Sean. "Tidak Mr. Sean, kita ada janji untuk-" "Kamu juga sudah berjanji untuk mengajaknya kencan, bukan?." Potong Sean lagi seolah siap menjadi cupid mereka berdua. "Tapi Mr. Sean, itu pesta an-" "Aku yang meminta Mr. Derrick." Ucapan Sean kali ini seakan menjadi titah yang harus dilaksanakan dan tak bisa dibantah. Oh, God. Kenapa ada gadis gila itu disini. Anak siapa dia, sampai-sampai berada di tempat ini. Umpat Derrick. Tanpa banyak alasan, mau tidak mau Derrick menganggukkan kepala, tentu dengan sangat berat hati. Tetapi Sean justru menepuk pelan pundaknya beberapa kali dengan senyum misteriusnya. Entah, sepertinya Sean ingin melihat Derrick memiliki pasangan hidup. Sedangkan Juliet begitu terlihat sangat bahagia mendengar persetujuan dari Romeo-nya. Good girl. Pujinya sendiri dalam hati. "Terima kasih Mr. Sean. Anda juga bisa datang ke pesta saya." "Jika saja ada waktu, pasti saya juga akan datang. Tetapi sepertinya Mr. Derrick saja sudah cukup mewakili diriku." Jelasnya lalu menoleh kearah Derrick. "Bukan begitu Mr. Derrick? Pasti kamu akan datang, dan menepati janji mu untuk mengajaknya berkencan." Tambah Sean membuat Derrick tidak bisa berkata lagi selain menganggukkan kepala dengan mengiyakan perkataan bos-nya yang begitu antusias. "Disini kamu rupanya." Tegur Jaffra, papi dari Juliet. Semua mata tertuju pada pria setengah baya itu. Dan tentu, pasti Jaffra mengenal siapa yang sedang bersama Juliet. "Senang bisa bertemu dengan kalian berdua." Sapa Jaffra. Juliet cukup tak menyangka dan bertanya-tanya. Apakah papi-nya juga mengenal kedua pria ini. "Apa putri saya merepotkan kalian berdua?" "Sangat merepotkan." Jawab Derrick dalam hati sembari membuang muka dan menghela napas "Tentu saja tidak, Mr. Jaffra." Balas Sean sopan. Mata Juliet melebar ketika Sean memanggil nama papi-nya. "Oh ya. Dan saya ucapakan selamat atas pameran ini Mr. Derrick." Tambah Jaffra membuat Juliet semakin terkejut kalau ternyata papi-nya juga mengenal Derrick. "Sepertinya banyak yang tertarik dengan perhiasan-perhiasan anda." "Terima kasih Mr. Jaffra." Balas singkat Derrick. "Saya sampai bingung harus memilih yang mana untuk Juliet. Semuanya sangat menarik." Entah mendapatkan ilham darimana tiba-tiba Sean berkata. "Ah, anda jangan kawatir, Mr. Derrick sangat ahli dalam hal ini. Dia bisa membantu memilihkan untuk putri anda." Seketika Derrick menengok cepat kearah Sean dengan mimik wajah tak setujunya. "Mr. Sean, tapi..." "Ayolah, jangan malu-malu. Aku tahu, kamu ahlinya." Sudah pasti Juliet disana begitu kegirangan mendengar hal tersebut. Rasanya seperti berbunga-bunga dengan aroma yang menggoda. Waahh, sepertinya alam semesta sudah memberikan tanda restu hubungan Juliet dan Derrick. * Dengan sangat amat terpaksa, Derrick harus melakukan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan. Sangat menyebalkan. Umpatnya dalam hati sambil terus mengamati perhiasan- perhiasan dalam kotak kaca tanpa mempedulikan Juliet yang dari tadi disampingnya dengan hati berbunga-bunga. Tanpa berlama-lama, Derrick memanggil seseorang untuk meminta tolong mengambilkan sebuah gelang yang tersemat batu safir. Segera wanita tersebut mengambilnya dan memberikan kepada Derrick. "Pakai." Ucap Derrick dingin menyodorkan gelang itu kepada Juliet. Dan dengan polosnya Juliet terbengong sesaat. Seperti inikah cara memberikan barang kepada seorang perempuan. Sekilas ia melihat gelang tersebut. Indah. Romeo-nya ternyata benar ahlinya memilih sebuah perhiasan. Ia membenarkan apa yang dikatakan Sean tadi tidak main- main. Tapi tidak. Juliet ingin sesuatu yang lebih dari sebuah gelang. Sesuatu yang mungkin bisa mendekatkan dirinya dengan Romeo-nya. "Ah, tidak. Aku tidak suka. Itu biasa aja." Sahut Juliet sembari melipat kedua tangannya. Derrick membuang muka sambil menarik napas dalam-dalam berusaha menahan diri. Tetapi sepertinya tidak bisa. "Berhentilah main-main denganku." Lugasnya dengan nada yang dipelankan tapi cukup menekan. Ada sedikit cemberut di wajah Juliet. Dan hal itu semakin membuat Derrick tidak bisa berbuat apa-apa. Rasanya lebih baik membunuh seseorang ketimbang menangani gadis gila ini. "Buang wajah merengek mu itu." Kecam Derrick pelan. "Sekarang kamu mau apa?" Tambalnya. Seperti mantra, ucapan Derrick seketika membuat Juliet tersenyum lebar. Lalu matanya menatap satu perhiasan yang menarik perhatiannya. "Aku ingin itu." Tunjuknya mengarah ke sepasang anting yang terlihat sederhana tetapi memiliki batu berlian yang begitu cantik. Tanpa banyak basa-basi, Derrick meminta wanita tadi untuk mengambil barang tersebut lalu memberikan kepada Derrick. "Aku akan mengemaskan ini untuk mu." Ujar Derrick setelah menunjukkan sepasang anting tersebut. Bukannya setuju, Juliet justru menggelengkan kepala dan berkata. "Aku ingin kamu memakaikannya untuk ku." "What?!" Kejut Derrick tidak percaya. Sungguh, gadis ini benar-benar sangat menyebalkan. "Apa aku harus meminta tolong Mr. Sean untuk memasangkan anting ini?" Dengan wajah polosnya yang cantik, ia berusaha mengancam secara halus. Oh, sungguh licik. Sehingga mampu membuat Derrick lagi-lagi tak berkutik. Pasti Mr. Sean akan membela gadis gila ini. Ia pun menatap kesal gadis didepannya ini. "Setelah aku pasang. Kamu cepatlah pulang." Nego Derrick yang mungkin darahnya sudah naik sampai ubun-ubun karena menahan emosi gara- gara Juliet. Dengan patuhnya gadis itu menganggukkan kepala dengan senyum manisnya. Entah sudah berapa kali Derrick membuang napas, yang pasti rasanya ingin mengusir gadis gila ini. Segera. "Lepas anting mu itu." Juliet mengerutkan kening lalu berkata. "Kamu yang harus melepasnya." Yang benar saja. Protes Derrick dalam hati. Sungguh sangat menyebalkan sekali gadis ini. Tanpa banyak bicara Derrick mendekatkan diri lalu menjulurkan lehernya hingga ia mampu melihat anting yang menggantung di telinga Juliet. Aroma musk pada parfum Juliet tercium lembut dengan perpaduan aroma floral, tak memungkiri diam-diam Derrick menikmati aroma tersebut saat melepas kedua anting Juliet. Dan kemudian menggantinya dengan anting yang baru saja dipilih. "Sepertinya, kita akan lebih mudah mendapatkan restu." Ucap Juliet begitu intens. Sedangkan Derrick terhenti sesaat, lalu kembali berusaha memasangkan anting tersebut. Setelah selesai, dengan jahilnya Derrick sedikit menarik telinga Juliet. "Aaow!" Gadis itu cukup meringis kesakitan mengelus-elus telinganya sembari menatap kesal Derrick. "Bangun dari mimpi buruk mu itu. Aku tidak memerlukan restu dari siapapun. Mengerti." Tandas Derrick membalikkan badan lalu melangkah pergi meninggalkan Juliet begitu saja. "Kamu sudah mendapatkan sesuatu yang bagus?" Tanya Sean setelah Derrick datang dan bergabung bersamanya. "Iya. Dan sepertinya dia sudah ingin cepat pulang." Jawab Derrick melihat Juliet yang baru saja datang. Sean hanya tersenyum tipis melihat sikap dingin Derrick yang tak biasanya bersikap seperti ini dengan wanita, kemudian ia melihat Juliet terlihat sangat cantik dengan sepasang anting di telinganya. "Seharusnya ada yang jatuh hati melihat kecantikan mu, Juliet." Goda Sean yang sengaja diperuntukkan kepada Derrick. "Apa kamu menyukainya?" Tanya Jaffra. "I love it." Jawab Juliet senang. "Tapi ingat, jangan dipakai ke sekolah." Tutur Jaffra penuh perhatian. Seketika Sean menoleh kearah Jaffra lalu berganti menatap Derrick dengan tatapan tak mengerti. "Sekolah?" Tanya Sean penasaran. "Iya. Tidak mungkin dia pergi ke sekolah mengenakan berlian seperti itu. Apalagi dia baru saja menginjak usia delapan belas tahun." Jelas Jaffra yang membuat Sean tidak percaya. Sementara Derrick hanya mengangkat kedua alisnya sembari menganggukan kepala sekali kearah Sean yang baru mengerti kenapa Derrick bersikap dingin dengan gadis ini. Sebab Juliet benar-benar masih gadis.
* Didalam mobil Sean tetap tidak bisa berhenti tertawa. Ia benar-benar tidak menyangka gadis yang baru akan menginjak delapan belas tahun begitu tergila-gila dengan seorang pria. Dan pria itu adalah kaki tangannya sendiri, Derrick. "Mr. Sean, tidak ada yang lucu disini." Protes Derrick karena malu dengan dirinya sendiri. "Ok, ok. Ceritakan padaku, bagaimana bisa kamu bertemu dengan gadis itu, Romeo." Goda Sean, dan tentu saja Derrick hanya membuang napas kesal tanpa menjawab pertanyaan konyol bos-nya. "Dia boleh juga." Tambalnya. Dari kaca spion mobil Derrick menjawab. "Saya bukan pedofil, Mr. Sean." Mendengar jawaban itu malah semakin membuat Sean tertawa terbahak-bahak. "Ups, sorry Derrick. Aku tidak bisa menahan diri." "Lupakan gadis gila itu Mr. Sean." Sahut Derrick berusaha tetap fokus dengan jalan. "Ok, sorry." Sean berusaha menenangkan diri sembari menutup bibirnya dengan beberapa jemarinya. Tetapi sesaat kemudian ia berkata lagi. "Panggilan Romeo sepertinya juga cocok untuk mu." Goda Sean lagi. "Mr. Sean??" Protes Derrick lagi dibalik kaca spion. Dengan berusaha menahan tawa, ia pun menutup bibirnya rapat-rapat. Benar-benar kali ini, Derrick mampu membuat Sean tertawa terbahak-bahak. Selama kenal dengan Derrick ia tidak pernah melihat Derrick sekaku begini menghadapi perempuan. Sampai di rumah pun, Sean tetap tidak bisa berhenti tertawa meski sudah berusaha. Hingga Miracle bingung melihat suaminya. Sebab tak ada sesuatu yang lucu tetapi Sean terus saja tak berhenti tertawa. "Apa yang membuat mu tak berhenti tertawa?" Tanya Miracle sembari melihat kearah Derrick yang diam seribu bahasa. "Tanyakan saja kepada Romeo, hahahahaha." Sela Sean dalam tawanya. "Romeo? Siapa?" Bingung Miracle melihat Sean kemudian berganti melihat Derrick disana. "Romeo, hahahaha." Sean menunjuk kearah dimana Derrick berdiri dan mata Miracle menyipit tak mengerti melihat Derrick.
"Mr. Sean terlalu banyak minum Miss Miracle." Balas Derrick yang sudah terlihat kesal. Mendengar pernyataan Derrick membuat Sean berusaha keras untuk tidak tertawa. "Ok, ok. Maafkan aku Romeo, ups. Maksudku Derrick. Aku terlalu shock mendengar semua penjelasan tadi." Ucap Sean mulai terkendali. Miracle sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi diantara mereka berdua.
good novel
12/08
0Bagus👍
14/05
0keren
02/04
0View All