logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 10 GUILTY FEELING

*
"Juliet, I'm so sorry." Sesal Hannah di kelas setelah jam sekolah selesai. Sehingga hanya ada
Juliet, Hannah dan Amanda.
Juliet yang tak mau lagi berbicara dengan Hannah lebih memilih untuk angkat kaki dari kelas.
Tetapi Hannah tidak membiarkannya.
"Please, Juliet. Talk to me." Hannah menahan lengan Juliet.
Mata dingin Juliet mengarah pada lengannya lalu menatap Hannah dan membuang tangan
yang menahannya.
"Tidak ada yang harus dibicarakan lagi." Delik Juliet
"Sebesar apa salahku, sampai kamu tidak mau bicara lagi denganku?!" Hannah mulai berkaca-
kaca.
Set. Kepala Juliet langsung menengok kearah Hannah dengan tatapan membara.
"Juliet, maafkan Hannah. Dia sudah sangat menyesal." Bujuk Amanda dengan nada pelan.
Mata Juliet kini beralih menatap Amanda kemudian berganti menatap Hannah. "Andai kamu
sadar apa yang telah kamu lakukan di rumah ku..." Sekarang mata Juliet mulai berkaca-kaca.
"Apa orang tua mu menghukum mu?" Tebak Amanda.
"Lebih baik rumah itu disita oleh orang tua ku daripada dibuat rumah bordil oleh mu!" Tuding
Juliet kearah Hannah.
"Juliet...ak, aku..sungguh minta maaf..."
"Cukup, Hannah!" Bentak Juliet. "Katakan padaku. Apa yang kamu rencanakan malam itu untuk
Delota?!! Katakan!!"
Hannah tercengang, mematung tak bisa berkata.
"Katakan! Siapa mereka?! Siapa yang telah melakukan itu kepada Delota?!" Air mata pun tak
lagi bisa dibendung oleh Juliet. "Apa kamu tahu siapa mereka?!!" Juliet memberi jeda agar
Hannah bisa menjawab. "Katakan, Hannah!! Siapa mereka?!"
Dengan tertunduk malu, Hannah menggelengkan kepala pelan.
Melihat gerakan itu membuat Juliet melebarkan matanya tak percaya. Dengan kasar ia raih
masing-masing lengan Hannah lalu mengguncang kecil. "Apa maksud kamu ini???" Mata Juliet
berusaha mencari jawaban dalam mata Hannah.
"Ak, aku...tidak tahu siapa mereka..."
"Oh, astaga..." Kejut Juliet melepas cengkeramannya sembari melangkah mundur. Dirinya
seakan tak sanggup untuk berdiri, hingga Amanda yang sadar akan itu segera memberi
topangan.
"Juliet..." Seru Amanda.
"Juliet...aku minta ma..." Hannah mendekati tubuh Juliet yang sempoyongan itu.
"Apa kamu sudah gila..." Nada suara Juliet mengecil seakan tak sanggup lagi untuk bicara.
"Ak, aku hanya memberi pesan kepada teman club ku untuk mengerjai gadis yang mengenakan
gaun mini bewarna biru. Dan...dan aku memberi kebebasan anggota club' siapa saja bisa
datang ke pesta malam itu."
"What...??" Rasanya semakin dalam, justru Juliet akan malah semakin hancur.
"Ma, ma, maafkan aku..."
"Kamu tahu apa yang kamu lakukan itu!! Kamu tahu apa yang terjadi setelah itu!!!" Histeris
Juliet penuh dengan derai air mata.
Hannah yang tak mengerti maksud Juliet terus saja mengusap air mata temannya penuh
dengan penyesalan. "Aku..." Juliet tak sanggup meneruskan ucapannya. Ia harus
mengumpulkan keberanian untuk membeberkan beban hidup yang tak bisa ia terima dengan
mudah.
"Setelah apa yang terjadi dengan Delota..." Ditengah isakannya, Juliet berusaha berbicara
sejelas mungkin. "Ak...aku diperkosa..." Tangis pun kian pecah bersamaan kedua temannya
yang terkejut setengah mati.
"Ap, apa kamu bilang?" Amanda seakan tidak percaya.
"Ak, aku sudah tidak virgin lagi..."
Seketika Hannah dan Amanda memeluk erat Juliet yang menangis histeris. Mereka tahu betul
bahwa Juliet begitu menjaga diri. Dia tidak mengijinkan siapapun untuk menyentuhnya. Apalagi
melakukan seks bebas seperti Hannah dan Amanda.
"Aku merasa kotor...aku benci diriku...aku benci..."
"Maafkan aku, Juliet... Maafkan aku... Semua karena salah ku..." Hannah benar-benar
menyesal.
Mereka bertiga menangis bersama turut merasakan kesedihan mendalam yang dirasakan
Juliet.
*

"Delota?" Tegur Derrick cukup terkejut saat mendapati adiknya datang ke kantornya.
Segera Derrick beranjak dari mejanya untuk menghampiri Delota yang baru saja masuk.
"Seharusnya kamu tak perlu repot-repot datang kemari. Kakak bisa menjemput mu."
Tambahnya memeluk singkat adiknya lalu mempersilahkan duduk.
"Kamu mau apa? Kakak akan siapkan untuk mu."
Delota menggelengkan kepala. Ia hanya bisa diam menatap kakaknya sambil teringat
pembicaraan Juliet, Hannah dan Amanda.
Sebenarnya tak sengaja Delota mendengar mereka bertiga. Ketika itu, Delota berniat ke
perpustakaan untuk mengembalikan buku yang ia pinjam. Dan ditengah jalan, samar-samar
mendengar suara lantang Juliet. Kemudian diam-diam Delota mendengar pembicaraan mereka.
Ketika namanya disebut-sebut oleh Juliet. Delota pun berpikir keras menghubungkan tangis
Juliet ketika menemuinya di panti tempo hari. Dan saat itulah ia sadar, ketika di malam setelah
pelecehan itu Derrick bertanya dimana kejadiannya dan dirinya menjawab di rumah Juliet.
Teringat jelas, Derrick langsung pergi. Hanya saja waktu itu Delota tak berpikir kalau Derrick
bisa saja mendatangi rumah Juliet.
Setelah mendapat jawaban dari pertanyaannya, Delota pergi tanpa menguping lebih lanjut lagi.
Sebab dirinya ingin cepat-cepat menemui Derrick.
"Apa yang kakak lakukan ke Juliet?" Tanya Delota to the point dengan mata penuh rasa ingin
tahu.
Derrick yang menyesap segelas kopi, menatap Delota.
Tak ada jawaban apapun dari sana kecuali hanya gerakan meletakkan segelas kopi diatas
meja.
"Kakak, please. Apa yang kakak lakukan ke Juliet?" Tanya Delota lagi.
Derrick seolah-olah mengingat-ingat sesuatu lalu memandang Delota sambil menggelengkan
kepala.
"Kakak tidak bohong?" Delota berusaha meyakinkan.
"Apa kamu datang kesini hanya untuk mengintograsi kakak?" Tanya balik Derrick.
"Iya." Jawab singkat Delota.
"Hey, what's wrong with you?"
"Aku hanya tidak ingin kakak salah sasaran. Bukan Juliet yang melakukan ini kepadaku." Jelas
Delota membuat mata Derrick menatap adiknya dengan seksama.
"Justru dia yang menolong ku. Andai saja malam itu, Juliet tidak meminta Hannah untuk
mengusir teman-temannya dalam waktu lima belas menit dan menghentikan pestanya. Mungkin
saja aku..." Delota tak sanggup melanjutkannya lagi. "Bahkan, beberapa hari yang lalu Juliet
datang ke panti untuk menemui ku."
Derrick terlihat tak bergeming sama sekali saat ini.
"Dia ingin melihat kondisi ku. Lalu aku tunjukkan bekas yang ada di tubuh ku. Dan kakak tahu
apa reaksi Juliet saat itu? Dia justru menangis tersedu-sedu." Terang Delota memaparkan
semuanya. "Padahal aku ingin memaki dirinya dan temannya yang gila itu." Tambalnya. "Dan
hari ini..." Suasana sesaat hening. "Hari ini Juliet baru masuk sekolah pasca pesta itu. Dan
kakak tahu, dia memaki-maki Hannah habis-habisan. Dan dari situlah, kenapa sekarang aku
berada di sini."
Derrick sama sekali tak berkata sepatah kata pun. Ia hanya menatap dalam adiknya. "Entahlah
apa yang membuat Juliet menangis di kamar ku waktu itu."
*
Kaki Juliet seketika mundur beberapa langkah, dan tubuhnya terasa melemas ketika melihat
papanya sedang berbincang-bincang dengan seseorang yang telah memberi luka pada hati dan
hidupnya.
Matanya yang tercengang seakan menyimpan rasa takut yang amat dalam. Bahkan tangannya
secara tak sadar sedang berusaha mencari sesuatu untuk topangan agar tubuhnya tidak
sampai ambruk.
"You alright, honey?" Tegur papanya yang tak sengaja mendapati Juliet ditengah ruangan yang
terlihat pucat pasi dan melemas.
Derrick pun turut menoleh kearah Juliet dengan tatapan datar.
Bibir Juliet terkatup buka tutup tak sanggup mengeluarkan suara sepatah katapun. Semua
sarafnya seakan mati rasa ketika Derrick memperhatikan dirinya juga.
Jaffra yang merasa cemas memutuskan untuk bangkit dan berniat mendekati Juliet supaya
bisa melihat kondisi putrinya lebih jelas.

"I'm okey." Desis Juliet berusaha menyembunyikan rasa takut yang luar biasa dan
mengumpulkan sekuat tenaga agar tubuhnya bisa bergerak dan bergegas menghilang dari
pandangan datar Derrick.
"Apa kamu masih merasa kurang enak badan?" Tanya Jaffra mulai melangkah kearah Juliet.
Juliet hanya memberikan senyuman singkat lalu cepat-cepat berbalik badan lalu pergi dengan
sisa kekuatan yang ia miliki.
Sementara Derrick yang berdiri di dekat sofa masih memperhatikan sikap Juliet yang terlihat
jelas kalau gadis itu sangat ketakutan dengan dirinya.
"Maaf Mr. Derrick, beberapa hari ini putri saya memang kurang enak badan." Ucap Jaffra
kembali mempersilahkan duduk dan melanjutkan pembicaraan mereka yang terpotong.
Diam-diam mata Derrick mengamati arah dimana Juliet pergi hingga menghilang dibalik
tembok.

Book Comment (82)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    12/08

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus👍

    14/05

      0
  • avatar

    keren

    02/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters