logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 KEEMPAT SAUDARANYA

Ando terus menarik Ranie, tanpa mendengarkan rintihan gadis itu. Sepanjang jalan Ranie terus meminta maaf, kemudian bertanya.
Hingga Early datang menghampiri mereka berdua, "Ando!"
Mereka berdua menoleh, dan mendapati pria tanpa ekspresi itu berjalan kearah mereka.
Reflek Ando melepaskan Jewerannya dari Ranie, dengan cepat gadis itu mengusap kupingnya yang sudah memerah karena tarikkan Ando.
Dasar pria kejam, gerutunya.
Ando menyilangkan tangannya di dada dan menatap Early dengan tatapan malas. "ada apa?"
Early menoleh kearah Ranie dengan wajah penuh kecurigaan, lalu kembali melihat Ando. "Singkirkan tikus kecil itu dulu! Baru akan kuberi tau."
Ando kesal. ia tak suka diperintah, walau itu kakaknya sendiri yang memerintahnya. "aku tidak mau."
"Jangan egois, Ando! Bagaimana mana, jika tikus itu, penyusup? atau mata-mata dari musuh?" tanya Early, sambil menatap Ranie dengan penuh intimidasi.
"Singkirkan pikiran burukmu itu, Early! Bagaimana bisa kau menyimpulkan Kecebong darat ini, mata-mata musuh? Apa kau sudah tidak waras?" tanya Ando kesal. Sejak kecil saudaranya ini tidak pernah berubah.
Pria itu Selalu berhati-hati pada orang yang tidak dikenal, bahkan ketika dilangit, dengan beraninya dia menganggap Dewa langit sebagai dewa yang jahat.
Untuk saja dewa itu, begitu baik hati. Jika tidak, maka yang terjadi adalah kebinasaan.
"Sejatinya aku tak pernah percaya pada orang yang tak dikenal. Apa lagi dengan wajah lugu itu! Bisa saja dia sedang menyamar sekarang," balas pria itu tanpa ekpresi apapun, sambil terus menatap Ranie dengan tajam.
Ando menepuk jidatnya kasar. Entah sebuah kesialan atau anugrah memiliki saudara seperti Early.
Sedangkan Ranie hanya menunduk takut. Bagaimana tidak? Lihat mata setajam pisau itu mengarah kemana? tentu saja ia akan takut, jika ditatap seperti itu.
Ando menghembuskan nafas kasar, "Ranie! Temui aku nanti," perintah Ando, tanpa melihat kearah gadis itu.
Ranie mengerti. Sedetik kemudian gadis itu sudah lari terbirit-birit karena takut. Ya takut, jika Early akan menguburkannya hidup-hidup.
"Sekarang ada apa?" tanya Ando serius.
"Ayah dan panglima Zero, menyuruh kita untuk menemui mereka, katanya ada sesuatu yang penting," ucap Early tanpa ekpresi.
Sudah? Hanya begitu? Apa di sini Ada pedang? Rasa-rasanya ia ingin menebas leher pria itu sekarang juga.
Yang benar saja. Dia menyuruhnya mengusir Ranie hanya untuk berkata seperti itu? Demi para dewa yang Agung, ia berani jamin, jika Early itu sungguh tidak waras.
"Aku sungguh terkesan, dengan ucapanmu, pangeran mahkota,"
"Tapi sepertinya, kau harus cepat-cepat menemukan belahan jiwamu, karena kau tau?... Otakmu itu sepertinya ... Agak ... Oh tidak ... Sedikit bermasalah, aku pergi!" lanjut Ando kesal, lalu pergi meninggalkan Early sendirian.
πŸ˜’
πŸ˜’
πŸ˜’
Kenzie kini baru datang diruang rapat. Ruangan yang dimana para petinggi berkumpul untuk mendiskusikan, hal yang penting dan tidak bisa.
Sekarang bukan para petinggi yang berada di sana, melainkan anak-anaknya dan dua orang kepercayaannya, tentu saja.
Sang Raja kini duduk di kursi yang paling ujung, seketika semua mata melihat kearahnya.
"Maaf membuat kalian harus berkumpul, sore-sore seperti ini! Sebenarnya aku ingin menyampaikan kabar buruk sekarang," ucap Kenzie dengan nada serius.
"Anak-anak apa kalian tau kerajaan, yang berada di hutan pedalaman?" tanya Kenzie pada Anak-anak.
Mereka semua nampak berpikir, tak lama kemudian mereka semua ingin.
"Maksud ayah, kerajaan Everald," ucap Gavriel yang mendahului kakak-kakaknya.
"Kau benar, Gavriel," sontak pria itu menunjukkan wajah bangga pada saudara-saudaranya, dan mereka hanya menatap tajam pada Gavriel.
"Dan kabar buruknya adalah para tahanan disana melarikan diri," lanjut Kenzie, membuat para putranya tak percaya.
"Hah?" ucap mereka serempak.
"Bagaimana bisa?" tanya Ando.
"Itu tidak mungkin," ucap Early tak percayakan.
"Mana mungkin, ayah? Kita semua tau kalau kerajaan Everald adalah kebinasaan bagi para penjahat diseluruh negeri. Bahkan temboknya saja tidak bisa hancurkan walau memakai benda besar sekalipun, jadi mustahil bagi para tahanan untuk bisa kabur," penjelasan Astha panjang lebar.
Benar! Kerajaan Everald adalah kerajaan tahanan. Siapapun yang sudah dibawa ke kerajaan itu, berarti dia adalah penjahat yang sangat kejam dan menakutkan. Tidak ada kata bebas, jika sudah terkurung disana.
Orang bilang kerajaan Everald, mempunyai tembok yang sudah di perisai oleh matra sihir, hingga tak ada yang bisa merobohkan tembok mereka. Tapi kenapa para penjahat itu bisa melarikan diri.
"Itu juga yang menjadi pertanyaanku, Astha. Kira-kira siapa orang yang berhasil membuat para tahanan itu, melarikan diri?" ucap Kenzie berpikir.
"Maaf yang mulia! Menurut hamba, orang itu pasti sangat cerdik dan juga kuat, sampai-sampai bisa membuat para tahanan itu, melarikan diri," ucap Zero.
Di sini ia menjadi panglima sekaligus tangan kanan Kenzie. Umurnya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Ya sekitar tiga puluh tujuh tahunlah.
"Kau benar, panglima. Tapi siapa orang itu?" ucap mentri Al.
Dengan wajah yang hampir keriput, dan rambut yang memang sudah putih, membawanya menjadi perdana menteri kerajaan. Umur pria itu lumayan tua, ya sekitar lima puluh satu tahunlah.
Tiba-tiba Geo berdiri sambil melihat kearah ayahnya, "ayah! izinkan aku pergi ke kerajaan Everald untuk menyelidiki kasus ini!" ucap Geo tergesa-gesa.
Beginilah sifat aslinya, terkadang pria itu bisa sangat tenang dan terkadang bisa sangat terburu-buru. Itu tergantung bagaimana perasaannya.
Kenzie mengangguk. Benar kata Geo, masalah ini harus segera diselidiki, Bagaimanapun mereka harus mencari dalang dari semua masalah ini.
Tak lama semua pangeran, kecuali Erick berdiri, "ayah! Kami juga akan pergi, menemani Geo," ucap mereka serempak.
Setelah mengucapkan itu, mereka semua melihat kearah Erick yang tengah asik memainkan bunga mawar ditangannya.
Erick merasa diperhatiin, tapi ia tetap memainkan bunganya. "Kalau kalian bertanya, aku ikut atau tidak? Maka Jawabanku adalah tidak," ucap Erick singkat padat, dan jelas.
"Ya memang lebih bagus, jika salah satu dari kita tidak ikut, untuk memastikan kerajaan tetap aman," ucap Astha dengan bijaknya.
"Tentu saja kerajaan akan aman. Tapi aku yakin, para wanita yang tidak aman ditangannya," ucap Ando seenak jidat.
Erick tersenyum sambil memandang saudara kembarnya, "ternyata kita memang lahir dari satu rahim ya. Kau selalu tau maksudku, saudaraku," ucap Erick tersenyum puas. Sedangkan Ando menatap Erick tak suka.
Mereka berdua memanglah terlahir kembar, tapi tidak ada kemiripan dari kedua pria itu.
Hanya saja kepribadian mereka begitu mirip, yaitu suka merayu para Wanita. Tapi Erick tak sebejat Ando.
Pria itu memang sering merayu banyak gadis, tapi tidak sampai menciumi mereka atau membawa mereka keranjang. Tidak! Erick bukan pria seperti itu!
Ya sebut saja, dia orang yang memberikan harapan palsu pada semua wanita. Dia akan memberi bunga lalu berpuisi dihadapan para wanita dan membuat mereka semua mabuk kepayang. Kemudian meninggalkan mereka begitu saja.
Sampai sekarang ia terus melakukan kebiasaannya itu. Bahkan para bidadari dilangit pun, turut menjadi Korbannya.
Tapi kelahiran mereka bisa dikatakan aneh. Bagaimana tidak? Ando lahir terlebih dulu, dan empat bulan kemudian barulah Erick lahir.
Mereka bilang, mungkin Erick berdandan dulu didalam kandung, makanya dia lama diperut ibunya. Mengingat Pria itu sangat tampan dilihat dari mana pun juga.
"Baiklah! Kita akan pergi, pagi besok," ucap Geo dengan tenang. Disusul Anggukan dari keempat saudaranya.

Book Comment (89)

  • avatar
    XieYueLan

    tak ada kata lain selain "keren" buat novel ini. udah bisa bayangin gimana kejadiannya sejak baca bab pertama.

    13/08/2022

    Β Β 1
  • avatar
    Bang Engky

    baik

    8d

    Β Β 0
  • avatar
    RAFAELRAFAE TIMOTIUS JAMLEAN

    seng

    23/08

    Β Β 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters