logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 PRIA DAN WANITA

Mereka kini berada diluar istana. Semua mata tertuju pada Ando termasuk para wanita.
Wanita-wanita itu memandang Ando, bagaikan pria yang paling tampan di dunia, dan dirinya semakin bangga dengan ketampanannya.
Sedangkan Ranie yang sedari tadi mengikuti Ando dibelakang, hanya dianggap angin lalu oleh orang-orang sekitar, dan itulah yang membuat Ranie semakin kesal.
"Maaf pangeran! Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Ranie dengan lugunya.
"Kau akan tau nanti," balas Ando sambil tersenyum. Bukan! Itu bukan senyuman, melainkan seringaian.
Ando melangkah menuju tempat yang diinginkannya. Yaitu bordil.
Di mana para pelacur cantik dan sexy ada di sana. Hari ini ia akan menjernihkan matanya, dengan melihat para wanita itu. Ando pun tersenyum senang sekarang.
.
.
.
Ando menciumi para pelacur itu berganti. Ah sial! Ia senang menjadi bahan rebutan.
Oh tapi pria bernama lengkap Orlando Adelardo tersebut, bukan seorang buaya. Catat itu baik-baik! Catat! Hanya saja dirinya menyukai setiap lekuk tubuh wanita.
Dikerumuni begini membuatnya sedikit bergairah. Mungkin nanti malam dia akan membawa salah satu dari mereka, untuk menjadi teman tidurnya.
Sementara itu, salah satu gadis jauh dibelakangnya, tengah memaki-maki didalam hati.
Bagaimana tidak kesal. Coba lihat pria disana! Yang tengah bermesraan itu!
Jika pria itu membawanya, hanya untuk melihat adegan tak senonoh itu. Lebih baik dirinya tidak usah ikut. Sekarang matanya yang suci sudah kotor. Dasar laki-laki brengsek.
"Hei pangeran! Bagaimana, jika malam ini kau menginap dirumahku?" ucap salah satu wanita yang berusaha mengoda Ando, seraya memasukan jarinya kedalam kerah baju yang dipakai pria itu.
Cup!
Ando mencium wanita itu sedikit nafsu, lalu tersenyum. "Aku akan menemuimu nanti malam, sayang," ucap Ando membuat wanita itu tersipu.
Sedangkan Ranie yang mendengar itu, Rasa-rasanya ia ingin muntah, yang benar saja, mereka semua telah mengotori otak Ranie yang suci nan bersih.
"Lalu kami?" tanya para wanita yang lain. Mereka tak rela, jika hanya wanita itu yang menjadi teman malam Ando.
Dasar wanita genit. gerutu Ranie tak suka.
Ando tersenyum manis, sambil menatap mereka secara bergantian. "Kenapa bingung? Datang saja kerumahnya. Maka masalah selesai, benar begitu manis?" tanya Ando, pada wanita yang berada disisi kirinya, sambil memegang dagunya.
Wanita itu tersenyum malu. Dan Ando kembali mencium wanita-wanita itu dengan penuh nafsu.
Sialan! Ini tidak biasa berlanjut. Yang benar saja, ia melihat hal yang menjijikan seperti itu.
Lisha! Tolong sahabatmu ini, batin Ranie menangis.
"Hei nona!"
Mendengar sapaan seseorang, ia lantas menoleh kearah suara tersebut.
"Oh hai," balas Ranie sambil tersenyum.
Kini seorang pria berbaju hitam agak keabu-abuan, dan sedikit lusuh menatap Ranie dengan senyuman yang dimilikinya.
Pria itu melirik sekilas kearah Ando. "Apa dia pamanmu?"
"Bukan! Dia bukan pamanku," ucap Ranie dengan cepat.
Perasaannya mulai tak enak. Ia merasa pria yang tengah berdiri menatapnya, menganggap dirinya anak kecil.
"Oh bukan. Tapi tadi, aku melihatmu mengikutinya kesini," ucap pria itu. Sedikit terlihat berpikir.
"Sebenarnya dia seorang pangeran, dan aku adalah pelayannya," bisik Ranie, yang dibalas tatapan tak percaya dari si pria.
"Benarkah?" tanya pria itu memastikan. Dan dibalas anggukan malas Ranie.
Pria itu melihat Ando dengan menyipitkan matanya, lalu menggeleng. "Aku tak menyangka. Jika seorang pangeran menyukai anak-anak."
Dengan cepat Ranie menoleh kearah pria itu, sambil diiringi mata yang membuka lebar. Ternyata perasaannya memang tidak bisa diragukan.
"Hei tuan! Aku bukan anak-anak," ucap Ranie dengan nada membentak.
"Benarkah? Kurasa semua anak kecil bicara sama sepertimu," ucap pria itu.
"Tapi aku bersumpah, kalau aku bukan anak-anak," ucap Ranie tak Terima.
Bukannya percaya, pria itu malah tertawa. Apa yang lucu? tanya Ranie dalam hati.
"Hahaha. Baiklah-baiklah! Aku percaya gadis manis," ucap pria itu, sambil mencubit pipi Ranie dengan gemas.
"Aw ... Sakit," ucap Ranie kesal, seraya menggosok pipinya yang terasa sakit karena cubitan pria itu.
"Kau mengemaskan, gadis manis. baiklah! karena kau sudah membuatku tertawa, maka akan kubuatkan susu untukmu," ucap pria itu sambil tersenyum tulus, kemudian pergi meninggalkan Ranie.
Ranie menganga tak percaya. Dia bilang apa? Membuatkan susu? Memangnya ia anak balita. Demi para dewa yang agung, ia sungguh-sungguh gadis dewasa.
Ia melihat kearah Ando. Sekarang pangeran muda itu tengah meminum, Arak (minuman keras) sambil tertawa bersama para pelacur tersebut.
Wajahnya tidak menunjukkan, bahwa dia mabuk.
Ranie sedikit memperhatikan wajah Ando lebih seksama, dilihat dari mana pun pria itu memang tampan dan menggoda.
Matanya yang agak sipit, alisnya yang sedikit tebal, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang mengoda hasrat itu. Membuat siapa saja terlena.
Cukup! Dirinya sedang memikirkan apa? Tolong ingatkan dia bahwa pria tampan itu, adalah orang yang paling menyebalkan dan menjijikan yang pernah dia temui. Ingatkan itu!
Tanpa disadari gadis itu. sebuah tangan besar, dengan seenaknya menaruh gelas di meja miliknya.
"Sepertinya, kau benar-benar mempunyai hubungan khusus, dengan pangeran itu rupanya."
Ranie menoleh. Ia mendapati lagi pria itu disebelahnya. Ya dirinya akui pria itu cukup tampan, walau pakaiannya terkesan buruk.
"Yang benar saja, walau pangeran itu adalah pria satu-satunya didunia. Aku tetap tidak mau bersamanya. Dia adalah pria yang paling menyebalkan dan menjijikan yang pernah aku temui," ucap Ranie menegaskan, ia melihat Ando sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada gelas yang berada di meja.
Apakah ada palu disini? Bisakah ia membunuh pria itu sekarang? Sungguh perasaannya benar-benar tidak bagus hari ini.
"Ini apa?" tanya Ranie pura-pura tak tau.
Pria itu tertawa, "selain mengemaskan, rupanya kau juga idiot ternyata, itu namanya susu. Apa kau tidak tau itu?"
Ranie tersenyum kesal, "aku tau. Bahkan anak baru lahir saja tau, jika air berwarna putih itu adalah susu. Maksudku ialah, untuk apa susu ini kau bawa padaku?"
"Tentu saja untuk diminum. Bukankah aku sudah memberitahukanmu, kalau aku akan membawa susu untukmu," ucap Pria itu, tanpa rasa bersalah.
"Dasar pria menyebalkan! Sudah kubilang, jika aku bukan gadis kecil! harus berapa kali aku bilang padamu?" kesal Ranie.
"Ya, ya, ya, gadis besar. Sekarang kau mau apa?" tanya pria itu, sambil duduk dihadapannya.
"Siapa namamu?" tanya Ranie.
"Haruskah aku memberi tau namaku?" tanya pria itu.
Ranie kembali kesal. "terserah! Jika kau tidak mau memberikan tau namamu." gadis itu memalingkan mukanya dari pria itu.
Pria itu tertawa lagi, membuat Ranie bertambah kesal. Yang benar saja, apa yang lucu kali ini?
"Hictor,"
Mendengar hal itu, Ranie menoleh. "Hah?"
"Hictor. Namaku Hictor," ucap Hictor sambil tersenyum simpul.
"Nama yang bagus, Hictor," ucap Ranie.
"Lalu namamu?" tanya Hictor pada Ranie.
"Alexa Rawnie, orang-orang sering memanggilku Ranie. Katanya lebih mudah diingat," ucap Ranie, senyum menggemaskan terukir diwajahnya.
Tapi gadis itu kembali kesal, saat Hictor tertawa kembali. Entah ini kenikmat atau kesialan yang membuat perutnya sakit.
Ranie sungguh mengemaskan dilihat dari mana saja, dan itu membuat perutnya geli.
"Apa yang kau tertawakan?" tanya Ranie kesal
"Kau tau? Kau sungguh menggemaskan, hahaha," jawab Hictor kemudian melanjutkan tawanya kembali.
Sedangkan Ando kini merasa paling tampan diseluruh negeri, bagaimana tidak? Lihatlah para wanita itu! Mereka bahkan rela mengantri hanya untuk berada di bawahnya.
Rasa-rasanya ia ingin tertawa sangat kencang sekarang.
Saat pria itu tengah merasa terbang ke awan, ia tak sengaja melihat Ranie sedang berduaan bersama pria lain.
Ando mengerutkan keningnya. Ternyata kecebong darat itu berani bermesra dibelakangnya.
Ia tak suka, jika pelayannya bersama pria lain. Ya kalian boleh menganggap dirinya egois, tapi itulah faktanya. Ia sedikit sensitif dengan apa yang menjadi miliknya, maka dari itu ia tak menyukainya.
Dengan cepat Ando berdiri lalu tersenyum pada semua. "Baiklah nona! Ini sudah cukup! Kita bertemu malam nanti." lantas pria itu segera berjalan kearah Ranie.
Sedangkan Ranie semakin kesal dengan tingkah pria dihadapannya. Sampai-sampai tidak sadar bahwa Ando sedang berjalan kearahnya.
"Is ... Hentikan tawamu itu, atau ak ... aws," ringis Ranie yang merasa kupingnya ditarik.
"Wah-wah aku sungguh terkejut, jika seorang kecebong darat ternyata bisa bermesraan juga rupanya?" ucap Ando, sambil menarik telinga Ranie dengan kencang.
"Aws ... A-apa yang kau lakukan pangeran? Ini sakit,"
"Tentu saja menghukummu, berani sekali kau berduaan dengan seorang pria dibelakangku. Dasar pelayan tak tau malu," ucap Ando kesal.
Ada apa ini? Kenapa ia seperti seorang istri yang dipergoki suami, saat tengah berselingkuh.
Hictor melihat itu, langsung berdiri. Wajahnya yang tadinya tertawa berubah menjadi kesal.
"Maaf! Kau seharusnya tidak melakukan itu pada Ranie, dia tidak bersalah," ucap Hictor.
"Tutup mulutmu pecundang! Berani sekali kau bicara pada seorang pangeran," kesal Ando pada Hictor.
Ia sedikit tak suka dengan wajah pria itu. Walau dilihat dari mana pun pria itu terlalu tampan untuk kasta rendahan.
"Ayo ikut aku!" Ando lantas membawa Ranie dengan menarik kupingnya.
Yang benar saja, mereka nampak seperti kakak beradik, dari pada sepasang pria dan wanita.

Book Comment (89)

  • avatar
    XieYueLan

    tak ada kata lain selain "keren" buat novel ini. udah bisa bayangin gimana kejadiannya sejak baca bab pertama.

    13/08/2022

      1
  • avatar
    Bang Engky

    baik

    8d

      0
  • avatar
    RAFAELRAFAE TIMOTIUS JAMLEAN

    seng

    23/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters