logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 BERADA DI DEPANNYA

Tiga ekor ayam bakar nampak begitu mengugah selera siapa saja. Kini Ranie dan ketiga teman sesama pelayannya mengangkat sebuah nampan panjang, yang berisikan tiga ekor ayam hutan diatasnya.
Dengan hati-hati mereka meletakan nampan itu diatas meja, membuat semua penghuninya merasa tergiur dengan ayam-ayam itu.
"Wah, sepertinya sangat enak," ucap Gavriel, sambil terus memperhatikan ayam itu, dengan wajah laparnya.
"Kalian akan tau, setelah mencicipinya nanti," ucap Astha sambil tersenyum lembut.
"Ya, ya, ya kuakui kau memang pandai memasak, dan masakanmu itu sangat enak. Kau puas sekarang Astha?" tanya Ando.
"Sebelum aku melihat ekskresi kalian, maka tidak ada kata puas dalam benakku," balas Astha.
"Terserah apa katamu, aku tidak peduli," ucap Ando malas.
"Sudah bertengkarnya anak-anak? Bisakah seorang Raja ini makan dengan tenang?" tanya Kenzie pada anak-anaknya, yang sedari tadi meributkan sesuatu.
Mendengar hal itu, para pangeran terdiam, lalu menoleh kearah Kenzie, yang nampak sudah jenuh dengan ocehan mereka.
"Maafkan kami, ayah!" ucap mereka serempak, sambil menunduk hormat pada sang ayah.
Kenzie hanya manggut-manggut, tanda ia memaafkan seluruh putranya.
Para pelayan mulai menuangi gelas mereka dengan teh hijau, sebagai pembukaan, saat makan.
Mereka semua meminum teh hijau itu, dengan hati-hati. Sebagai bangsawan mereka diajarkan sedari dini, untuk mengikuti peraturan yang ada, termasuk meminum teh dengan benar.
"Bisa minta lagi, Ranie," ucap Kenzie pada gadis yang menuangkan teh untuknya.
Mendengar nama itu, sontak Geo dan Astha menoleh kearah gadis itu.
Ranie kembali menuangkan teh hangat itu, kedalam cangkir sang Raja.
Sejak dirinya bekerja di istana, tugas utamanya adalah menuangkan teh hijau pada cangkir Kenzie.
Itu semua perintah dari para istri Raja. Karena mereka rasa lebih aman, jika Ranie yang melayani suami mereka.
Mereka bilang, semua wanita yang berada didekat suaminya, sangat genit. Apa lagi ditambah dengan tingkat Kenzie yang tanpa sadar sama Genitnya dengan wanita-wanita itu.
Padahal Kenzie tak pernah menaruh perhatian pada gadis lain selain mereka, tapi tetap saja mereka tak pernah percaya padanya. Ya mereka semua kecuali Yara tentunya.
"Apa anda ingin hamba ambilkan nasi, yang mulia?" tanya Ranie dengan sopan.
"Em-- "
"Biar aku saja, Ranie! Kau boleh kembali ke tempatmu," ucap permaisuri pertama Kenzie, yaitu Anindya Yalanda atau kerap disebut permaisuri Ani.
Ranie mengangguk, menunduk hormat lalu pergi meninggalkan ruang makan keluarga kerajaannya tersebut.
Ani menyendok nasi beserta lauk yang menurutnya enak, lalu memberikan makanan itu dihadapan Kenzie. Dan, dengan senang hati pria itu menerima makanan dari Ani.
"Maaf ibu Ani! Kau kenal dengan gadis yang bernama Ranie itu?" tanya Astha. Yang membuat seluruh orang dimeja maka menoleh kearahnya.
"Tentu saja. Kenapa tidak? Ranie adalah gadis yang paling mengemaskan di sini," ucap Ani dengan senyum manisnya.
Ani mengambil beberapa lauk dan paha ayam yang dibuat Astha, untuk semua orang.
"Maksud ibu, Dia seorang pelayan?" tanya Ando tak percaya.
"Ya. Dia seorang pelayan. Apa ada masalah?" tanya Adrienne Callie atau kerap disapa Cellie. Disini kedudukannya sebagai seorang selir, sekaligus ibu dari Ando dan Erick.
"Kalian pasti heran, mengapa seorang anak-anak bekerja disini, bukan?" tanya Geo dengan santainya.
"Semua. kecuali aku," ucap Astha, sambil memakan makannya.
Keempat orang itu bingung. Apa cuma mereka yang tidak tau, akan hal ini.
Gavrirel, Ando dan Erick, memang nampak tidak mengerti. Tapi Early berhasil menyembunyikan wajah bingung tersebut. Dengan wajah datar yang dimilikinya.
Geo kaget dengan ucapan Astha, "apa kau sudah tau?"
"Ya! Tapi tetap aku tidak percaya," jujur Astha, seraya melihat kearah Geo.
"Aku pun sama," ucap Geo, yang menatap lurus kemakanannya.
"Apa yang sedang kalian bicarakan? ayolah, beritahu aku sesuatu!" ucap Gavriel penasaran. Entah apa yang tengah kakaknya itu perbincangkan.
"Ranie, bukan anak-anak. Dia itu gadis dewasa," ucap Yara, dengan mulut yang masih mengunyah makanan.
"Hah?" sontak keempat pria tersebut, menatap sang Ratu tak percaya.
Yara melihat keempat putranya secara bergantian. Dengan tatap malas.
"Kenapa terkejut begitu?" tanya Yara.
"Tentu saja aku terkejut ibu. Maksudku lihatlah wajahnya! Muka dengan umur benar-benar jauh berbeda," balas Erick.
"Aku sungguh tak percaya, jika kecebong darat itu adalah gadis dewasa," ucap Ando.
"Kau pikir, kami percaya?" ucap Geo dengan santainya, kemudian menyuapkan nasi kedalam mulut.
"Wah itu sungguh luar biasa. Wajahnya benar-benar manis," ucap Gavriel, sambil diiringi tawa lucunya.
Ando mengunyah makanannya sambil tersenyum. Ia pastikan kecebong darat itu, akan menjadi pelayannya.
😏
😏
😏
Ranie kini berjalan tergesa-gesa di lorong Istana. Hari ini, ia akan menumbuk padi yang baru datang dari ladang.
Sebenarnya ia sangat malas hari ini. Tapi ya apa boleh buat? Dirinya seorang pelayan. Jika tidak bekerja, maka tidak punya uang. Mungkin kali ini dia harus bekerja lebih Ekstra.
"Hey kecebong darat! Mau kemana terburu-buru begitu?"
Ranie berhenti. Dia tak mungkin salah dengar, jelas-jelas tadi ada yang berbicara. Tapi siapa?
Gadis itu melihat kesana-kemari mencari orang yang berbicara tadi, tapi tidak ada.
Dia mengangkat bahu. Artinya tidak tau dan tidak peduli lalu kembali berjalan.
Saat baru beberapa langkah ia berjalan, gadis itu tak sengaja menabrak seseorang dihadapannya.
Lantas ia melihat keatas. Dia mengerutkan kening tanda dirinya sedang berpikir.
Pria itu mendekatkan wajah kearah Ranie, reflek wajah Ranie ikut mundur.
"Ternyata sungguh kecebong darat rupanya," ucap Ando sambil diiringi senyum remehnya.
"Kecebong? Aku manusia bukak anak kodok," ucap Ranie dengan nada tinggi.
Ando menaikan alisnya, lalu terkekeh, "Selain kecil, kau juga idiot rupanya, hahaha," ucap Ando.
"Dasar menyebalkan, aku mau pergi," ucap Ranie kesal, Entah siapa yang ada didepannya ini, yang jelas itu membuat perasaannya jengkel.
Ranie melangkah pergi menjauhi Ando, tapi tangan kekar pria itu berhasil meraih tangan Ranie.
Ranie berhenti dan Ando tersenyum menang. "kita buat kesepakatan, Aku Orlando Adelardo. Putra dari Raja Kenzie dan Selir Cellie. Menginginkanmu menjadi pelayanku, dan dengan bayaran, yang cukup menggiurkan tentunya."
Gadis itu terkejut, apa? pangeran lagi? Kenapa hidupnya tidak bisa setenang dulu, ya dewa, ringis Ranie dalam hati.
Ranie berbalik dan tersenyum paksa, padahal ia tau bahwa Ando membelakanginya. "Maaf pangeran! Tapi kenapa anda menginginkan hamba? Bukankah masih banyak gadis yang lebih cantik dari pada hamba, pangeran?"
Ando berbalik, melipat tangannya di dada lalu tersenyum, "karena kau unik,"
Unik? Apa maksudnya?
"Tapi pangeran---"
"Tak ada Tapi-tapian, Ini perintahkan. Lagi pula aku tak ada niat memerkosamu," ucap Ando yang seenak jidatnya memotong perkataan Ranie.
"Ya ampun. Terserahlah," ucap Ranie pusing.
Gadis itu berbalik dan melangkah kembali, menuju dapur istana.
"Kau mau kemana?" tanya Ando heran, bisa-bisanya gadis itu meninggalkannya sendirian.
Ranie berhenti melangkah, lalu menoleh kearah Ando, "hamba akan menumbuk padi hari ini, apa ada masalah?" tanya Ranie dengan beraninya. Intinya ia benar-benar kesal dengan pria dibelakangnya.
"Tentu saja! Aku sekarang adalah tuanmu, maka kau tidak boleh pergi, sebelum aku memerintahkannya," ucap Ando.
Dengan cepat Ranie berbalik lalu memberikan hormat, "pangeran yang begitu baik hati lagi bijaksana. Bolehkah hamba yang tak berdaya ini pergi?" ucap Ranie dengan senyum muak yang ditunjukkannya.
"Tidak!" balas Ando.
Bedebah, Pangeran berengsek, pria menyebalkan. Kenapa aku harus bertemu dengan pria ini, ya dewa? ringis Ranie.
"Sekarang ikut aku!" ucap pria itu, lalu melangkah pergi meninggalkan Ranie sendiri.
Dengan berat hati, gadis itu mengekori Ando yang berada didepannya.

Book Comment (89)

  • avatar
    XieYueLan

    tak ada kata lain selain "keren" buat novel ini. udah bisa bayangin gimana kejadiannya sejak baca bab pertama.

    13/08/2022

    Β Β 1
  • avatar
    Bang Engky

    baik

    8d

    Β Β 0
  • avatar
    RAFAELRAFAE TIMOTIUS JAMLEAN

    seng

    23/08

    Β Β 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters