logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 DATANG PADANYA

Matahati menujukan sinarnya yang begitu terang. Di sinilah terdapat seorang gadis yang masih terlelap dalam mimpinya.
Entah kapan dia akan terbangun? Tapi yang jelas, dia benar-benar bahagia dalam mimpinya. Hingga sebuah panggilan merusak segalanya.
"Ranie bangun ... Ayo ke dapur! Bantu aku membuat bubur!"
Saat dibangunkan, beginilah Ranie. Bukannya terjaga malah membalikkan badannya dan menutupi dirinya dengan selimut.
"Dasar gadis pemalas. Ayo Ranie ... Bantu aku sekarang!" ucapan Lisha tak digubris oleh Ranie. Gadis itu masih tetap dalam posisinya.
Lisha menepuk jidat. Beginilah Ranie dengan sifat pemalasnya. Tak lama Lisha mendapatkan sebuah ide yang bagus.
Gadis itu lantas pergi dari kamar dan meninggalkan Ranie sendirian.
Ranie mengintip sebentar, untuk memastikan bahwa sahabatnya itu benar-benar pergi dan ternyata benar, ia tersenyum lalu melanjutkan mimpi indahnya.
Tak terlalu lama Ranie menutup matanya kembali, sampai sebuah suara yang begitu nyaring, Berhasil membuatnya terkejut.
Sontak gadis itu terbangun dari tidurnya, hanya untuk melihat penyebab bunyi mengerikan itu.
Lisha tertawa terbahak-bahak, karena melihat Ranie yang begitu terkejut.
Ini semua ulah Lisha, ia sengaja pergi untuk mengambil sebuah panci dan juga sendok, untuk memberi Ranie pelajaran.
Dan sekarang rencananya berhasil. Ranie bangun dengan kaget yang luar biasa, dan itu membuat perutnya geli.
Ranie menggerutu karena ulah sahabatnya itu, ia bersumpah demi para dewa, bahwa dirinya akan menghabiskan gadis didepannya.
Karena kesal. Gadis berwajah sangat manis itu, melemparkan bantal kearah Lisha.
Lisha tak dapat menangkis serangan. Dan menyebabkan dirinya jatuh, karena bantal yang dilempar Ranie.
Sekarang yang tertawa adalah Ranie, "rasakan! Siapa suruh menjailiku," ucapnya sambil diiringi tawa jahat. Rasanya senang bisa membalas perbuatan teman.
"Dasar tak tau diuntung. Kemari kau!" perintah Lisha, sambil berjalan kearah Ranie dengan perasaan marah.
Mata Ranie terbelalak. Dirinya benar-benar tak sengaja menantang singa yang tengah kelaparan. Tanpa pikir panjang, ia lantas berlari untuk menghindari dari Lisha.
πŸƒβ€β™€
πŸƒβ€β™€
πŸƒβ€β™€
Ranie memotong sayuran dengan kesal. Makian terus meraja rela dihatinya. atas perlakuan sahabatnya itu.
Pipinya menggembung layaknya, anak kecil yang merajuk. Sungguh sangat menggemaskan gadis itu.
Ia memotong wortel dengan ukuran kecil-kecil, sambil sesekali mengaduk kendi besar yang berisikan bubur.
Tak lama datang seorang pria, yang membawa tiga ekor ayam hutan yang telah mati ke dapur.
Wajah pria itu begitu indah, dengan senyuman yang menawan Itu mampu membuat kaum hawa meleleh.
Pria itu mendekat kearah seorang wanita, yang tengah sibuk memasak. Ia pun menepuk pundak wanita itu dengan pelan, hingga si wanita menoleh dengan bingung.
Senyum hangat pria itu, menyapanya. Sontak rona merah terukir di pipinya.
"Bisa tolong rebus ayam-ayam ini, Lalu membersihkannya, untukku!" tanya pria itu dengan senyuman.
Dialah Astha. Pemuda ramah, tampan lagi cerdas. Senyuman Astha mampu membuat siapa saja meleleh, semua terkecuali lelaki tentunya.
Si wanita itu mengangguk dengan cepat, sambil tersenyum kearah Astha. Sungguh perasaannya yang tadinya begitu buruk, seketika kembali cerah dengan hanya melihat senyum pria itu.
"Terima kasih," ucap Astha. Ia pun segera pergi untuk mencari bahan-bahan untuk memasak ayam bakar, resepnya sendiri.
Sejak kecil kebiasaan Astha adalah memasak. Entah kenapa, jika pria itu tidak pergi kedapur sehari saja. Maka yang ia rasakan adalah tersiksa.
Dan siksaan itu, semakin menjadi, saat dirinya berada dilangit. Dia hanya mempelajari kekuatan disana, tidak ada pelajaran memasak, dan itu membuatnya sangat tersiksa.
Maka dari itu. Kembali kebumi adalah sebuah anugrah baginya. Karena ia bisa memasak dengan bebas, tanpa ada yang melarang.
Astha berjalan kearah seorang gadis yang tengah memotong sayuran. Ia ingin bertanya, apakah gadis itu mempunyai sesuatu yang tengah dirinya cari atau tidak.
Saat Astha hendak bertanya, gadis itu malah memalingkan pandangannya pada sebuah kendi besar, lalu mengaduk-aduk sesuatu didalam kendi itu.
Ranie mengaduk bubur itu agar tidak gosong. Karena kalau sampai itu terjadi, Lisha pasti takkan mengampuninya.
Tapi sekarang, dengan enaknya gadis itu pergi, sambil menyuruhnya untuk melanjutkan pekerjaan.
Ini sungguh tidak adil baginya.
Saat selesai mengaduk, Ranie mengalihkan pandangannya kembali kepada wortel yang hendak dirinya potong.
Tapi raut wajahnya seketika berubah menjadi kaget, karena dihadapannya terdapat seorang pria dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Maaf mengganggu, apa kau punya bawang merah, Cabai, dan minyak?" tanya Astha, yang dijawab tatapan bingung, pada gadis yang ada dihadapannya.
Tunggu! Kenapa seorang gadis kecil dibiarkan bekerja di sini? Pikir Astha.
Tak lama Ranie mencari bahan-bahan itu, di keranjang pribadinya. Ya semua pelayan memiliki keranjang mereka masing-masing.
Karena, jika tempat penyimpanan bahan-bahan itu hanya ada satu, maka yang terjadi adalah kerusuhan.
Gadis itu memberikan semua bahan itu pada Astha, ia sedikit bingung mengapa laki-laki yang ada dihadapannya, mencari itu semua? dan untuk apa?
"Tunggu, adik! apa kau masih menuntut ilmu? Dan mengapa kau bekerja di sini?" tanya Astha bingung. Ia benar-benar akan menghajar orang tua gadis itu, kalau benar gadis itu bekerja di sini.
Ranie bingung. Tunggu! Apa katanya adik? Memangnya aku adikmu? Tapi dia memang nampak lebih tua dariku. Pikir Ranie.
"Tuan! Adik siapa yang kau maksud?" tanya Ranie bingung. Selain lugu, nyatanya juga gadis itu sedikit bodoh.
"Tentu saja dirimu, di mana orang tuamu,Β  Gadis manis? Kakak akan menghajar mereka. Kalau sampai mereka menyuruhmu melakukan ini," ucap Astha dengan tegas.
Jadi pria ini menganggap dirinya, anak-anak yang disuruh kedua orang untuk bekerja, untuk membutuhi kehidupan mereka. Dasar pria kurang ajar.
Berani sekali dia menganggap dirinya anak-anak, dan mengatai kedua orang tuanya. Ini sungguh tidak bisa dimaafkan.
"Tunggu Tuan! Saya ini-- "
"Ada apa ini?" ucap seorang wanita yang beraninya, memotong ucapan Ranie.
Ranie dan Astha menoleh, dan mendapati pelayan El yang berjalan kearah mereka.
Saat sampai di hadapan keduanya, Elin lantas memberikan hormat pada Astha, lalu menatap tajam Ranie. Seolah-olah gadis itu yang paling salah.
"Ada apa Ranie? Berani sekali kau bicara, dengan nada tinggi dihadapan pangeran," ucap Elin membuat kelopak mata Ranie terbelalak tak percaya.
Apa? Pria Ini pangeran? Tamat sudah riwayatnya. ringis Ranie didalam hati.
"Pelayan El! Katakan padaku! Kenapa kau memperkerjakan seorang remaja di dapur?" tanya Astha dengan nada tak percaya.
Pelayan El menoleh, "sepertinya ada kesalahan paham, pangeran. Ranie bukan gadis kecil yang kau bayangkan, tapi umur gadis ini sudah menginjak delapan belas tahun. yang artinya gadis itu sudah dewasa," ucap Elin dengan senyum. Sontak itu membuat Astha kaget.
"Kau sedang bergurau, bukan?" tanya Astha ragu. Ia sungguh akan mematahkan tulang wanita paruh baya itu, jika berani berbohong padanya.
"Tidak pangeran. Apa wajah hamba menujukan candaan?" benar kata wanita itu, dia tidak mungkin berbohong. Tapi ini tidak mungkin, wajah itu benar-benar tidak cocok dengan usianya.
"Aku tetap tak percaya, pelayan El. Tapi terserah, aku pergi," ucap Astha yang masih tak percaya dengan apa yang dirinya dengar, ia pergi dengan bahan-bahan yang tadi dimintanya pada Ranie.
Pelayan El menatap Ranie murka, "hari ini, kau sudah membuat ulah lagi Ranie, dan itu semua sebab wajahmu," geram Elin.
Ranie menunduk, "maaf," hanya kata itu yang berani dia lontarkan, jika berurusan dengan pelayan El, dia akan memilih mundur.
"Jangan membuat ulah lagi! Aku pergi," pamit Elin, lalu pergi meninggalkan gadis itu.
Ah sial! Ia hampir saja kena murkaan pelayan El. Ini semua karena pria itu. Dan satu fakta yang tidak dapat dipercayainya adalah pria itu, seorang pangeran. Entah kenapa kesialan terus datang padanya.

Book Comment (89)

  • avatar
    XieYueLan

    tak ada kata lain selain "keren" buat novel ini. udah bisa bayangin gimana kejadiannya sejak baca bab pertama.

    13/08/2022

    Β Β 1
  • avatar
    Bang Engky

    baik

    8d

    Β Β 0
  • avatar
    RAFAELRAFAE TIMOTIUS JAMLEAN

    seng

    23/08

    Β Β 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters