logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 KARENA MENGERTI

Bulan bersinar begitu terang menghiasi langit malam. Nampak seorang pria paruh baya tengah tersenyum bahagia.
Cahaya rembulan menerpa wajahnya yang masih nampak muda. walau usianya terbilang cukup tua. Tapi wajah tampannya tak pernah hilang darinya.
Alaric Kenzie atau kerap disebut KENZIE adalah seorang Raja besar. Di mana kedudukannya melebihi Raja-raja manapun di seluruh Negeri.
Memiliki lima istri dan Enam putra adalah sebuah anugrah besar baginya.
Dulu harapannya menjadi seorang ayah pupus, karena tabib mengatakan jika Kenzie tak bisa punya anak.
Ia terpuruk saat itu, hatinya hancur. Sebagai Raja dari seluruh Negeri harusnya dirinya memiliki penerus untuk kerajaannya. dan ternyata hal itu tidak akan terjadi padanya.
Tapi dirinya ingat. Jika dulu ia memiliki seorang guru yang sangat ia hormati dan guru itu adalah pengikut dewa yang paling berbakti.
Maka dari itu, Kenzie memerintahkan seluruh prajuritnya untuk mencari gurunya tersebut, dan berjanji akan memberikan upah yang besar, jika salah satu dari mereka berhasil mendapatkan gurunya itu.
Setelah berbulan-bulan, akhirnya Kenzie bertemu gurunya itu, dan meminta bantuan agar mendapatkan seorang anak.
Sang guru pun iba, dan memohon pada para dewa untuk memberikan apa yang diinginkan pria itu.
Para dewa yang sangat menyayangi sang guru, akhirnya mengabulkannya dengan senang hati. Tapi, tentu dengan syarat-syarat yang harus Kenzie jalani.
Pria itu memenuhi syarat dari para dewa, dan tak lama para istrinya hamil, Kenzie tentu sangat bahagia pada waktu itu.
Kegembiraannya tak pernah bisa terlukis, hingga pada usia anaknya yang tujuh tahun, ia harus merelakan anak-anak pergi ke langit untuk belajar.
Karena mereka adalah keturunan dewa, maka pelajaran mereka haruslah berbeda.
Hari ini para putranya akan kembali, Setelah pelajaran yang begitu panjang. Hampir delapan belas tahun mereka tak bertemu, Kenzie sempat berpikir, apa mereka sama tampannya dengan dirinya ataukah jauh melebihinya.
"Yang mulia!" Kenzie menoleh, untuk mengetahui siapa yang tadi memanggilnya.
Ternyata itu Aghna Dilarai atau kerap disapa AGHNA. dia adalah Selir kedua Kenzie.
Setau pria itu Aghna adalah wanita yang lemah lembut, sangat sopan kepada siapa saja, berwajah cantik dan memiliki suara yang merdu.
Tak bisa dipungkiri. Bahwa Kenzie jatuh cinta pada suara indah milik istrinya itu, dan menjadikan Aghna sebagai Selirnya di Kerajaan.
"Ada apa?" Suara berat dan dewasa itu, bertanya pada Aghna dengan nada lembut.
Wanita itu tersenyum. Lalu memeluk tubuh Kenzie dengan mesra.
"Kau tau? Aku sungguh sangat bahagia sekarang. Karena anak-anak kita akan pulang besok," ucap Aghna dengan nada bahagia. Kenzie membalas pelukan Aghna dengan mesra sambil menutup matanya.
"Aku juga," bisik Kenzie, membuat Aghna semakin senang, walau pria itu memiliki banyak istri tapi kasih sayang Kenzie selalu sama pada istri-istrinya. Ya semua, kecuali Ratunya.
"Wah. sedang bermesraan rupanya." Sontak saja suara itu merusak kebersamaan Kenzie dan Aghna.
Dengan cepat mereka melepaskan pelukan mereka, untuk mengetahui siapa yang bicara tadi.
Yara Mughny atau kerap disebut YARA, kini dengan santainya berjalan kearah Kenzie dan Aghna, sambil menunjukkan ekspresi datarnya.
Bagi seorang istri Raja, rasanya sudah biasa melihat sang suami bermesraan dengan istri lain didepan mata mereka. Jadi itu sudah menjadi hal lumrah baginya.
"Yara! Ada apa?" tanya Kenzie dengan nada gugup, entah kenapa setiap Yara melihatnya bermesraan dengan istrinya yang lain, ia akan merasa seperti selingkuh, padahal mereka itu, istrinya juga. 
Wanita itu melihat Kenzie dengan tatapan dingin. Seakan-akan tatapan itu akan membunuhnya dalam sekejap.
"Aku ingin bicara, yang mulia--" Yara melihat kearah Aghna dengan tatap tajam, lalu kembali melihat sang suami dengan tatapan sama, "--hanya kita berdua."
Kenzie mengerti. Kemudian ia melihat Aghna kembali, "sayang! Aku akan menemuimu nanti," ucap Kenzie lembut.
Aghna mengangguk paham. Dan segera pergi dari kamar sang Raja.
Pria itu kembali menatap Yara, dengan senyum bodohnya. Bisa dibilang Yara adalah orang yang paling ditakuti Kenzie.
Dan posisi Yara adalah Ratu di kerjaan. Entah kenapa? ketika sang suami hanya berdua saja dengannya, sifatnya berubah menjadi penakut.
Karena pada dasarnya. Kenzie adalah orang yang paling ditakuti seluruh Negeri, semua orang tunduk pada kekuasaannya. Tapi siapa sangka Kenzie yang begitu disegani, ternyata hanya seorang suami yang takut pada istrinya.
"Hentikan senyuman bodohmu itu! Kita harus membicarakan acara besok," ucap Yara tegas, ya Yara terkenal sebagai Ratu yang jarang tersenyum. bahkan wajahnya selalu datar dan serius. Tak ada main-main dalam kamusnya.
Ia sebenarnya benci, dengan sikap sang suami kepada dirinya. Ia terkadang heran, entah kenapa Kenzie yang biasanya tegas, akan menjadi kikuk jika berhadapan dengan dirinya.
Seakan-akan, dia adalah Dewa pencabut nyawa bagi pria itu.
"Maaf," ucap Kenzie dengan nada pelan, sambil menunduk, sungguh ingin rasanya ia memukul kepala itu sampai hancur.
"Kenzie! Aku sedang tidak main-main, ini serius. Lebih baik kita bicarakan ini di tempat kerjamu," ucap Yara. Wanita itu segera pergi ketempat kerja Kenzie, dan disusul Kenzie dari belakang.
.
.
.
Kemeriahan kerajaan Benedict, baru saja dimulai. Seluruh Negeri bersenandung riang atas kembalinya enam pangeran mereka.
Seluruh kaum hawa amat sangat kagum dengan para pangeran itu, bagaimana tidak? Mereka sungguh tampan. Bahkan ketampanan mereka, jauh melebihi sang ayah.
Bisa dibilang. mereka benar-benar seperti dewa yang turun ke bumi.
"Hahaha ... Ayah sungguh senang, kalian telah kembali, dan ayah merindukan kalian," gelak tawa Kenzie memenuhi Aula istana, yaitu letak singgasana Raja dan Ratu.
Mereka berpelukan. Melepas rindu sama lain. Mereka berenam tersenyum pada Kenzie dan mengitari singgasana pria itu.
"Kami juga sangat merindukanmu, ayah," ucap Abiyyu Adhyastha atau kerap disapa ASTHA. Dia adalah pangeran ke-empat kerajaan Benedict, dan dia lahir dari rahim Aghna.
"Bagaikan sang surya menyinari bumi, begitu pun ayahanda yang menyinari hati kami," ucap Luthfy Frederick atau bisa dipanggil ERICK, yang mulai berpuisi.
Sejak kecil pangeran ke-lima dari Kerajaan Benedict itu, sering sekali berpuisi. Dan pria itu memiliki ketampanan yang luar biasa, bisa dibilang dialah yang paling tampannya diantara para saudaranya.
Salah satu dari pangeran itu berdiri, lalu duduk disamping sang ayah, dan menyenggol bahunya sambil mendekatkan wajah ke telinga Kenzie.
"Hei ayah! Wanita yang ada di sana itu sungguh menggoda, bukan?" bisik putra ke-duanya yang bernama Orlando Adelardo atau kerap disebut ANDO.
Kenzie melihat kearah yang ditunjukkan anak mesumnya itu, dan benar saja, wanita cantik yang tak jauh dari mereka, ternyata memiliki tubuh yang menggoda.
Tak lama, kepala Ando yang baginya indah dan tiada tandingannya didunia. Terkena pukulan sang Ratu.
"Hentikan pikir mesummu itu, Ando! Kau baru saja datang," ucap tak suka Yara. Bisa-bisanya pria itu, mengajari suaminya yang tidak benar.
Sudah cukup empat wanita yang menjadi saingannya, ia tak sudi ditambah lagi. Lagi pula Kenzie sudah tua, dan pria itu ingin menikah dengan yang muda? Apa kata dunia nanti.
"Ais ... Kau tetap kejam sama seperti dulu, ibu Yara," ucap Ando kesal, sambil mengusap kepalanya yang terkena pukulan tadi.
"Ayah... Para dewa itu, tak bisa membiarkanku bebas, bisakah aku meminta kebebasan padamu?" rengek Gavriel Archelaus atau kerap sapa GAVRIEL, dan dia adalah anak terakhir Kenzie.
"Hei Gavriel! ayah kira kau takkan pernah merengek lagi setelah pulang dari sana," ucap Kenzie, yang tersenyum geli melihat putranya itu.
"Jangan harap ayah! Dia malah semakin menjadi-jadi di sana," ucap Early Reynand atau kerap disapa EARLY. menatap tidak suka kepada adik terakhirnya itu.
"Ah... Bilang saja, kau iri terhadapku'kan Early? karena kau anak pertama, jadi kau tidak bisa merengek sepertiku," ucap Gavriel lebih tidak suka pada kakaknya.
"Iri terhadapmu? Jangan berhayal Gavriel!" ucap Early ketus. Mereka membuang muka mereka masing-masing dan tidak ingin saling pandang.
Memang sejak kecil, kedua pria itu tak pernah akur. Entah karena. Early yang tidak menyukai adanya adik barunya. Mengingat pria itu sudah banyak memiliki adik, atau memang karena sifat mereka yang sedikit bertolak belakang.
Salah satu dari pangeran berdiri, dan berjalan pergi.
"Geo! Kau mau kemana?" tanya Kenzie, pada putra ketiganya, yang entah mau pergi kemana.
Fachry Geofrey menoleh. Melirik kearah sang ayah dan saudara-saudaranya, "ingin berdamai dengan alam. Di sini terlalu berisik," ucap pria yang kerap disapa GEO. 
Ya memang sejak dia lahir, dia membenci suara bising dan cenderung menyukai ketenangan. Walau sifatnya begitu tenang, dia sebenarnya adalah orang yang paling suka tergesa-gesa.
Geo berjalan keluar. Hendak meninggalkan pesta.
"Biarkan saja dia, ayah! Dia memang aneh, sejak dulu," ucap Ando pada sang ayah, dan Kenzie hanya manggut-manggut karena mengerti. 

Book Comment (89)

  • avatar
    XieYueLan

    tak ada kata lain selain "keren" buat novel ini. udah bisa bayangin gimana kejadiannya sejak baca bab pertama.

    13/08/2022

      1
  • avatar
    Bang Engky

    baik

    8d

      0
  • avatar
    RAFAELRAFAE TIMOTIUS JAMLEAN

    seng

    23/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters