logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 MASALAH YANG MENUNGGU

"Gak bisa gitu Vina, ini akan menjadi masalah besar, biar aku yang membawanya," tegas Aidan.
"Tidak apa apa, Kak. Aku akan mengurusnya," ucapnya sambil berjalan cepat, dia tidak mau sampai bayi ini dibawa Aidan dan di serahkan ke kantor polisi.
"Vina, dengarkan aku dulu. Kalau kamu mau membawanya pulang, bagaimana dengan Mama Papamu? Bagaimana Dengan tanggapan tetangga? Semua akan menghinamu, Vi. Mereka akan beranggapan kalau bayi itu adalah anakmu, ini akan menyulitkan jalanmu, belum lagi sekolah ap—" jelas Aidan.
"Aku akan menyiapkan hatiku untuk menerima itu, Kak!" ucap Vina dengan tegas lalu pergi meninggalkan Aidan. Baru beberapa langkah Aidan menghentikannya.
"Apa sih, Kak!" kesal Vina.
"Jawab pertanyaanku! bagaimana dengan orang tuamu? ini akan menjadi masalah besar kalau tidak di selesaikan sekarang," 
"Orang tuaku tidak menginginkanku! Aku sudah lama hidup seorang diri! jadi aku rasa tidak akan terjadi apa-apa setelah ini!" 
"Tapi—" 
"Apa lagi?! dengar ya, Kak! Aku tidak akan menyerahkan bayi ini ke pihak berwajib, karena apa? karena aku akan merawatnya a—"
"Sekolahmu akan terganggu, begitu juga masa depanmu, pasti akan terhambat," potong Aidan.
"Aku tidak peduli! Aku lihat kakak orang yang memiliki orang tua lengkap kan? Berbeda dengan kami ... Pasti Kakak tidak akan bisa merasakan apa yang terjadi padanya. Seorang anak tidak bisa memilih di lahirkan dari orang tua seperti apa, jika dia bisa berbicara saat lahir itu, pastilah dia akan berbicara untuk tidak di lahirkan saja jika akhirnya dia di buang seperti ini!" air mata Vina berjatuhan dengan deras membasahi pipi putihnya. Aidan hanya terdiam melihat itu.
Kesempatan itu di gunakan Vina untuk lekas pergi dari Aidan, sangat- sangat kebetulan ada sebuah taksi yang berhenti di sampingnya. Dia masuk dan mobil berwarna biru muda itu melaju dengan kecepatan sedang.
*
Sesampainya di rumah, Vina meletakkan bayi itu di tempat tidurnya, sambil terus memandangi wajah mungil yang masih merah-merah dan sedikit membengkak di beberapa tempat.
"Sayang, siapa sih yang tega membuang bayi secantik kamu? Bulu mata lentik, hidung mancung, dan bibir mungil yang merah, ahh kau sangat cantik, Sayang. Davira Sayang, sekarang panggil aku mami ya, sekarang kamu adalah duniaku," ucapnya dengan mata yang berbinar sambil mengelus lembut pipi putih itu.
"Ah, aku baru ingat mau mencari baby sitter!" Vina beranjak pelan dari tempat tidur.
Dia berjalan ke ruang tamu dan menghempaskan tubuhnya di sofa empuk yang baru dibelinya. Tidak ada yang tahu dia punya usaha pusat perbelanjaan yang sudah terkenal dengan nama Davira Collection, entah kenapa dia sangat menyukai nama Davira itu. Penghasilannya bukan hanya dari usahanya saja, Vina juga seorang penulis novel. Vina merebahkan tubuhnya, matanya fokus ke benda persegi sebesar buku yang sedang bersender di bantal sofa yang dia taruh di perutnya. Dia mulai mencari info tentang yayasan yang menyediakan babysitter, beberapa menit kemudian dia mendapatkan nomor telponnya, air ponds bluetooth yang menempel di telinganya sudah tersambung ke aipad.
[Halo, selamat siang,]
[Selamat siang, yayasan cinta kasih di sini. Ada yang bisa kami bantu?]
[Saya memerlukan satu orang babysitter dan satu orang asisten rumah tangga, apakah ada?]
[Ada, Bu. Anak ibu umur berapa sekarang?]
[Satu Minggu, bisakah kalian memberikan dua orang itu yang sudah sangat berpengalaman kepada saya? agar saya tidak merasa khawatir lagi nantinya,]
[Baik, kami akan pilihkan yang terbaik. Ibu kirim alamat rumah, sekitar 2 jam lagi kami akan mengantarkan babysitter dan asisten rumah tangganya,]
[Terima kasih.] setelah mendengar jawaban dari pemilik yayasan itu, panggilan pun terputus. Vina mengirim alamat lengkapnya dan setelahnya menaruh aipad itu ke meja. Dia sedikit bernafas lega dan beranjak untuk kembali ke kamar.
***
Di lain tempat, Aidan yang berbaring dengan gelisah, dia khawatir dengan gadis yang diam-diam disukainya 3 tahun belakangan ini. Ya, dia Azkiya Belvina Putri, gadis cantik yang selalu tersenyum. Senyum manis yang menggetarkan hatinya, yang membuatnya selalu bersemangat untuk pergi sekolah. Dimata Aidan, dia sangat sempurna. Namun, tidak ada yang tau, ternyata di balik senyum indahnya dia memendam banyak luka.
Aidan mengehela nafas ia mencoba menutup matanya, tetapi saat tertutup yang terbayang selalu tangisan Vina.
"Aidan, makan dulu, Nak," Mamanya tersenyum sambil berdiri di depan pintu.
"Iya Ma, nanti aku makan," Aidan bangun untuk menyandarkan punggungnya, dia tidak menengok ke arah Mamanya, fokusnya hanya ke ponsel, ingin menelpon tapi ragu.
"Ada apa, Ai?" tanya sang Papa, dia berjalan kearah Aidan dan duduk di sampingnya.
"Nothing, Pa. Hanya saja, ada masalah besar yang sepertinya akan menungguku. Apa Papa dan Mama akan percaya kalau aku tidak pernah melakukannya? kita hanya di fitnah. Tapi sungguh, Pa, Ma. Aku tidak pernah menyesal membantunya," ucap Aidan, matanya menerawang ke depan, ada binar bahagia di serati kesedihan.
"Tenang, Nak. Kita akan selalu percaya kepadamu," jawab Papa sambil mengelus kepala anak sulungnya.
"Iya Sayang, walaupun kedepannya yang kamu khawatirkan akan terjadi, itu sudah takdir. Kita diharuskan menjalani bukan menghindari," tambah Mama.
"Benarkah? walaupun aku akan dianggap mempermalukan kalian? bagaimana kalau itu semua akan berpengaruh dengan bisnis Mama dan Papa?" tanya Aidan lagi seakan tidak puas hanya mendengar sedikit penjelasan Mamanya.
"Tidak apa, Ai. Semua sudah ada jalannya. Kita akan selalu ada untukmu," tutur Papa.
"Sudah ya sesi tanya jawabnya, kita makan malam dulu nanti keburu dingin,gak enak deh. Tuh liat adek kayaknya udah laper," tunjuk Mama ketika melihat sang adik yang berdiri di depan pintu kamar sambil mengelus perutnya.
Aidan Bakhtiar Dhanurendra, putra sulung di keluarga Dhanurendra yang terkenal dingin dan tegas saat bekerja, tapi siapa sangka sifatnya berbeda 360° jika sedang di rumah. Dia memiliki seorang adik yang sangat cantik dan manja kepadanya, namanya Finolla Putri Dhanurendra yang baru berumur 10 tahun. Keluarga Dhanurendra terkenal dengan sebutan Rajanya bisnis. Aidan sang pewaris utama, sudah terjun di dunia bisnis saat umur 10 tahun, di usianya yang belia dia mampu mendirikan beberapa hotel dan restoran yang tersebar di Asia, permainan dan persaingan kotor sudah ia rasakan.
Banyak koleganya dan Papanya, yang ingin menjodohkan anak perempuannya dengan Aidan, tapi Aidan selalu menolak, dia sangat tidak menyukai kata perjodohan.
*
Kembali ke Vina, setelah dia menyelesaikan perjanjian dengan yayasan, dia berbaring di samping Davira yang tidur lelap karena kekenyangan.
"Sayang, sekarang ini rumah kamu, kamu penyemangat Mami, tumbuhlah menjadi anak cantik, baik hati, dan selalu menjadi kebanggan Mami dan sekitar kamu," ucap Vina sambil mengecup pelan pipi Davira, tak terasa air matanya jatuh lagi, dia menangis dengan tangis bahagia, karena kehidupan barunya telah datang.

Jam 4 pagi Vina terbangun, dia membuatkan sufor karena Davira haus, setelah merasa kenyang, bayi itu kembali tertidur.
Tok Tok Tok
"Masuk," 
"Maaf mengganggu Bu,"ucap Mbak Lina dengan sopan. Dia yang menjadi babysitter untuk Davira, usianya 35 tahun katanya dia tidak ingin menikah lagi karena trauma.

Book Comment (399)

  • avatar
    DevorlezAl

    ceritanya bagus sekala saya suka sekali terimakasih

    23/08/2022

      1
  • avatar
    WatiMega

    baik 😍

    20h

      0
  • avatar
    Siti Aini

    Seru sekali ceritanya

    6d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters