logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BABY D

BABY D

Aira Humairah_03


Chapter 1 PENEMUAN BAYI

"Tidak bisakah Ibu memberi kami satu kesempatan untuk menjelaskan semua ini?" tanya Aidan.
"Maaf, terpaksa ibu mengeluarkan kalian berdua dari SMAN Bangsa dengan tidak hormat." ucap ibu Kepsek.
Vina berjalan menunduk dengan berurai air mata. Tidak ada yang mau mendengarkan penjelasannya, semua hanya menghinanya.
"Huuuuu murid berprestasi kok kelakuannya kayak jalang, sampai udah punya anak pula,"
"Aku kira princess ternyata jalang, ih aku sih jijik,"
"Hebat banget bisa nyembunyiin kehamilannya, diikat ya perutnya?"
"Malu-maluin orang tua aja, gak punya otak,"
"Jilbabnya dilepas aja, gak pantes berjilbab tapi hamil diluar nikah,"
"Ih bego juga si Aidan, kenapa gak pakai pengaman hahaha, kan nggak sampai ke bobolan kayak gini."
Suara hinaan menghiasi kepergian Vina dan Aidan dari sekolahnya.
***
Azkiya Belvina Putri, nama yang cantik. Dia murid berprestasi, ramah dan lemah lembut. Murid laki-laki memanggilnya Princess SMAN Bangsa. Tapi, dia tidak suka dipanggil seperti itu, menurutnya berlebihan. Belvina setiap harinya selalu mendapatkan berbagai surat cinta namun dia tidak memperdulikannya, baginya yang terpenting hanya belajar dan belajar, tidak untuk cinta-cintaan. Tapi ada satu surat yang tak pernah absen selama 3 tahun dan ia sangat penasaran siapa pemilik surat itu.
Suatu hari sepulang sekolah Vina sedang menunggu taksi untuk pulang tiba-tiba dikejutkan dengan suara yang memanggilnya.
"Vina, bisa kita bicara sebentar?" ucap Aidan.
"Boleh, mau bicara di sini atau cari tempat lain kak?" ujar Vina dengan ekspresi kaget. Satu satunya murid laki-laki cuek dan super dingin yang ada di sekolah ini mengajaknya berbicara.
"Di cafe samping sekolah saja, kayaknya lebih enak," ucap Aidan dengan suara datarnya.
"Jalan aja ya, Kak. Nggak jauh juga dari sini," ucapnya sembari berjalan pelan.
"Iya." jawab Aidan.
Mereka berjalan beriringan tanpa pembicaraan. Sekolah SMAN Bangsa itu masih asri, banyak pepohonan di samping kanan dan kirinya saat mereka melewatinya Vina merasa aneh.
"Kak ada dengar suara gak sih?" tanyanya sambil menajamkan pendengarkan.
"Coba kita kesana," Aidan menunjuk salah satu pohon besar yang rindang.
Owek owek owek
Vina dan Aidan terkejut melihat bayi perempuan yang badannya terdapat banyak bintik merah karena digigit serangga. Vina menangis dia kasihan dengan bayi yang malang itu.
"Kak lakukan sesuatu!" desaknya dengan air mata yang mulai berjatuhan.
"Ayo, kita ke kantor polisi," pinta Aidan dengan tenang. Namun, di hatinya dia juga merasa panik.
"Nggak, Kak. Kita bawa ke klinik terdekat saja," 
"Gak bisa, Vina! Ini kasus pembuangan anak, kita harus lapor polisi dulu biar mereka yang mengatasi," kekeh Aidan.
"Kakak, itu bakalan lama! kasihan bayinya. Aku mohon, tolong carikan taksi biar aku yang urus bayinya, setelah itu kamu boleh pulang," 
"Baiklah, tunggu sebentar aku akan bantu." Aidan berlari menuju cafe, biasanya di sana ada taksi.
"Niat awalkan mau ngungkapin perasaan, kok jadi gini sih, ahhh sial," gerutu Aidan sambil menendang kerikil.
Hampir 5 menit akhirnya ada taksi yang lewat.
"Pak, kesana sebentar, setelah itu kita ke klinik terdekat!" Aidan sambil menunjuk tempat Vina dan bayi malang tadi.
Vina melihat ada taksi yang menuju ke arahnya, dia bergegas berdiri dan masuk ke taksi sembari menggendong bayi itu. Sesampainya di klinik dia berlari, tidak memperdulikan Aidan yang masih ada di dalam taksi, Vina melihat suster mendekatinya dan dia langsung berseloroh.
"Mbak, tolong bayi saya, saya gak mau dia kenapa-kenapa," ucap Vina dengan panik.
"Iya, Mbaknya tenang dulu, saya akan menangani bayinya, dan tolong untuk ke bagian pendaftaran ya." ucap suster sembari tersenyum ramah.
"Muda banget udah punya anak, lah aku boro-boro punya anak, suami aja gak punya." gumam Suster sambil berlalu menuju ruang bayi, Vina bergegas ke bagian pendaftaran.
"Permisi, Mbak. saya mau daftar berobat bayi atas nama…," Vina terdiam, dia bingung karena dia tidak tahu nama bayi itu.
"Siapa nama bayinya, Bu?" tanya Mbak-Mbak bagian pendaftaran itu
"Davira Carabella, eh—" celetuk Vina dia kaget sendiri karena nama yang spontan dilontarkannya.
"Ada kartu berobatnya, Bu?" tanyanya lagi.
"Tidak ada," jawab Vina.
"Ibu silahkan tunggu di depan ruangan bayi ya," Vina hanya mengangguk dan berjalan cepat.
Di depan ruangan bayi Vina berdiri sendiri sambil bertopang tangan di dinding kaca, melihat bayi mungil itu tertidur pulas air matanya berjatuhan lagi.
"Kasihan kamu, Nak. Kenapa nasib kita hampir sama?" ucapku dalam hati.
"Vina, bagaimana keadaan bayinya?" tanya Aidan yang baru datang dan berdiri di sampingnya.
"Tidak tahu, aku belum bertemu dengan dokternya,"
Mereka sama sama terdiam sambil melihat bayi itu, tidak lama suster datang memberitahukannya untuk bertemu dokter. 
Tok Tok Tok
"Permisi dokter, ini orang tuanya bayi yang bernama Davira Carabella." ucap suster sambil berlalu.
"Orang tuanya Davira Carabella, silahkan duduk." ucap sang dokter.
"Bayinya tidak apa apa, lain kali jaga ya, Bu. Saya sudah meresepkan salep untuk menghilangkan merah-merahnya, nanti bisa di tebus di apotik klinik, dan bayinya sudah boleh dibawa pulang setelah menyelesaikan administrasi," jelas sang Dokter.
"Terima kasih Dokter, permisi,"
"Iya." kata Dokter dengan senyum ramah.
"Kamu bawa bayinya, aku mau menyelesaikan administrasi dulu, nanti kita bertemu di depan klinik." Aidan berlalu tanpa menunggu jawabannya.
***
"Setelah ini kita mau kemana?" tanya Aidan.
"Aku mau bawa dia ke rumah," jawab Vina sambil memeluk erat si bayi.

Book Comment (399)

  • avatar
    DevorlezAl

    ceritanya bagus sekala saya suka sekali terimakasih

    23/08/2022

      1
  • avatar
    WatiMega

    baik 😍

    1d

      0
  • avatar
    Siti Aini

    Seru sekali ceritanya

    6d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters