logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Anggota Baru

           Dan Oh dan kawan-kawan barunya melanjutkan perjalanan mereka menuju utara untuk mencari Elmo. Mereka menyusuri banyak hutan dan juga sungai untuk menuju ke utara dan mengambil jalur yang sekiranya aman dari pasukan Cheol. Setelah berjalan selama setengah hari mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar dan melatih Dan Oh dengan teknik pedang dan memanah. Masing-masing dari anggota rombongan kerajaan bersepakat akan mengajari Dan Oh teknik bertarung dan pertahanan diri secara bergantian. Gadis itu harus segera menyesuaikan diri sebagai pasukan khusus demi melindungi dirinya dan bertahan hidup di planet ini. Hari ini adalah kali pertama dia akan menerima pelajaran memanah dari sang pangeran negeri Hwon, Woon.
             "ini....." Woon, sang pangeran kerajaan Hwon yang memiliki tubuh tertinggi diantara anggota rombongan lainnya itu membuat Dan Oh terlihat sangat mungil saat berada di sampingnya.
              Pangeran itu menyerahkan sebuah busur yang terbuat dari logam putih dan memiliki hiasan biru langit yang mengelilinginya kepada sang penduduk bumi. Busur itu memiliki panjang sekitar satu setengah meter yang hampir menyamai tinggi badan Dan Oh. Kedua ujung busur itu berbentuk runcing dan tajam. Gadis SMA mungil juga itu menerima kumpulan anak panah yang diletakkan ke dalam sebuah tabung terbuat dari kulit yang memiliki tali.
           "apakah ini senjataku?" tanya Dan Oh kepada pangeran negeri Hwon. Lelaki itu hanya mengangguk dan menatapnya tanpa ekspresi.
             "ujung yang runcing seperti ini membuatku bisa menggunakan busur ini sebagai pemanah dan juga menggunakannya seperti ujung pedang bukan?" gadis itu memperhatikan busur yang dipegangnya sambil membolak-balikannya. Ada sorotan mata yang nampak bersinar di wajahnya. Sepertinya gadis itu sangat mengagumi senjata baru yang diterimanya, dia terus memandang busur indah itu dengan penuh rasa ketertarikan dan senyuman di bibirnya. Busur itu memberikan kesan menawan dari perpaduan keindahan desainnya serta kekuatan tersembunyi yang tidak mudah dikalahkan.
               "benar, busur ini sebelumnya adalah milik sepupu angkatku yang tewas akibat serangan bangsa Cheol" jelas Woon. Ada perubahan mimik muka dalam ekspresi wajah pangeran ketika menyampaikan kalimat itu.  Namun Dan Oh tidak bisa menebak dengan jelas apa arti dari perubahan ekspresi wajah dari sang pangeran saat itu. Woon merasakan kesedihan yang mendalam ketika mengingat pemilik asli dari busur cantik itu. Dia selalu menyimpan dengan baik dan hati-hati busur tersebut sepeninggal pemiliknya aslinya.
              "jadi kau yang akan mengajariku cara memanah?" tanya Dan Oh kemudian. Woon hanya mengangguk mengiyakan.
              Penduduk bumi bertubuh kecil itu mengamati Woon dengan tatapan penuh curiga dari ujung rambut ke ujung kakinya. Dia meragukan kemampuan lelaki pendiam itu. Dia ragu bahwa lelaki tanpa ekspresi ini mampu mengajarinya dengan baik dalam hal memanah. Woon merebut busur dari tangan Dan Oh dan mengambil satu anak panah yang diambil dari tabung kulit yang sudah diletakkan Dan Oh di punggungnya. Sang gadis SMA menalikan tabung itu pada kedua tali ranselnya. Sehingga tabung itu dapat menempel sempurna dengan ransel yang selalu dibawa Dan Oh di punggungnya kemanapun dia pergi.
             "kau harus menfokuskan tujuanmu kemudian menarik dengan kuat anak panah seperti ini" Woon tak menghiraukan pandangan menghina gadis mungil itu yang merendahkan kemampuannya. Dia meletakkan bagian tengah busur sejajar dengan pundaknya kemudian meletakkan anak panah pada busur dan membidik sebuah apel merah yang berada di atas pohon.
               "Swiiiiiiiiiing....... Jlebb!!" suara anak panah meluncur dengan sempurna, menembus apel yang ada di atas pohon dan membuatnya jatuh ke tanah. Woon membuat kegiatan memanah itu terlihat begitu mudah. Dan Oh bertepuk tangan dengan ceria ketika melihat aksi sang pangeran yang begitu mengagumkan itu. Bibirnya tak mampu untuk berhenti terbuka karena rasa kagumnya. Seketika anak panah yang mengenai apel tersebut perlahan menghilangkan, menjatuhkan apel yang telah berlubang itu menggelinding ke tanah.
              "waaah anak panahnya menghilang!" komentar Dan Oh yang tak bisa berhenti mengagumi hal-hal luar biasa yang mulai terjadi di hadapan matanya sejak kedatangannya ke dimensi ini.
               "baiklah! Aku rasa aku bisa melakukannya!" ucap Dan Oh dengan penuh semangat. Woon mampu melakukannya dengan mudah, gadis itu yakin dia juga bisa melakukan hal yang sama dengannya. Dia melipat kedua lengan bajunya agar memudahkan gerak tangannya.... Ah tidak dia hanya sengaja melipat lengan baju pendeknya untuk berusaha terlihat keren dan menunjukkan otot lengannya yang tidak kekar sama sekali. Gadis itu mengambil busur dari tangan pangeran dan meraih anak panah yang ada di punggungnya. Walau bagaimana pun dia cukup ahli dalam bela diri, kegiatan memanah seperti ini tidak akan menjadi hal yang sulit baginya, iya kan?
               "Ooh! Jumlah anak panah disini sama sekali tidak berkurang!" ucapnya terkejut melihat jumlah anak panah di punggungnya. Satu hal lain yang membuatnya terkagum-kagum baru saja terjadi lagi. Semua hal disini nampak begitu ajaib di matanya.
                "benar, busur dan anak panah ini adalah buatan bangsa peri kerajaan Sung. Sebanyak apapun kau menggunakannya, anak panah ini tidak akan pernah berkurang dan habis jumlahnya." Woon menjelaskannya dengan nada suara yang tenang.
           "daebak, keren sekali!" ucap manusia bumi itu terkagum-kagum dengan suara keras yang terdengar snagat kontras dengan sang pangeran.
            "baiklah... Aku harus fokus dan menariknya dengan kuat kan?" Dan Oh mengulang ucapan Woon dan menirukan pose sang pangeran ketika sedang memanah. Dia menyipitkan matanya di antara busurnya dan membidik sebuah apel yang ada di atas pohon. Gadis itu menarik kuat anak panah yang di pegangnya kemudian melepaskannya dengan pasti.
            "swiing" anak panah Dan Oh sama sekali tidak meluncur ke atas pohon dan hanya terjatuh pelan ke tanah yang tidak jauh dari tempat kakinya berpijak. Dan Oh memandang anak panah yang terjatuh tak jauh dari kakinya itu dengan ekspresi datar. Seolah tidak ada yang salah sama sekali dengan tindakannya.
            "cih, ada yang salah dengan anak panah itu. Apakah dia terlalu berat ya?" ucapnya datar untuk menutupi rasa malunya. Ya, dia benar-benar malu sekarang. Gadis itu telah berpose semaksimal mungkin seperti seorang pemanah profesional dan berlagak melipat lengan bajunya agar nampak keren. Dia begitu percaya diri bahwa dia bisa memanah sebaik Woon dan telah bersikap sombong. Namun bahkan dirinya tidak mampu membuat anak panah itu bergerak separuh saja dari jarak sasarannya.
            "hei bodoh! Apakah kau sedang mencoba memanah kakimu?" tanya Woon dengan kesal. Gadis itu telah menunjukkan begitu banyak tingkah aneh namun tidak mampu belajar dengan benar. Jelas hal ini membuat sang pangeran menjadi kesal.
           "apakah ada pemberat di anak panah ini sampai bisa terjatuh seperti itu?" dia tidak menghiraukan sang pangeran dan masih sibuk dengan kepura-puraannya. Dan Oh berjongkok dan mengambil anak panah di dekat kakinya. Dia memutar - mutar anak panah nya tanpa menghiraukan ucapan Woon. Pangeran dari kerajaan terkuat di planet Mirac itu mendesah kesal sambil menggaruk alisnya dengan jari telunjuknya ketika melihat tingkah laku Dan Oh.
            "kau sangat pintar dalam menyembunyikan kesalahanmu ya" gumam Woon pelan. Dan Oh bangkit dari posisinya dan memandang lurus ke arah Woon. Gadis itu harus mendongakkan kepalanya sekitar 45° agar mampu menatap langsung wajah lelaki jakung di hadapannya.
         "apa maksudmu dengan kesalahanku?" protesnya tidak mau menerima komentar pedas dari Woon.
         "entahlah" ucap sang pangeran singkat dan datar. Dia mengalihkan pandangannya dari Dan Oh, tidak tertarik untuk melakukan kontak mata dengan gadis kecil di hadapannya. Gadis itu terus memelototinya dengan tatapan yang tajam.
           Sementara itu keempat anggota rombongan lainnya beristirahat di tempat yang tidak jauh dari kedua orang itu berseteru. Ryu baru saja melompat dari atas pohon dan memegang apel di tangannya. Lelaki ceria itu memakan apelnya dengan lahap dan berjalan mendekati tiga anggota rombongan lainnya.
            "sepertinya semenjak kedatangan Eun Dan Oh, pangeran menjadi mulai lebih banyak bicara" Ryu berbicara dengan mulut yang penuh dengan apel. Sebagai sahabat masa kecil sang pangeran, Ryu bisa membaca dan memahami gerak-gerik perubahan dalam  ekspresi dan tingkah laku Woon. Mereka berempat mengamati Dan Oh dan Woon sambil duduk di atas rerumputan yang tidak jauh dari tempat keduanya.
           "benar... Woon nampak mulai tertarik lagi dengan hal-hal di sekitarnya" ucap puteri Siera sambil tersenyum dengan tatapan penuh makna kepada adik kesayanganya.
            "sejak kejadian yang menimpanya  saat itu, pangeran lebih sering terdiam dan tidak banyak bicara lagi" imbuh Key menimpali.
             "kau benar" puteri Siera terdengar sedih saat mengatakannya. Dia mengingat hal menyedihkan yang telah menimpa adiknya, hal yang membuat semuanya nampak lebih buruk bagi Woon.
             "menurut tuan putri, apakah kedatangan gadis cerewet itu bisa membuat pangeran kembali menjadi dirinya lagi yang seperti dulu?" Gwi bertanya kepada sang putri dengan suara bass nya yang selalu terdengar begitu seksi.
          Dia mendekatkan kepalanya kepada Siera sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya. Manusia serigala itu melihat sang putri dengan seksama melalui mata bulat serigalanya. Gwi selalu terpesona dengan kecantikan dan aura yang dipancarkan oleh sang putri, dia tidak sadar bahwa dia telah membuat jarak diantara keduanya menjadi terlalu dekat.
           "apakah menurutmu begitu?" sang putri menoleh kepadanya dan menanyakan pertanyaan lain untuk menjawab pertanyaannya.
           Siera mengangkat ujung kanan bibirnya dan tersenyum ketika melihat ekspresi wajah Gwi di hadapannya. Lelaki itu selalu memandangnya dengan tatapan penuh arti yang mampu dia pahami maknanya. Namun selama ini sang putri tidak pernah menghiraukan perasaannya. Dia hanya memandang lelaki itu sebagai teman baik dan pengawalnya yang setia. Siera memandang lekat wajah Gwi dengan kedua mata indahnya.
              "be...benar tuan putri" melihat tatapan intens sang putri ke dalam matanya yang begitu dekat, Gwi merasa gugup dan mengangkat kepalanya. Dia baru menyadari bahwa jarak di antara keduanya begitu dekat. Gwi merasa kikuk melihat senyuman tipis Siera yang nampak sinis namun mempesona di matanya. Dia menghela nafas panjang dan menegakkan badannya berdiri layaknya tentara di hadapan komandannya. Siera hanya menatapnya dengan diam, kemudian memalingkan wajahnya sambil menyisir rambutnya dengan jemari lentiknya.
              Sementara itu Key yang mengamati kedua sahabat masa kecilnya tersenyum dalam diam. Dia sudah lama mengamati keduanya. Gwi selalu bertingkat layaknya seorang serigala setia kepada Siera. Komandan itu akan selalu melakukan apapun yang diinginkan sang putri. Siera layaknya seorang penjinak yang telah menundukkan manusia serigala liar itu. Tiba-tiba saja ada sebuah apel yang muncul di hadapan wajahnya, itu Ryu. Pengawal junior itu baru saja memberikan apel yang dia petik di atas pohon kepada senior komandan wanita tersebut. Key menoleh dan mendapati Ryu sedang tersenyum ceria kepadanya. Wanita itu berterima kasih kepada Ryu dan menerima apel tersebut dengan malu.
  
               "ada yang mendekat!" ucap Gwi pelan kepada teman-temannya, manusia serigala itu memiliki penciuman dan pendengaran yang paling tajam diantara rombongannya. Ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi siaga saat dia merasakan ancaman yang mendekati tempat rombongannya.
             Siera, Ryu dan Key segera berdiri dari tempat duduknya dan bersiaga dengan senjata masing-masing. Woon juga mulai merasakan adanya gerombolan yang datang mendekat, dengan siaga dia mengeluarkan kedua pedang dari sarungnya. Sementara Dan Oh berdiri tegak sambil memegang busurnya erat-erat dengan kedua tangannya.
              "itu dia!! Kristal mondwat!" tiba-tiba pasukan Cheol dengan jumlah besar muncul dan telah siap untuk menyerang.
              "cih, aku lupa memasang perisai untuk menutupi auranya" gumam Woon kesal dengan kesalahan yang diperbuatnya. Dia segera mendekati Dan Oh dan berdiri di hadapannya. Lelaki itu mendorong pelan sang gadis agar berada tepat di belakangnya kemudian merentangkan kedua tangannya untuk melindungi manusia bumi itu.
              "kita harus merebutnya, Serang!!!!" teriak komandan pasukan Cheol memberi aba-aba. Pasukan Cheol menyerang dengan jumlah mereka yang mencapai 100 pasukan.
              "jangan menjauh dariku dan diamlah" sang pangeran memberikan peringatan dengan suara rendah namun tegas kepada Dan Oh. Gadis itu mengangguk pelan dan nampak begitu serius sekarang.
            Terjadi aduk fisik antara pasukan Cheol dan rombongan kerajaan. Serangan bangsa Cheol terfokus kepada Dan Oh yang membawa kristal mondwat namun sejauh ini Woon  dan rekan seperjuangannya masih mampu menghalau mereka. Dalam sekejap pasukan Cheol telah dikalahkan. Namun belum sempat mereka bernafas lega, muncul kembali pasukan Cheol lainnya dengan jumlah yang tak kalah banyak dari sebelumnya. Masing-masing dari pasukan kerajaan setidaknya harus menghadapi dua puluh pasukan Cheol sekaligus untuk bisa menang dari mereka.
              Woon bertarung dengan pasukan Cheol dan terus memastikan bahwa para makhluk menjijikkan itu tidak akan mampu menyentuh Dan Oh sementara empat orang rekan lainnya bertarung di tempat lain yang jaraknya tidak begitu jauh namun masih terpisah dari keduanya. Kelima petarung itu menunjukkan gaya bertarung khas yang berbeda dari satu dan lainnya.
          Ryu bertarung dengan gerakan lincah dan cepat, dia akan mengayuhkan kapaknya ke segala arah dengan kuat dan bahkan sesekali menaiki pohon dan memberikan serangan udara kepada bangsa Cheol. Key nampak begitu kuat saat melemparkan bumerang raksasanya yang langsung membelah badan Cheol secara horizontal menjadi dua bagian. Gwi tak nampak seperti orang yang bertarung, dia hanya menggerakkan pisau kipas tajamnya dengan ringan namun gerakannya mematikan. Sesekali manusia serigala itu memfokuskan serangan fisik tanpa senjata dengan memanfaatkan tinju kuatnya dan cakar tajamnya. Kekuatan tangannya mampu dengan mudah mematahkan tulang lawannya. Siera sang putri bangsawan nampak seperti sedang menari, gerakan serangannya begitu anggun namun dapat dengan mudah menumbangkan lawan. Caranya menggerakkan kedua lempengan logam tajam sebagai senjatanya nampak begitu megah dan menawan. Sesekali dia menggunakan tendangan kaki tinggi untuk menjatuhkan lawannya.
             Sang pangeran bertarung melawan pasukan Cheol dengan gerakan yang cepat dan akurat. Dalam sekejap dia mampu menjatuhkan lima diantara mereka dalam sekali serangan dua pedangnya. Ada tiga lagi bangsa Cheol yang hendak menyerangnya dari depan. Woon menyilangkan kedua pedangnya pada salah satu Cheol di hadapannya kemudian menusuk kedua bangsa Cheol lainnya yang ada di sisi kanan dan kirinya. Namun tiba-tiba saja ada satu bangsa Cheol yang membawa kapak dan hendak menyerang Woon dari belakang. Woon belum sadar akan serangan yang mengintainya, kedua pedangnya masih tertancap pada bangsa Cheol yang belum sepenuhnya tumbang dihadapannya.
               "pangeran Woon!" jerit Dan Oh ketika melihat bangsa Cheol yang berlari mendekati Woon dengan mengangkat kapaknya tinggi-tinggi. Dan Oh dengan segera berlari menghadang Cheol itu dengan kedua tangannya yang memegang busur dengan erat.
             "pakk!!!" terdengar suara keras hantaman kapak besar pada busur logam Dan Oh. Ujung kapak itu tepat berada tiga centi di depan mata Dan Oh dan terlihat mengkilat karena merefleksikan ketajamannya yang terkena sinar matahari.
               Gadis mungil itu menendang keras Cheol tersebut dan menyabetkan ujung busurnya yang runcing pada makhluk mengerikan di depannya dengan sekuat tenaganya. Serangannya merobek kulit Cheol dan memberikan luka yang dalam dan panjang. Cheol itu telah tumbang.
          Woon menoleh kebelakang dengan panik dan melihat Dan Oh baru saja berhasil mengalahkan satu bangsa Cheol. Dan Oh tersenyum dengan bahagia dan menunjukkan binar wajahnya kepada sang pangeran. Dia merasa begitu bangga karena telah membuktikan kemampuan bertarungnya sebagai pemegang sabuk hitam karate kepada pangeran planet Mirac itu. Namun lelaki itu tak nampak senang. Dia memandang Dan Oh dengan tatapan serius yang penuh dengan banyak makna. Tiba-tiba perhatian Woon beralih pada refleksi benda mengkilat dari kejauhan. Dan Oh tidak sadar bahwa dia sedang dibidik anak panah oleh bangsa Cheol lainnya. Woon menyadari hal itu, lelaki itu langsung panik. Ingatannya tiba-tiba kembali pada kejadian tragis yang menimpanya sebelas tahun yang lalu.
          
             

Book Comment (62)

  • avatar
    Dapin Sragen

    karna belum membacaya

    19d

      0
  • avatar
    FatmonaLisma

    bintang tiga dulu ya Thor nnti selesai baca baru tambah bintangnya gue baca karna ada foto Mamel😅👸

    01/07

      0
  • avatar
    AdiSurya

    bagus

    20/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters