logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3: Detak jantung yang menggila

Hana hampir memekik kaget melihat mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya. Terlihat Piter yang tampak santai bersandar dipintu mobil miliknya dengan wajah datar namun saat melihat Hana pemuda itu tersenyum manis hampir membuat Hana diabetes.
Hana menghembuskan nafas lega, untung saja Zoe sudah berangkat dari tadi pagi karena jika adiknya itu tahu Hana dijemput oleh laki-laki yang bukan orang biasa, pemuda yang bersekolah di junior high school itu pasti kepo luar biasa dan meledeknya habis-habisan.
"Bagaimana kau tahu alamat rumahku Piter?" tanya Hana penuh selidik.
"Aku tahu semua tentangmu!" ucap Piter dengan smirknya yang membuat Hana merinding.
"Kalo begitu ayo berangkat!" ajak Hana yang mendekati sepedanya dan memindahkannya kejalan.
"Tidak, kau berangkat denganku menggunakan mobil!" titah Piter menahan tangan Hana yang memegang stang sepeda.
Hana menggeleng lembut dan melepaskan tangan Piter. "Maaf Piter, aku tidak bisa melakukannya."
"Kenapa?"
"Aku harus bekerja paruh waktu Piter, dan aku juga harus pulang malam. Kau tidak mungkin mengantarku dan menungguku karena itu akan sangat lama." tolak Hana halus dengan senyum tipis tidka ingin melukai perasaan Piter.
"Bagaimana jika aku bisa melakukannya?" tanya Piter menantang.
"Kau tidak akan bisa." Hana menggelengkan kepalanya.
"Aku bisa, Hana."
Hana terdiam beberapa saat kenapa dia sangat menyukai ketika Piter menyebut namanya terasa menenangkan. Hana memilih bungkam dan mengayuh sepedanya meninggalkan Piter yang kurang puas akan jawaban Hana.
"Kenapa aku merasa mate kita menghindari kita." lirih Luc sedih.
"Aku tidak tahu, rasanya cukup menyakitkan."
"Cari tahu alasan kenapa dia menghindari kita."
"Tentu saja, aku tidak semalas dirimu yang kerjaannya hanya tidur."
"Hei..."
Piter memutuskan mindliknya sepihak, kemudian masuki mobilnya dan melaju pelan disamping Hana yang tampak ringan mengayuh sepedanya. Lihatlah! Matenya itu tampak sangat manis dengan berpenampilan sopan dan rapih.
Hana mengembuskan nafas pelan, mengabaikan keberadaan Piter dan tetap fokus pada jalan didepannya.
Mereka sampai diparkiran sekolah dan Hana tersenyum melihat Vierra melambaikan tangan ke arahnya. Setelah memarkirkan sepedanya hana langsung berlari menuju Vierra.
Piter keluar dari mobil dengan wajah datar dan mengikuti jejak langkah Hana dari belakang banyak yang tidak menyadari jika Piter mengikuti gadis itu. Kuping Piter panas mendengar teriakan centil para siswi yang bisa merusak gendang telinganya.
"Ya ampun Piteeer!"
"Piter jomblo ya?"
"Datar aja udah ganteng, apalagi senyum."
"Piter senyum dong!"
"Calon suamiku itu harus seperti Piter."
*****
Saat istirahat Piter menggeram kesal karena harus mengerjakan tugas OSIS padahal dirinya berencana mendekati Hana lagi, tapi rencananya itu hancur. Belum lagi Arlan juga adalah anggota OSIS jadi Piter tidak bisa menyuruh Arlan mengawasi Hana.
Dengan berat hati Piter menyuruh Thomas untuk mengawasi Hana agar tidak ada yang berani mengusik matenya tapi Piter juga memperingati Thomas agar tidak dekat dekat dengan matenya.
"Dasar posesif." cibir Thomas kesal melipat tangannya didepan dada.
Beberapa gadis yang melihat Thomas tersenyum manis, dengan usilnya pemuda itu melemparkan kedipan mata pada para gadis itu hingga mereka merona. Dasar playboy gak laku!
Thomas mengerutkan keningnya melihat dua orang gadis mengganggu ketenangan Hana yang sedang membaca buku. Pemuda itu melemparkan tatapan tajam hingga kedua gadis itu ketakutan dan menjauhi Hana.
Jika diteliti mate kakak sepupunya itu cukup manis dan sangat sopan, sayangnya dijaman ini kesopanan dinilai sebagai hal tabu. Ah, Thomas jadi ingin segera bertemu matenya agar kejombloannya ini akan segera berakhir, jika menunggu terlalu lama Thomas bisa karatan.
Tepukan dibahu Thomas membuat pemuda itu tersentak kaget. "Hampir saja kau menyopotkan jantungku." kesal Piter.
"Terima kasih sudah menjaganya." ucap Piter terkesan datar tapi tulus yang berhasil membuat Thomas tercengang bukan main.
DEMI APAPUN! SELAMAT KENAL PITER SEBAGAI SEPUPUNYA THOMAS BARU KALI INI MENDAPATKAN UCAPAN TERIMAKASIH DARI PITER. Cukup mengharukan.
Piter berjalan mendekati Hana dan duduk disamping gadis itu, tapi Hana malah membereskan bukunya yang membuat Thomas tertawa kasihan melihat wajah masam Piter.
"Sebentar lagi bell berbunyi, sebaiknya kita segera kekelas." ucap Hana cepat yang mau tidak mau harus Piter akui itu memang benar. Waktu sialan kenapa tidak lebih lama istirahat pikir Piter kesal.
Hana berjalan cepat yang membuat Piter kesulitan sejajarkan langkahnya dengan gadis itu. Dari kejauhan Piter merasa aneh melihat pintu kelas tertutup rapat, biasanya selalu terbuka lebar. Bahkan jikapun ada guru yang mengajar pintunya tidak ditutup.
Ketika Hana memegang knop pintu dan membukanya perlahan Piter yang mendapat firasat buruk dengan cepat menggunakan kekuatannya langsung memeluk Hana dari depan membuat gadis itu tersentak.
Deg
Byur
"Ya Tuhan!" Hana tidak bisa menahan rasa kagetnya melihat air yang mengguyur tubuh Piter dari sebuah ember yang terpasang di atas pintu. Tubuh Piter basah kuyup disusul jatuhnya ember itu kepunggung Piter membuat para siswa yang berada didalam kelas tercengang kaget dengan apa yang dilakukan Piter.
Bruk
"Piter kau tidak apa apa?" tanya seorang siswi dikelas itu.
"Ya Tuhan Piter, apa kau kedinginan?"
"Aku membawa jaket jika kau mau!"
Dan pekikan khawatir lainnya dari para gadis yang mengidolakan Piter.
Hana menatap Piter khawatir. "Piter kau tidak apa-apa. Ayo ke UKS!" gadis itu menarik Piter ke UKS dan pemuda itu pasrah saja ditarik Hana.
Sebenarnya Hana tidak tahu letak UKS karena bagaimanapun dia adalah murid baru yang belum terlalu mengenali lingkungan sekolah barunya itu beruntung kepala sekolah  memberikannya peta jadi Hana hafal beberapa tempat penting yang pastinya bakal sering disinggahi.
"Cari tahu siapa yang ingin melukai mateku!"
"Ck, baiklah. Aku akan mengintrogasi mereka." balas Thomas malas ketika mendapat mindlik dari sepupunya itu.
******
Hana mengeringkan rambut Piter menggunakan hairdryer dan pemuda itu dengan senang hati menuruti perkataan Hana sesekali dia terkekeh kecil melihat ekspresi serius Hana, apalagi melihat ekspresi khawatir Hana membuat hati Piter menghangat.
Setelah selesai mengeringkan rambut Piter, Hana bertanya dengan ragu wajah gadis itu bersemu yang membuat Piter heran. "Em, Piter apakah kau memiliki seragam cadangan karena pakaianmu basah."
Seragam putihnya yang basah membuat tubuh Piter tembus pandang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sempurna dengan perut sixpack dan otot yang terlatih. Piter tertawa mengetahui Hana merona karena melihat tubuhnya, manis sekali matenya itu Piter jadi ingin menciumnya.
Hana menjadi was was melihat Piter berdiri dan mendekatinya, jantungnya berdetak kencang dan udara disekitar Hana terasa menipis. Belum lagi senyum miring dan tatapan Piter yang membuat Hana tidak Fokus. Ya Tuhan jika terus seperti ini Hana bisa diabetes!
"Em... Piter bisakah menjauh." lirih Hana mengalihkan pandangannya.
"Tandai dia Piter, dia manis sekali."
"Belum saatnya Luc."
"Sial! Kalo begitu cium bibirnya untukku!"
Piter memutuskan mindliknya sepihak, otaknya bisa-bisa travelling karena mendengar kata-kata mesum yang diucapkan oleh serigalanya itu.
Deg
Hidung mereka bersentuhan tatapan mereka terkunci satu sama lain, Hana meletakkan tangannya didada Piter menahan tubuh pemuda itu agar tidak semakin mendekat padanya. Hanya tinggal 2 senti lagi bibir mereka akan bersentuhan Piter bisa merasakan jantung Hana yang berdetak kencang seperti jantungnya dan dia mencium aroma yang memabukkan yang menguar dari tubuh matenya itu membuat Piter memejamkan matanya sesaat.
Satu senti lagi...
Brak
"PITER AKU MEMBAWA... OH MY GOD!"

Book Comment (140)

  • avatar
    annahyera

    cerita yang menjadi favorit ku di platform lain 💖💖🌹🌹

    26/07

      0
  • avatar
    AjaMuslimin

    good

    04/07

      0
  • avatar
    BAGuild

    bagus beritanya

    06/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters