logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Prince's Mate

Prince's Mate

Gadissenja


Chapter 1: Murid Baru

Seorang gadis cantik dengan pakaian rapi menghentikan sepedanya di sebuah tempat parkir yang sangat luas. Matanya menelusuri setiap bagian bangunan yang berada di depannya. Nafasnya terengah-engah karena mengayuh sepeda sangat cepat, memburu waktu agar tidak telat.
"Untung saja tidak telat." lega Hana dengan senyum senang saat dirinya memasuki area sekolah incarannya.
Jika Hana telat satu menit saja maka habislah, beasiswanya pasti dicabut. Dia sudah berjuang keras supaya bisa masuk kesekolah elit ini dengan otak pas-pasannya, tentunya dengan belajar tekun karena Hana sadar jika dirinya bukan orang yang pintar tanpa belajar. Terlalu merendah!
Hana mengatur nafasnya yang masih sedikit memburu dan memarkirkan sepedanya di parkiran yang tersedia. Senyum gadis itu terpancar, mungkin orang lain akan menganggapnya gila tapi dirinya menganggap ini adalah sebuah anugrah bisa menginjakan kaki di tempat ini, kenapa? karena sekolah ini dihuni oleh orang-orang yang kayak raya seperti anak pemilik perusahaan, anak artis, anak pejabat dan lainnya. Oh tentu saja pasti banyak pemuda tampan disana yang memiliki ketampanan seperti di negeri dongeng. Hehe!
Hana celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya, dirinya sungguh malu saat banyak yang melihatnya. Apalagi pakaian yang dikenakannya terlihat sedikit kuno dengan kemeja kebesaran rok selutut dan atribut lengkap dengan rambut yang kepang ke samping dengan kacamata yang bertengger manis di kedua telinganya.
Hana tidak berlebih-lebihan bahkan mungkin orang akan menganggap gadis itu sangat manis dengan kecantikan yang natural namun untuk sekolah seelit itu mereka pasti menganggapnya adalah cupu.
Tin tin
Hana terjolak kaget saat sebuah mobil yang berada di belakangnya memberikan klakson padanya. Gadis itu bergeser dengan malu dia lupa jika dirinya masih berada di area parkiran, Hana langsung beranjak dari sana mencari seseorang yang bisa mengantarnya ke ruangan kepala sekolah.
Disisi Lain Piter mengendus kesal karena Thomas harus semobil dengannya, padahal pemuda itu memiliki mobil sendiri tapi dengan manjanya dia meminta tumpangan pada Nadine untuk ikut mobil Piter.
Piter bisa saja menolak tapi karena ibunya yang baik hati, malah mengiyakan ucapan Thomas tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu.
Entah kenapa Piter merasakan sedikit gelisah dan jantungnya berdetak kencang saat mobilnya semakin mendekati area sekolah. Belum lagi Luc serigalanya yang terus aja melolong yang membuat Piter kebingungan.
Sepertinya rasa penasaran Piter terjawab ketika hidungnya mencium aroma yang memabukkan yang membuat Luc serigalanya terus aja mengumamkan kata 'mate'. Seketika mobilnya berhenti tepat di belakang seorang gadis yang baru Piter lihat hari ini.
"Aduh! Kenapa kau berhenti mendadak bodoh!" kesal Thomas mengusap keningnya yang sedikit terbentur dashboard.
Tin tin
Piter langsung memarkirkan mobilnya ketika gadis itu, yang tidak lain adalah Hana sudah pergi namun aroma memabukkan itu semakin menjauh seiring menjauhnya Hana, hingga Piter langsung keluar dari mobilnya dan mencari Hana mengandalkan penciumannya.
"Ck, dasar sepupu muka datar!" dengus Thomas kesal karena diabaikan oleh Piter.
Thomas mengeluarkan senyum mautnya ketika keluar dari mobil beberapa gadis memekik kesenangan dengan tatapan memuja dan itu membuat Thomas semakin yakin jika dirinya lebih tampan daripada Piter.
"Kyaaa Piter."
"Ya Tuhan, andai Piter kekasihku!".
"My Prince!"
"Hari ini Piter sangat tampan."
"Piteeeeeer!"
Luntur sudah senyum percaya diri Thomas. Ah kampret aku pikir mereka akan memujiku pikir Thomas kesal.
*****
Piter menghentikan langkahnya ketika matanya melihat seorang gadis yang keluar dari ruang kepala sekolah. Kemudian gadis itu seperti tengah menahan sesuatu dan berlari dengan wajah kebingungan, Pieter mengikutinya dari belakang dengan wajah kalem.
"Aduh! Di mana toiletnya?" gumam Hana yang masih terdengar oleh telinga Piter.
Sebuah senyuman tipis tersungging di bibir Piter, pemuda itu terlihat tertarik dan terus mengikuti langkah hana.
"Aha! Ketemu!" Hana memekik pelan dan berjalan menuju toilet perempuan yang memiliki tanda untuk perempuan di samping pintu toilet.
Piter senantiasa menunggu sampai Hana kembali terlihat sedikit khawatir di raut wajahnya seraya berkata. "Aku telat!"
Kemudian langkah kaki Hana membawa gadis itu berlari. Piter dengan sengaja bergerak cepat ke depan gadis itu, hingga membuat Hana menabrak tubuhnya untungnya tidak sampai tersungkur.
"Aduh! Siapa yang memasang tembok di tengah jalan?" ringisnya sedikit kesal sembari memegang keningnya yang baru saja menubruk dada pieter.
Piter terkekeh gemas melihat Hana yang menunduk dan menggerutu kecil. Kemudian gadis itu mendongak dan melebarkan matanya melihat pemuda tampan yang yang terlihat sangat berkilau di matanya. Untuk sesaat mata keduanya bertemu sampai Hana mengerjapkan matanya dan menunduk malu.
"Maaf! Aku tidak sadar jika kau berada di depanku!" ucap Hana bersalah.
"Kau dikelas mana?" tanya Piter lembut. Tapi berefek dahsyat pada jantung Hana yang tiba-tiba berdetak kencang.
"Em.. aku dikelas IPS 10 A. Apa kau tahu itu di mana?" tanya Hana dia memang belum mengetahui secara keseluruhan mengenai sekolah barunya itu.
"Eh!" Piter menarik tangan Hana membuat gadis itu mengerjapkan matanya kaget dengan rona kemerahan yang membuat pipinya terasa hangat.
Zoe, tolong jantung kakak. Batin Hana berteriak khawatir karena jantungnya berdetak tidak beraturan.
"Arlan!" Mindlik Piter.
"Ya?"
"Carikan aku biodata tentang mateku."
"Hah?"
Kenapa Betanya iti mendadak lemot apa karena terlalu lama jauh dari Ghea, matenya.
Tangan Piter benar-benar menggenggam tangan Hana dengan erat sehingga pipi gadis itu sedikit bersemu. Ya Tuhan! Dia malu, baru kali ini diperlakukan seperti ini oleh laki laki selain adik dan ayahnya.
Kepala Hana semakin menunduk ketika beberapa gadis menatapnya sinis.
"Siapa gadis yang dibawa Piter?"
"Ya! siapa gadis kumuh itu?"
"Beruntung sekali gadis itu berjalan dengan Piter!"
Bruk
"Aduh!" Hana mengusap keningnya yang menubruk punggung Piter pemuda itu berhenti tiba tiba membuat Hana tidak siap.
Piter tersenyum kecil melihat Hana yang menurutnya lucu dan itu berhasil membuat beberapa gadis memekik tidak percaya karena Piter tidak pernah tersenyum.
"Keningmu sakit?" tanya Piter mengusap kening Hana lembut.
Blush
Hana menepis tangan Piter. "Ti..tidak! Aku tidak apa apa. Kita sudah sampai?" ucap Hana cepat sedikit gugup dia mengalihkan pandangannya agar tidak melihat wajah Piter karena paras pemuda itu benar-benar membuat Hana terpesona.
Menggemaskan. Batin Piter gemas.
"Tentu saja, diakan mateku." balas Luc mendengar suara batin Piter.
"Mate kita bodoh."
Didalam kelas sudah ada guru kemudian Piter masuk kelas dan duduk di bangkunya. Dia menyuruh Thomas pindah karena dia ingin Hana duduk sebangku dengannya.
"Dasar makhluk menyebalkan!" kesal Thomas pindah ke belakang.
"Hai aku Hana, salam kenal." sapa Hana dengan senyum kecil menunjukkan sedikit deretan giginya yang rapi.
"Hana kamu duduk dengan?.." Guru itu membetulkan letak kacamatanya ketika melihat kursi yang kosong berada di samping Thomas dan disamping Piter.
Piter mengangkat tangannya dan itu berhasil membuat para gadis yang menyukai Piter terbelalak tak percaya. Piter menawarkan diri untuk duduk bersama gadis cupu itu yang benar saja pikir mereka tidak terima.
"Ah, dengan Mr. Alxander!"
"Baik pak."
Hana berjalan kekursinya dengan kepala menunduk karena beberapa gadis menatapnya dengan tatapan yang tidak bersahabat. Piter menatap tajam beberapa gadis yang membuat gadisnya tidak nyaman dan itu berhasil mereka menunduk takut melihat Piter.
Hana tersenyum kecil ketika Piter terus saja memperhatikan hingga beberapa kali Hana salting. Apa matanya itu bermasalah? Hana mencoba fokus pada pelajaran yang dimulai.
"Apa kau tidak menulis?" tanya Hana dengan suara yang kecil dan halus membuat Piter tersenyum kembali. Ah kenapa suara matenya itu terdengar seperti lantunan melodi yang menenangkan.
"Tidak, pelajaran itu tidak lebih menarik dari dirimu."
"Hah?!"
Hana kembali fokus pada bukunya dan mencatat yang dibahas guru. Mengabaikan Piter yang menopang kepala dengan tangannya dan melihat dirinya. Perilaku pria itu benar-benar membuat Hana gugup.
"Cantik!"
Blush
Ya Tuhan tolong jantung Hana.

Book Comment (140)

  • avatar
    annahyera

    cerita yang menjadi favorit ku di platform lain 💖💖🌹🌹

    26/07

      0
  • avatar
    AjaMuslimin

    good

    04/07

      0
  • avatar
    BAGuild

    bagus beritanya

    06/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters