logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 Yogi dan Ratna

"Ngapain kamu di sini?" tanya Mas Yogi yang masih kaget melihatku.
"Aku kerja. Kamu sendiri ngapain?"
Dia tidak menjawab. Mukanya memerah seperti ketakutan.
"Kenapa? Kamu juga ketemu klien di sini?" tanyaku yang membuatnya sedikit gugup.
Sebelum mas Yogi sempat menjawab pertanyaanku, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan memanggilnya.
"Ada apa, Yang?" tanya wanita itu yang membuatku segera menoleh.
"Ratna???!!" ucapku terkejut.
"Yang? Maksutnya apa ini?" tanyaku yang membuat kedua orang itu gelagapan.
"Oh, itu_itu" kata Ratna terbata bata.
"Jelasin Mas!!!!" kataku dengan nada keras membuat pak Rendi melihat ke arahku.
"Sebenarnya, sebenarnya Ratna adalah," ucap mas Yogi gugup.
"Sebenarnya aku adalah pacarnya!" kata Ratna tanpa rasa bersalah.
"Kenapa harus dia, Mas?! Kenapa? Bukannya kamu tau aku sama Ratna itu berteman!!!!!" seruku yang membuat pengunjung kafe menoleh ke arah kami. Aku tidak peduli soal itu.
"Dan kamu!!!!!!! Kamu penghianat!!!! Tega-teganya kamu melakukan ini pada temanmu sendiri!!!! Apa kamu masih belum laku juga sampai harus mengganggu keluarga orang lain??!!!!"
"Diam kamu!!!!!" hardik mas Yogi dengan keras yang membuat pak Rendi segera menghampiri kami.
"Maaf, jangan bicara keras pada Wanita!" jata pak Rendi yang segera menyeretku mundur ke belakangnya.
"Siapa kamu? Oh jadi kamu pacar barunya?!" kata mas Yogi kemudian tertawa kecil.
"Jangan asal bicara kamu, Mas!" kataku yang merasa tidak enak dengan Pak Rendi.
"Iya. Saya pacar barunya, kenapa??" kata pak Rendi di depanku.
Pak Rendi?? Apa yang bapak katakan? 
"Oh, bagus ya! Baru juga kutinggal sebentar sudah langsung cari yang baru!! Sepertinya orang kaya juga," kata Mas Yogi yang sangat ingin ku tampar sebenarnya.
"Sekarang tidak usah ganggu Reina lagi!!! Ceraikan dia!!" Pak Rendi meneruskan kemudian membawaku kembali ke meja nomer sembilan.
"Ayo, Re!" ucap Pak Rendi seraya menggandeng tanganku.
"Dasar perempuan murahan!!!!!" bentak mas Yogi yang membuat pak Rendi tidak bisa menahan emosinya. Dia melepas tanganku kemudian berbalik arah menghampiri Yogi.
'Buuuuuukkkkkk' , tiba-tiba tangan lembut Pak Rendi memukul wajah mas Yogi. Mas Yogi yang tidak terima segera memukul balik pak Rendi. Aku yang melihat mereka segera melerainya.
"Sudah Pak! Sudah! jangan diteruskan. Gak usah ladenin orang kaya dia!!"
"Jaga omonganmu ya!!!!" kata pak Rendi kemudian pergi meninggalkan Yogi.
"Ketemu kliennya dibatalkan saja, Re. Kita atur jadwal ulang!" kata Pak Rendi dengan wajah sedikit memar.
"Tapi, Pak. Apa gak masalah?" tanyaku sedikit takut. Aku takut karena masalah ini Pak Rendi membatalkan bertemu klien penting.
"Iya nggak papa, Re. Kita pulang aja. Aku gak mau kamu di sini! melihat mereka berduaan! pasti kamu akan merasa sakit hati," ucapnya sembari berdiri dari tempat duduknya.
"Saya tidak papa, Pak. nggak usah pedulikan perasaan saya."
"Tidak. Ayo kita kembali ke kantor!" katanya kemudian berjalan keluar. Aku hanya mengikutinya di belakang.
Hatiku masih sakit karena perkataannya tempo hari, sekarang luka itu kembali dan semakin bertambah ketika mengetahui bahwa ternyata selingkuhan mas Yogi adalah temanku sendiri. Dia bagaikan duri dalam daging.
Ratna adalah temanku. Dia juga satu pekerjaan dengan mas Yogi. Aku ingat betul waktu itu ketika dia memohon padaku untuk mencarikannya pekerjaan.
"Tolong bantu aku dong, Re. Sampai sekarang aku belum dapat pekerjaan juga. Padahal aku harus membiayai biaya rumah sakit Ibu," katanya memohon dengan muka memelas.
Karena kasian melihatnya, akhirnya aku meminta suamiku untuk memberi informasi jika ada lowongan pekerjaan di perusahaannya. 
Tak lama setelah itu, dia dimasukkan kedalam perusahaan oleh suamiku. Mulai saat itu dia jadi sering datang ke rumah. Tapi entah kenapa dia tiba-tiba seperti menjauh dan tak pernah datang lagi. 
"Kenapa Ratna gak pernah ke sini Mas? Dia masih kerja di perusahaanmu kan?" tanyaku pada Mas Yogi.
"Dia baik baik saja, dia masih kerja kok," jawabnya singkat.
Karena masih merasa repot dengan Reza saat itu yang masih kecil, aku jadi tidak begitu memerhatikan Ratna. Mungkin dia sudah punya kehidupan sendiri atau mungkin dia sibuk, pikirku saat itu. 
Dimulai dari hari itu, aku tidak pernah mendengar kabar tentangnya lagi. Yang ku tahu dia masih bekerja di tempat yang sama dengan suamiku.
"Kamu kenal dengan perempuan itu?" tanya pak Rendi yang membuatku sedikit terperanjat.
"Iya Pak. Dia temanku."
Pak Rendi hanya menggelengkan kepalanya.
"Teman jaman sekarang seperti itu ya, Re. Mungkin dia berpikir apa yang kamu miliki begitu berharga sampai dia harus merebutnya darimu."
"Entahlah pak," kataku lirih. Aku malas untuk membahasnya, itu hanya akan membuatku tambah sakit hati.
"Sekarang kita langsung ke kantor saja ya, Apa kamu mau pulang?"
"Tidak Pak. Masih banyak yang harus saya kerjakan," kataku dengan tetap memandang lurus ke depan.
Mobil melaju dengan cepat menuju kantor kami.
________________
"Dasar, laki-laki brengsek!!!! Perempuannya juga sama!" gerutuku dengan kesal.
Aku segera berjalan menuju ruang kerjaku, kulihat Fida sudah berada disana.
"Dari mana kamu, Re? Aku sudah kesini beberapa kali kamu gak ada terus."
"Aku dari Kafe!" Kataku jutek.
"Kafe? Ngapain?"
"Bertemu klien, nemenin pak Rendi!"
"Wooowwwwww," kata Fida dengan wajah terkejut.
Dia menatapku, wajahnya semakin mendekat membuatku merasa risih dan segera menjauh darinya.
"Apa sih??"
"Dia beneran naksir kamu, Re! Tidak biasanya dia mengajak karyawan kecuali sekretarisnya," kata Fida kemudian bertepuk tangan.
"Jangan salah sangka!!! Aku menggantikan sekretarisnya yang cuti hati ini," kataku masih sedikit kesal.
"Oh, kirain sengaja. Kamu kenapa? Bukannya seneng diajak pak Rendi malah bete gitu," lanjutnya.
Fida belum tau semua tentang masalahku. Sepertinya sekarang aku ingin menceritakannya. Biarpun kututupi aib ini, akhirnya dia pasti akan tahu juga.
"Kamu tau Ratna gak, Da?"
"Ratna?? Sebentar," katanya kemudian. Raut wajahnya seperti sedang mengingat-ingat tentang seseorang.
"Oh, Ratna. Iya aku ingat. Aku pernah bertemu dengannya kan ya. Yang teman SMA mu itu bukan?"
"Iya benar." 
"Kenapa dengan Ratna?"
"Dia selingkuh dengan suamiku."
"Whaaatttttt?????? Kamu serius????!!!"
Aku mengangguk. Fida masih belum percaya sepenuhnya. 
"Mas Yogi selingkuh, Re?"
Kepalaku hanya mengangguk. Aku malas mengucapkan namanya lagi.
"Dasar brengsek!!! Bukannya kamu pernah menolong Ratna Ratna itu waktu dia butuh pekerjaan?!"
Aku hanya mengangguk. 
"Kenapa kamu baru bilang sekarang, Re? Ayo kita samperin dia. Kita labrak dia!!!" kata Fida yang terlihat ikut emosi.
"Gak usah Da. Lagian mas Yogi juga sudah pergi dari rumah."
"Pergi??? Kapan??"
"Dua hari yang lalu. Saat kamu datang ke rumahku waktu itu."
"Pantesan rumah terlihat sepi. Reza gimana?" tanya Fida kemudian.
Aku menceritakan semuanya pada Fida. Perempuan itu merasa geregetan sekali. Dia marah-marah tidak jelas, padahal ini bukan kisahnya.
"Dasar dua orang itu!!!!! Kalau aku jadi kamu, tadi sudah ku cakar-cakar muka perempuan itu, Re!" 
"Biarkan saja, Da. Aku juga sudah tidak mengharap mas Yogi kembali. Aku ingin dia menceraikanku dengan segera," ujarku.
"Bagus. Itu baru namanya sahabatku!!! Jangan mau diremehkan sama laki-laki, Re. Aku dukung kamu!!!" katanya kemudian memelukku.
"Terima kasih, Da."
"Oh ya Re, trus pak Rendi gimana saat kamu bertemu dengan suamimu itu?"
"Dia udah tau semuanya, Da. Aku udah cerita. Tadi dia sempat memukul mas Yogi juga," kataku yang membuat Fida membuka matanya lebar.
"Serius??? Pak Rendi?? Berantem???"
"Iya."
"Gak salah lagi Re. Dia pasti ada rasa sama kamu." 
Aku tidak mempedulikan perkataannya. Lagian saat ini aku tidak ingin membahas masalah seperti itu. Yang aku ingin sekarang adalah aku bisa sukses. Itu akan menjadi senjataku untuk menjatuhkan Mas Yogi.
___________________

Book Comment (153)

  • avatar
    NurFaizah

    betui

    2d

      0
  • avatar
    Annisa Rahmadanny

    cantik banget

    8d

      0
  • avatar
    91Yappe

    5.0

    13d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters